Vina keluar dari dapur membawa nampan berisi teh hangat dan rengginan. Dia ingin pergi ke warung membeli snack tapi sepedanya di bawa Lisa.
"Silahkan di minum Pakde, Rian. Buk saya ke warung dulu ya." pamit Vina.
"Naik apa nak kan sepedamu di bawa Lisa?" tanya bu Surti.
"Nggak papa jalan kaki Buk, kan cuma deket." ucap Vina.
'Ini kesempatan buatku' batin Rian.
"Gimana kalau saya antar pakai motor Vina?" tanya Rian.
"Iya Rian, kamu antar saja. Kasihan Vina panas - panas jalan kaki." ucap pak Yadi.
"Wah, malah jadi merepotkan." ucap bu Surti.
"Tidak papa Bulik. Yuk Vin aku anter." Rian berdiri dan berjalan keluar lebih dulu.
Vina mengikuti Rian naik ke atas motornya dan melaju menuju warung yang ditunjukkan Vina.
"Vin, kenapa suratku tidak kamu balas?" tanya Rian.
"Surat apa Rian, surat yang mana ?" Vina heran dan benar - benar tidak tahu.
"Perasaan pas hari itu sudah aku masukkan ke dalam tas kamu Vin." ucap Rian.
"Kapan Rian? Eh, surat apa Rian?" Vina penasaran karena benar - benar tidak tahu. Dia rasa akhir - akhir ini selalu bersama Arga dan jarang melihat Rian.
"Udah lama sih, habis ulangan CAWU 2 waktu itu. Surat tentang perasaanku sama kamu." ucap Rian.
"Maaf aku beneran nggak tahu Rian. Mungkin suratnya hilang atau jatuh sebelum aku lihat. Atau malah kamu salah naruhnya." ucap Vina.
"Ya, sudah. Mungkin jatuh dimana gitu." ucap Rian merasa kecewa.
"Emm, emang penting ya isinya?" tanya Vina.
"Ya, gimana ya, kalau buat aku sich penting." Rian menghentikan motornya.
"Vina aku suka sama kamu." ucap Rian mantap.
"Maaf Rian, aku tidak bisa menerimanya. Kita berteman saja." jawab Vina.
Rian kembali menjalankan motornya dengan perasaan kecewa yang mendalam. Dia mencoba menenangkan perasaannya yang tak menentu. Rian tahu Vina saat ini sudah begitu dekat dengan Arga. Mungkin kini dihatinya sudah ada Arga.
"Kita sudah sampai Rian." Vina memecah keheningan diantara mereka.
Rian menghentikan motornya. Raut wajahnya masih terlihat buruk karena sedang patah hati. Tapi entah mengapa dia tak ingin menyerah.
Di warung itu Vina bertemu dengan Dewi. Dewi melihat Vina diboncengkan oleh Rian. Dia menatap mereka penuh tanda tanya.
"Kamu disini juga Wi?" tanya Vina.
"Ka.. kamu sama dia. Kog bisa sama dia." Dewi gelagapan bertanya.
"Iya dia ternyata keponakan dari pakdeku Wi." ucap Vina.
"Ooo.. kirain kamu jalan sama dia." ucap Dewi.
"Iya kan sepedaku masih dirumah Lisa jadi dianter sama dia." ucap Vina.
"Ya udah Vin, aku duluan ya." Dewi berjalan mendekati Vina dan membisikkan sesuatu.
"Awas jangan mesra - mesraan sama Rian. Ntar aku aduin sama Arga lho." bisik Dewi.
"Silahkan tuan putri." Vina tak ambil pusing ancaman Dewi.
Vina memilih apa yang dia butuhkan lalu membayarnya. Dia kembali naik ke motor Rian yang menunggunya di depan warung tanpa turun dari tadi.
"Rian, apa kamu marah atas ucapanku tadi?" tanya Vina hati - hati.
"Tidak Vina, aku memang suka sama kamu tapi aku tidak memaksamu untuk menyukaiku." ucap Rian.
"Terima kasih Rian, kamu mau mengerti. Masih bisakah kita berteman?" tanya Vina.
Rian tersenyum pahit. 'Teman' kedengarannya tidak buruk. Setidaknya dengan berteman dia masih bisa dekat dengan Vina. Mungkin suatu saat ada kesempatan untuk mendapatkan hati Vina. Rian berguman dalam hati.
"Tentu Vina. Ijinkan aku untuk tetap menyukaimu walaupun kamu tidak membalasnya." ucap Rian.
"Aku juga menyukaimu sebagai teman Rian. Jangan lupa keluarga kita masih berbesanan jadi lebih baik kita saudaraan." ucap Vina.
"Iya Vina, aku tahu. Kamu tak perlu khawatir kalau aku akan terus mengganggumu. Aku tarik kuncirmu tau rasa." ucap Rian
"Berani ya.. haha.." mereka akhirnya tertawa bersama.
.......
Di Jakarta
Di sebuah rumah megah dan luas yang di desain begitu indah duduk seorang kakek yang sudah tua. Umurnya sekitar 80 tahun namun masih nampak sehat. Di wajahnya ada gurat ketegasan dan ketegangan.
Kakek itu duduk di sofa dan berbincang dengan beberapa orang kepercayaannya. Dia membetulkan kacamatanya dan membaca kertas yang dibawa oleh salah seorang dari mereka. Kakek itu tersenyum sekilas meski tidak begitu terlihat.
"Bagus! Kalian lanjutkan pencarian dan terus selidiki orang yang bernama Wita Lestari itu." ucap kakek itu.
"Siap Bos !" ucap mereka serempak.
"Tetapi lokasi yang sangat jauh dari sini begitu sulit untuk memperoleh informasi." ucapnya lagi.
"Tempatkan beberapa orang - orangmu disana agar segera dapat kabar. Aku ingin kalian bertindak cepat." ucap kakek itu.
"Bimo!! Ambilkan 10 juta untuk mereka."
"Baik Tuan." ucap orang yang dipanggil Bimo itu. Tak berapa lama dia membawa beberapa bendel uang dan menyerahkannya pada orang suruhan kakek - kakek tadi.
"Kami berangkat Bos!" mereka berpamitan dan meninggalkan rumah mewah itu.
Sepeninggalan mereka kakek tua itu berjalan masuk ke kamarnya diikuti oleh Bimo.
"Bimo tinggalkan saya sendiri. Kamu istirahatlah." ucap kakek itu.
"Baik Tuan, kalau butuh apa - apa Tuan panggil saja. Saya permisi." Bimo undur diri dan kembali ke ruangannya yang tak jauh dari ruangan kakek tua tersebut.
Namanya Surya Pamungkas, seorang taipan yang menguasai kerajaan bisnis di berbagai bidang. Sampai saat ini kejayaannya masih belum terkalahkan meski diusia yang tak lagi muda. Meski usahanya berjalan sangat mulus tapi tidak dengan kehidupan pribadinya. Kekerasan sifatnya membuatnya kehilangan satu - satunya keturunan yang dia miliki. Galih Pamungkas, putra yang dia gadang - gadang menjadi penerusnya menghilang entah kemana.
Surya baru tahu beberapa waktu lalu mengenai Galih dari pelayannya yang mencarinya sebelum dia meninggal. Dari pelayan tua itu dia tahu bahwa putranya pergi bersama Ratri anak Suyati yang dulu juga bekerja padanya. Karena sakit - sakitan Suyati berhenti bekerja dan pulang ke kampung halamannya. Diketahui Suyati berasal dari Wonogiri, Jawa Tengah.
Hampir dua minggu Surya mencari kabar keberadaan Galih dan mendapati kalau anaknya itu sudah meninggal. Dia sangat terpukul dengan kepergian Galih tetapi merasa sedikit lega karena mengetahui anak Galih masih hidup. Dia berharap sebelum dia tiada bisa bertemu dan menyerahkan hartanya pada keturunannya.
Surya duduk di tepi ranjangnya, dia membuka kotak di atas meja disamping tempat tidurnya. Ada sebuah album foto di dalamnya.
"Galih, maafkan ayah. Seharusnya kamu jujur pada ayah kalau kamu tidak menyukai Dewi. Bukan malah pergi meninggalkan ayah." ucap Surya memandangi foto seorang anak muda.
"Sejak ibumu meninggal saat kamu masih remaja, ayah tidak memberimu kasih sayang yang cukup." airmata Surya mengalir.
"Ayah terlalu egois memikirkan perasaan ayah sendiri yang terpuruk kehilangan ibumu dan terus bekerja untuk melupakan kesedihan ayah." Surya mulai terisak.
"Maafkan ayah Nak. Ayah berjanji akan menebusnya dengan membahagiakan keturunanmu." Surya mengusap airmatanya.
Hati Surya mulai merasa tenang. Dia menutup kotak tersebut dan meletakkan kembali diatas meja.
"Semoga kamu tenang disana bersama ibumu." ucap Surya sebelum dia membaringkan tubuhnya di tempat tidur.
.......
Di rumah Arga
Arga menghampiri bundanya yang sedang merapikan tanamannya di depan rumah.
"Bun, boleh nggak Arga main ke rumah Vina?" Arga duduk di samping Bu Wita.
"Kamu baru sembuh Ga. Kalau sudah bener - bener pulih baru boleh." ucap Bu Wita.
"Arga sudah sehat Bun." ucap Arga.
"Jangan ngeyel Arga! Tunggu satu atau dua hari lagi. Nanti kita kesana sama - sama." ucap bu Wita.
"Baiklah Bunda." akhirnya Arga menyerah.
"Nah, gitu dong anak bunda." bu Wita tersenyum senang.
Di depan nampak bu Sarni istri pak kadus desa Turi mendekati bu Wita dan Arga. Tak biasanya bu Sarni berkunjung jika tidak ada suatu yang penting.
"Assalamu'alaikum Bu Wita." bu Sarni mengucap salam.
"Wa'alaikumusalam Bu, mari silahkan masuk Bu Kadus." bu Wita mempersilahkan bu Sarni untuk masuk kedalam rumah.
"Wah, tumben sekali Bu Kadus main ke sini." ucap bu Wita.
"Iya Bu, habis dari balai desa lewat sini sekalian mampir." ucap bu Sarni.
"Kehormatan bagi saya Bu Kadus mau berkunjung kemari." ucap bu Wita.
"Begini Bu, saya datang kemari cuma mau mengatakan sama Ibu. Beberapa hari yang lalu ada yang menanyakan tentang almarhum Pak Galih dan Bu Rasti ke rumah. Kelihatannya mereka bukan warga dari daerah sini Bu." ucap bu Sarni.
*****
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Mommy Gyo
8 like hadir thor
2021-08-29
0
delissaa
sorry Thor aku baru mampir. like fav dan 🌷 udah mendarat cantik semangat berkarya salam dari BROK3N
2021-08-27
1
IG @zmling_
rian modus 🙊
2021-08-13
2