Sampai di kamar Arga dia meletakkan tasna di meja belajar. Ketika membuka seragamnya untuk berganti baju dia teringat kertas yang ditemukannya tadi. Dia celingak – celinguk melihat keluar seperti maling yang takut ketahuan dan bergegas menutup pintu kamarnya.
Perlahan dia buka lipatan kertas itu.
*****
Dear Vina,
Aku tau aku adik kelas kamu. Tapi umurku lebih tua dari kamu ya, walapun cuma selisih beberapa bulan sich!!
To the point aja ya..
Aku type orang yang tidak bisa bermain kata..
Vin..
Aku suka sama kamu..
Mau nggak kamu jadi pacar aku..
Maaf kalau ungkapan ini terlalu cepat, tapi swear ini beneran dari hati aku yang paling dalam.
Please.. Bales ya...
Love u,
Rian
****
“Astaga!! Ternyata ini surat cinta.” guman Arga. Kira – kira Vina tau gak ya tadi. Sepertinya dia tidak tau dan belum sempat baca. Semoga saja begitu. Ahh, kenapa kog rasanya aku jadi tak rela!! Arga bingung dengan pikirannya dan terbayang senyum manis Vina di wajah imutnya.
“Ga, buruan makan! Ibu sama nenek mau pergi belanja.” panggilan bu Wita dari luar kamar membuyarkan lamunannya.
“A.. I –iya Bun.” sahut Arga gelagapan.
“Kamu di rumah sendiri ya, ayah juga lagi ada urusan di bengkel tadi.”
“Iya Bun. Aku juga capek mau tidur dulu aja.”
“Ya udah, ibu berangkat dulu sama nenek. Ini juga dah jam 10 lebih nanti jangan lupa tutup pintu ya kalau mau pergi keluar!”
“Baik Bun. Hati – hati bun!” Arga kembali melanjutkan niatnya untuk mengganti baju.
Surat Rian untuk Vina tadi dia lipat kembali dan dia masukkan ke dalam kotak rahasianya bersama dengan surat – surat yang tak terbalas miliknya. Dalam hatinya berharap Vina tidak membalas perasaan Rian. Aneh. Mengapa dia berpikir demikian. Apa dia menyukainya? Entahlah Arga sendiri tidak tau akan perasaanya.
Arga merebahkan diri di tempat tidur. Dia mencoba menepis bayangan Vina yang menari di pelupuk mata. Akhirnya Arga tertidur lelap. Mungkin karena lelah beberapa hari yang lalu sibuk belajar untuk menghadapi ulangan umum. Meski dia termasuk anak yang berprestasi namun dia tak mau berleha – leha tanpa persiapan untuk mengerjakan soal agar mendapatkan nilai sempurna.
.........
@Di tempat Vina
Setelah penat seminggu mengerjakan ulangan umum Vina ingin bersantai sejenak. Vina meraih radio di meja belajarnya. Memutar ke kanan dan ke kiri mencari gelombang frekuensi yang menyiarkan musik lagu – lagu kesukaannya. Dan benar saja mulai terdengar alunan lagu dari radio membuatnya senang.
BUGG!..
Gadis itu menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur. Ketegangan menghadapi ulangan beberapa hari yang lalu membuatnya lelah. Otot – ototnya terasa kaku, dia merentangkan tanganya sejenak sambil berbaring.
“Hmm. Tidur dulu lah.. ngantuk. “ Vina bermonolog. Tak berapa lama gadis itu pun terlelap. Dia tak terganggu dengan keriuhan Diki yang bermain bersama teman – temannya di luar rumah.
“Dik, nanti sore main bola ke lapangan yuk..” ajak Adi sambil memantul – mantulkan kelereng sambil menatap Diki.
“Boleh.”
“Kamu gimana Yud?” menoleh Yuda.
“Ok ! Jam berapa nanti kira – kira?”
“Jam empatan ya, nanti kita samperin kamu.”
“Kamu nanti ke rumahku dulu ya Dik, baru kita sama – sama nyamperin Yuda.” masih dengan bermain kelereng Adi menjawab.
“Oke lah..”
“Gimana ini lanjut nggak main gundunya?” tangan Diki masih memilih – milih kelerengnya yang akan dipakai buat main dan memasukkan ke dalam botol yang tidak perlu. Botol bekas air mineral 500 ml miliknya penuh dengan kelereng miliknya.
Ketiga anak seumuran itu kembali bermain dengan asyik. Keseruan masa kecil yang diselingi dengan canda riang khas anak – anak. Mereka termasuk anak – anak aktif yang tak betah untuk duduk diam. Kebanyakan anak – anak seusia mereka gemar nonton TV tapi tidak bagi mereka. Mungkin karena mereka suka tantangan sehingga suka bermain outdoor.
Sepulang Adi dan Yuda dia mengambil perlengkapan mandi dan baju ganti menuju ke sumur tetangga. Di kamar mandi rumah ada air namun enggan memakainya karena kasihan mengingat kakak dan orang tuanya susah payah mengambil air untuk mengisinya setiap hari. Toh sumur tetangganya juga tidak terlalu jauh dari rumahnya.
Sampai di rumah Diki celingak celinguk mencari – cari keluargannya. Orang tuanya belum pulang dari sawah, mungkin lembur sampai sore. Sepi rasanya. Timbul ide jail untuk menggoda kakaknya.
“KEBAKARAN!!! Mbak Vina.. bangun Mbakk!!” teriak Diki di depan kamar Vina.
Vina yang kaget mendengar teriakan adiknya berlari sempoyongan keluar kamar.
Derrr.. badan Vina terbentur dinding dekat pintu kamarnya. Setengah sadar Vina melihat sekelilingnya sambil meringis menahan sakit karena benturan. Di depan pintu nampak Diki tertawa terpingkal - pingkal sambil memegangi perutnya.
Vina melotot sambil mengusap – usap bahunya yang masih sakit. Dia tahu kalau hanya dikerjai adiknya.
“Dikiiiii!!!! Seneng banget ya kamu!! Gimana kalau kakak pingsan karena jantungan.” bentak Vina meluapkan kekesalannya.
“Hihi..” Diki memamerkan gigi putihnya sambil berkedip.
“Habisnya aku penasaran, mbak tuh tidur apa pingsan sih. Tidur dari pulang sekolah gak bangun – banngun.” sambil mengangkat dua jari tanda perdamaian.
“Awas kalau gini besok – besok lagi!” ancam Vina sambil melayangkan tinju ke udara.
“Ya udah, yuk makan. Tadi mbak beli mi instan, kamu mau ndak?”
“Mau lah.”
“Ya. Mbak bikin dulu.”
“Mbak cantik dech.. Udah dong jangan melotot terus serem tauk..”
“Makanya jangan nakal..” tangan Vina begitu terampil memasak mi instan. Baginya itu mudah karena dia sudah biasa membantu ibunya di dapur.
Vina hanya mencicipi sedikit mi instan itu lalu diserahkan ke adiknya. Pulang sekolah tadi dia melihat dapur ada sayur lodeh terong. Dia makan pakai sayur lodeh terong itu. Dia tahu Diki tidak suka sayur lodeh makanya dia memasak mi instan untuknya.
.....
Setelah berpamitan pada kakaknya Diki bersepeda menuju ke lapangan bola di kampung sebelah. Tentu saja terlebih dulu menghampiri teman – temannya yang sebelumya sudah sepakat tadi. Sore itu lapangan sudah ramai dengan anak – anak yang hendak bermain bola. Anak usia SD dan SMP nampak sangat akrab dan sportif membagi pemain menjadi 2 grup meski tidak genap 11 orang pada tiap grupnya.
Di sana ada juga Arga, Doni dan Andi. Dalam permainan itu Diki berada satu team dengan Arga. Tercipta keakraban diantara mereka meski Arga terlihat dingin dan cuek namun sangat menghargai anak yang usianya lebih kecil darinya sperti Diki. Peluit panjang berbunyi tanda permainan berakhir. Team Arga menang, mereka saling toast dan mengucap salam perpisahan. Tidak penting menang atau kalah bagi mereka karena ini hanya latihan saja.
Diki dan kedua temannya pulang bersepeda. Sedangkan Arga dan kawan – kawan naik motor mereka. Belum lama ini Arga diperbolehkan naik motor, itupun hanya diperkampungan. Ayahnya belum mengijinkan berkendara di jalan raya. Di persimpangan jalan menuju kampungnya dia melihat dari kejauhan anak laki – laki menuntun sepedanya. Dia merasa iba lalu mendekat. Ternyata Diki yang menuntun sepedanya.
“Dik, Kenapa sepedanya?” berhenti dari motornya.
“Bannya kempes Mas, mungkin bocor.” Diki juga berhenti.
“Rumahku sudah dekat Mas, kamu duluan aja.”
“Itu didepan ada tambal ban. Kamu bawa ke sana gih.”
“Aku anter pulang. Gak usah protes! Biar besok kalau pengen main bola sama kamu lagi aku tau harus jemput kemana.” masih dengan gaya dinginnya.
“Baiklah.” merasa tidak enak.
Setelah meletakkan sepedanya di bengkel Diki berjalan ke arah Arga yang menunggunya di atas motor. Mereka mohon diri pada pemilik bengkel dan meninggalkan tempat itu menuju ke rumah Diki.
Hening.
Tak ada percakapan diantara mereka. Diki menahan diri untuk tidak mengoceh karena dia belum terlalu akrab dengan Arga. Mungkin juga karena lelah setelah bermain bola. Entahlah..
*****
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Dewi Masitoh
smgt kak
2021-10-18
1
Ice Princess
Full House Wedding Agreement mampir bawa like Thor ❣️ semangat upnya Thor
2021-09-03
1
Puan Harahap
hadir thor
2021-08-28
1