Minggu pagi di rumah Vina
“Vin.. bangun Nak..” panggil ibu.
“Di luar ada teman –teman kamu nyariin.”
“Eemm..” masih menggeliat. Sehabis subuh dia tertidur membuatnya sedikit pusing.
“Siapa Buk, ini kan hari libur.” duduk dan mengerjab - ngerjabkan matanya.
“Lisa.. Wati sama siapa itu ibuk lupa.”
“Iya Buk.” dengan wajah mengantuk melangkah keluar kamar malas melewati ibunya di depan kamar. Itu membuat ibu menggeleng dan tersenyum.
“Ada apa pagi – pagi buta dah kesini.” Vina melipat tangannya di dada dan bersandar di pinggir pintu rumahnya. Rambutnya yang masih acak – acakan seperti sarang burung membuat temannya tertawa.
“Haha.. Vin tuh rambut kena ****** beliung ya..” Dewi tertawa diikuti kedua temannya.
“Jadi kesini Cuma mau ngledekin aku nich..”
“Ya udah, aku balik tidur lagi aja..” sambil menutup mulutnya karena menguap. Bagaimana tidak pagi itu masih belum ada jam setengah enam. Vina memutar badannya hendak masuk ke dalam rumah.
“Eits.. Tunggu dulu nona cantik.. jangan marah dong..” ucap Dewi kemudian.
“Kita mau ajak kamu sepedaan Vin..” sambung Lisa.
“Ngomong dong dari tadi.”
“Aku ganti baju dulu ya?” Vina masuk ke dalam rumah.
“Wati kamu bawang uang ndak?” tanya Lisa.
“Bawa.”
“Kalau kamu Wi.” lanjutnya sambil melihat Dewi.
“Bawa, kan nanti rencananya ngelewatin pasar.”
“Kita nggak kasih tau Vina lebih dulu kan kemarin.. Gimana nanti kalau kita patungan nraktir dia beli jajan.” kata Lisa pelan agar tak terdengar Vina.
“Siapz boss..” jawab Dewi kencang.
“Stttt.. jangan keras – keras Markonah..” Wati mengkode Dewi meletakkan jari telunjuknya di mulut.
Vina sudah keluar memakai celana panjang olahraga dan kaos yang terbalut jaket serta memakai topi. Dia menuntun sepedanya mendekati ketiga sahabatnya.
“Yuk berangkat !!” ajak Vina yang sudah nampak segar dengan rambut dikuncir kuda.
“Ayuk!!” serempak mereka mengayuh sepedanya.
Mereka bersepeda menuju ke tempat pemberhentian bus ketika mereka berangkat ke sekolah tetapi melewati jalan yang berbeda. Melalui jalan yang jarang melewati membuat mereka senang dan tak berhenti melihat sekeliling. Jalan ini membawa mereka melewati pasar tradisional lokal yang lumayan ramai. Akhirnya mereka sampai di pasar setelah hampir 20 menit mereka bersepeda dengan santai.
Saat ketiga temannya berhenti dan memarkirkan sepeda di dekat pasar Vina menatap mereka penuh tanya.
“Kog kalian berhenti sich?” tanya Vina.
“Udah ngikut aja. Kita haus nih. Istirahat bentar yukk.” jawab Wati sambil mengeluarkan botol minumnya dan menenggaknya.
“Lis, kamu sama Dewi beli makanan gih.. aku sama Vina tunggu disini.” lanjut wati sambil menyodorkan uangnya ke arah Lisa.
“Eh, tunggu.. tunggu..” Vina juga mengeluarkan uangnya dan menyerahkan ke Wati juga.
“Ga usah Vin.. Ini juga dah cukup.” cegah Lisa.
“Kalau gitu ntar aku ga mau ikut makan.” jawab Vina galak, Vina masih menyodorkan uangnya tak bergeming. Akhirnya Dewi menerimanya.
“Udah ah, yuk kelamaan.” sahut Dewi tak sabaran dan menarik tangan Lisa masuk ke dalam pasar.
Vina dan Wati duduk di tepi jalan dekat mereka memarkirkan sepeda. Mereka berencana sepulang sekolah besok pergi cari rumput bersama. Lisa dan Dewi tentu saja tak mau ikut karena mereka tak terbiasa ke sawah seperti Vina dan Wati. Obrolan mereka berhenti saat melihat Lisa dan Dewi muncul membawa kresek berisi jajanan pasar. Mereka mencari tempat yang sedikit terlindung untuk makan agar tak terlihat orang yang lalu lalang dijalan.
“Wah enak nih.. Yuk serbuuu..” lagi – lagi Dewi bersuara keras membuat ketiga temannya melotot sambil memberi isyarat menyuruhnya bicara pelan.
“Markonah mah kebiasaan..” ucap Wati.
“Maaf Maemunah..” jawab Dewi sambil tersenyum garing.
“Udah yukk, makan.. keburu malem..” Vina ikut melucu.
“Masih pagi Tukiyemmm..” jawab Dewi sambil tertawa pelan karena sedari tadi sudah dipelototi oleh Wati.
“Syarminem jangan marah mulu. Tar cepet tua lho.” lanjut Dewi menggoda Wati.
“Kamu mangkanya kalau ngomong pelan markonah.. biar aku gak harus jadi pawangmu terus.” jawab Wati sambil tersenyum.
“Tenang.. tenang.. aku udah jinak kog. Gak bakalan gigit orang.” canda Dewi sontak mengundang tawa mereka bertiga.
Setelah selesai sarapan ala Vina dan kawan – kawan mereka kembali bersepeda arah pulang. Mereka kembali berpetualang melewati jalan yang berbeda lagi. Itung – itung menjelajah kampung tetangga. Tanpa mereka sadari, mereka melintas di depan rumah Arga. Tentu saja mereka tidak tahu dan karena asyik bersepeda sambil sesekali mengobrol mereka tak melihat Arga yang memperhatikan mereka dari kejauhan.
Perjalanan yang harusnya bisa ditempuh 20 menit menjadi sedikit lebih lama karena mereka sangat santai. Seperti biasanya, dipertigaan jalan mereka berpisah untuk menuju rumah masing – masing. Mereka sepakat berangkat sekolah bersama dan bertemu lagi disana.
Vina sampai di rumah yang sudah nampak sepi. Orang tuanya pasti sudah ke sawah dan Diki pasti sudah berkeliaran entah kemana bersama teman – temannya. Hari ini kegiatan Vina masih padat. Dia berencana mencuci baju, bersih – bersih rumah dan menyetrika. Vina meluruskan kakinya sejenak karena terasa lelah bersepeda.
............
Di rumah Arga
Arga mencuci motornya di samping rumah saat melihat segerombolan gadis bersepeda sambil bercanda tawa. Pandangannya tertuju pada gadis yang memakai topi hitam dan jaket navy.
“Seperti Vina.” gumannya.
“Ahh mungkin perasaanku saja. Mana mungkin Vina ada di sini.” lanjutnya berbicara dalam hati. “Eh, tapi tunggu.. tunggu.. itu kayaknya nggak asing. Bener... itu cewek – cewek yang biasa bareng sama dia. Berarti itu beneran Vina.”
“Vina.. kenapa kamu selalu muncul tak terduga?”
“Tidak.. tidak.. aku nggak boleh suka sama dia. Ujian sebentar lagi. Aku harus fokus belajar.”
Arga kembali melanjutkan mencuci motor mencoba melupakan perasaannya pada Vina. Tak dipungkiri meski berusaha tak memikirkan Vina dia tak bisa lepas dari memorinya. Usia remaja pertama mengenal cinta.
Doni yang dari semalam belum pulang asyik bercerita bersama nenek di teras. Di rumah dia merasa sangat kesepian karena orang tuanya merantau di Jakarta. Dia hanya tinggal bersama kakaknya yang kebetulan sedang pergi menginap dirumah mertuanya. Pak Indra dan Bu Wita berangkat pagi untuk mengunjungi konveksi mereka yang ada di Solo.
“Ga, buruan sarapan! Tadi nenek udah sarapan bareng bunda dan ayahmu.”
“Ajak Doni sekalian tuh.” kata nenek yang melihat Arga selesai mencuci motor dan berjalan ke garasi.
“Don, sarapan yukk!” Arga menghampiri Doni di teras.
“Bunda masak apa tadi Nek?” tanyanya kemudian berhenti di depan Doni dan bu Asna.
“Ada nasi goreng dan telor ceplok balado sayang.” jawab nenek.
“Ya udah, kita sarapan dulu ya Nek..” Doni berdiri dan berjalan beriringan bersama Arga menuju dapur.
“Kita panasin dulu ya nasgornya.” Arga menyalakan kompor dan memanaskan nasi goreng.
“Ga, tadi aku melihat Vina bersepeda lewat di depan.. Aku baru aja keluar, mau aku panggil udah keburu jauh..” kata Doni sembari menyiapkan piring dan minum untuknya dan Arga.
“Masa sich?” Arga pura – pura tidak tahu sambil terus mengaduk nasi goreng, padahal hatinya sudah kebat kebit tak jelas ketika mendengar nama Vina disebut.
“Kamu sich, gak lihat.. Padahal tuh anak rame banget tadi.” sambil membawa piring dan memberikan ke Arga untuk diisi.
“Denger – denger Vina itu juara di kelasnya lho, cuman gak masuk juara umum aja.”
“O, yah..” jawab Arga singkat lalu duduk dan menyantap nasi gorengnya.
“Ga, nanti sore main bola lagi yuk!” Doni membahas hal lain karena kelihatannya Arga tidak tertarik tentang Vina.
“Main Voli aja lah.”
“Ok.. Nanti aku ajak Andi biar rame.”
“Aku disini aja ya Ga, males pulang sepi gak ada orang.”
“Boleh.. Habis ini kita main catur yuk.”
“Siyap boss.”
Mereka melanjutkan makanan dan menuju ruang tamu untuk bermain catur. Nenek menonton TV di samping mereka dan sesekali terlihat mengobrol. Doni yang banyak bicara membuat rumah itu terasa hidup. Bisa dibayangkan kalau hanya ada Arga dan nenek di rumah, pasti sangat sepi dan membosankan.
*****
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
abdan syakura
iya kita senang&asyik ngobrol dgn tmn2,tdk ada yg cuekin,..
beda dgn masa kini..
2023-01-11
0
jdi pgn maen sepeda🥴
2022-05-13
0
VLav
di zaman itu gadget blom menyerang dan masih main catur bareng 😁
2021-08-25
5