Di rumah Arga
Andi dan Doni sampai di kediaman Arga. Mereka segera masuk ke dalam rumah Arga. Rumah tampak sepi hanya ada Arga yang sedang tidur berselimut tebal di sofa. Doni berjalan ke dapur sementara Andi duduk di dekat Arga.
“Kirain Vina dah pulang Nek, ternyata ada disini sama nenek.” ucap Doni berjalan mengambil minum untuknya dan Andi.
“Iya, Arga minta bubur tadi.” jawab nenek.
“Owh, aku ke depan dulu ya nek.” ucap Doni berjalan ke ruang tamu membawa dua gelas air putih.
“Ini sudah matang nek buburnya.” ucap Vina.
“Kamu bawa ke depan ya nak, biar nenek yang bawa air putih dan obat untuk Arga.” ucap nenek.
“Baiklah Nek.” Vina pergi ke ruang tamu membawa semangkok bubur yang masih panas.
Doni dan Andi masih berada disana saat Vina datang. Andi menyenggol lengan Doni agar Doni membangunkan Arga.
“Ga, bangun. Ga bangun dulu minum obat.” ucap Doni.
Arga membuka matanya, berkerjab melihat sekeliling dan mendapati Vina, Doni, dan Andi berada disana. Pelan – pelan Arga duduk di bantu oleh Doni.
Doni memberi isyarat agar Vina mendekat. Vina memberikan mangkok bubur pada Doni.
“Kamu aja Vin, aku sama Andi kan baru sampai masih capek.” ucap Doni matanya memberi kode Andi supaya Vina yang menyuapi Arga, karena dia tahu betul Arga pasti ingin di suapin sama Vina.
“I.. iya Vin.. tanganku capek banget habis naik motor.” Andi mengibas – ngibaskan tangannya seperti seolah sangat pegal sekali.
“Ya sudah, aku suapin ya Ga?” tanya Vina.
Vina dengan telaten meniup bubur yang masih panas sebelum diberikan ke mulut Arga. Arga membuka mulutnya dan menelannya perlahan.
“Habis ini antar aku pulang ya Don.” ucap Vina sambil terus menyuapi Arga.
“Iya Vin, nyuapinnya nggak usap cepet – cepet kasian Arga tuh masih kepanasan. Tadi aku dan bilang sama Wati minta bilangin sama orang tua kamu kalau kamu pulang telat.” Doni menjelaskan seakan tahu apa yang ada di pikiran Vina.
“Iya Don, terima kasih.” ucap Vina.
Nenek datang membawa air putih dan obat yang baru saja dia ambil dari kotak obat.
“Ga, kamu minum obat dulu ya?” nenek memberikan obat dan air putih.
“Bagus, buburnya dihabiskan ya.”
“Iya nek.” ucap Arga.
Arga sebenarnya sudah tidak ingin makan lagi tapi dia kasihan Vina sudah capek – capek membuatnya dan yang lebih penting lagi waktu bersama Vina akan bertambah sedikit lebih lama untuk bersama Vina.
“Nah dah habis.” ucap Vina lalu berjalan menuju dapur membawa piring kotor.
Vina kembali ke ruang tamu dan duduk di sebelah Arga.
“Ga, aku pulang dulu ya” ucap Vina.
Arga menatap Vina seolah tak rela.
“Bentar lagi dong Vin. Masih panas banget nih.” lagi – lagi Doni berbuat sesuatu untuk menyenangkan Arga dengan menahan Vina.
“Kalau kamu capek, aku bisa naik bus kog Don.” ucap Vina.
“Mana mungkin kita membiarkan kamu pulang sendirian Vin. Udah tunggu sebentar lagi lah, kasian Arga bundanya belum pulang.” Doni masih kekeh menahan Vina.
Akhirnya Vina menyerah dan meletakkan kembali tasnya. Dia sangat sedih melihat Arga yang terlihat lemah tak berdaya. Sebenarnya Vina bingung mau ngapain kalau lama – lama disana.
“Kalian makan dulu ke dapur sana anak – anak.” ucap nenek.
“Tadi Aku sama Andi sudah makan di kantin Nek, kamu Vin?” ucap Doni.
“ Aku juga udah tadi sama Arga. Arga sama aku pesen soto tapi dia nggak di makan.” ucap Vina.
“Baiklah kalian istirahatlah, nenek mau ke depan dulu cari angin.” ucap nenek.
Baru saja nenek menginjakkan kaki di teras, Bu Wita dan Pak Indra datang mengendarai mobil baru mereka. Bu Asna segera menyongsongnya dan memberitahu kalau Arga sedang sakit. Bu Wita yang nampak khawatir segera berjalan cepat masuk ke dalam rumahnya. Dia sedikit lega melihat ada Doni, Andi, dan juga Vina menemaninya.
“Sayang kamu pusing?” tanya Bu Wita sambil memegang kening Arga.
“Kamu panas sekali.” ucapnya lagi.
“Ada apa bun? Bagaimana keadaan Arga?” tanya Pak Indra.
“Arga panas sekali yah.” jawab bu Wita.
“Kita bawa saja ke dokter Bun.” ucap Pak Indra.
“Tidak usah Bun,Yah, barusan Arga dah minum obat. Bentar lagi Arga juga sembuh.” ucap Arga.
“Ya sudah. Nanti kalau panasnya belum juga turun kita ke dokter yah.” ucap bu Wita.
“Nak Andi, Nak Doni, Nak Vina, terima kasih ya kalian sudah merawat Arga.” bu Wita melihat ketiga temn Arga tersebut sambil tersenyum.
“Sama – sama bun.” hampir serempak mereka menjawab.
“Oh iya Vina, kamu tinggal di kampung Sawah ya? Kalau boleh tau siapa nama orang tua kamu, siapa tahu saya kenal.” tanya Bu Wita.
“Ibu saya Surti dan bapak saya Danar Bu.” jawab Vina.
“Apa Surti anaknya Pak Kasim ya? Kalau kakekmu namanya Pak Kasim berarti dia dulu teman sekolahku Vina.” ucap bu Wita.
“Benar Bu, kakek saya seorang pensiunan guru. Tapi beliau sudah meninggal. Nenek saya namanya Harni, beliau tinggal di Wonogiri kota bersama bude saya bu.” cerita Vina.
“Iya benar, benar, saya ingat. Berarti kamu anak teman sekolah saya Nak.” bu Wita nampak berbinar senang.
“Sudah lama aku tidak bertemu ibumu Nak. Dulu sempat ketemu waktu pergi ke kondangan, tapi cuma sekilas nggak sempat ngobrol banyak.” cerita Bu Wita.
“Iya Bu.” ucap Vina.
“Pantesan kamu mirip seperti seseorang yang saya kenal, tapi aku tidak begitu ingat.” ucap Bu Wita.
“Nanti saya nitip salam ya buat ibu kamu. Bilang dapat salam dari Wita Lestari gitu ya.” bu wita masih sangat antusias.
Diam – diam Arga tersenyum senang, dia merasa ada harapan untuk hubungannya bersama Vina. Kelihatan sekali bundanya juga sudah menyukai Vina.
“Baik bu, nanti saya sampaikan.” ucap Vina. Vina masih nampak canggung mengobrol dengan bu Wita.
“Kalau ada waktu nanti kapan – kapan aku main kesana sama Arga.” ucap bu Wita.
“Silahkan Bu.” jawab Vina sambil tersenyum.
“Bu, saya permisi mau pulang sekarang.” Vina berpamitan pada bu Wita dan mencium punggung tangannya.
“Kamu mau pulang naik apa Nak?” tanya bu Wita.
“Saya yang akan antar Vina, Bun.” kata Doni.
“Owh, ya udah kalau gitu. Hati – hati ya Don bawa motornya.” ucap bu Wita.
“Ga, cepet sembuh ya. An, aku duluan ya.” ucap Vina sambil berjalan meninggalkan Andi dan Arga.
Bu Wita mengantarnya sampai ke depan, di teras ada bu Asna dan pak Indra.
“Pak, Nek, saya permisi pulang dulu.” pamit Vina pada mereka, bersalaman dan mencium punggung tangan mereka juga.
“Iya Nak, hati – hati.” jawab pak Indra dan bu Asna.
Mereka melihat kepergian Vina dan Doni hingga tak tampak lagi. Bu Wita masih tersenyum padahal Vina sudah sampai entah dimana.
“Bun, kamu kenapa dari tadi aku lihat kog senyum – senyum terus?” tanya pak Indra.
“Ndak papa Yah, Bunda hanya seneng aja ketemu anak temen dekat Bunda waktu sekolah.” jawab Bunda.
“Maksud Bunda?” ayah bertanya dengan wajah penasaran.
"Temen yang dulu selalu aku ceritakan sama Ayah. Temen yang selalu berbagi sama aku. Dimana saat kondisi aku yang benar - benar menyedihkan." ucap bu Wita berkaca - kaca.
"Sudah Bun, tidak usah di ingat lagi kalau itu membuatmu bersedih." pak Indra menenangkan bu Wita.
"Apa maksud kamu Vina, Wit?" tanya bu Asna.
"Iya Bu." jawab bu Wita.
Bu Wita mulai menceritakan kehidupannya yang serba kekurangan di waktu sekolah. Ayahnya sudah meninggal sejak dia duduk di kelas 4 SD. Ibunya hanya bekerja sebagai buruh tani. Hingga ketika masuk SMP dia bertemu Surtiningsih ibunya Vina.
Bu Wita berhenti sejenak dan menghela napas mengingat getirnya hidup yang dia jalani dulu.
"Apakah ibu masih ingin mendengar cerita saya?" bu Wita bertanya sambil memandang wajah teduh bu Asna.
"Lanjutkan ,Nak." bu Asna mengangguk sambil mengusap lembut rambut bu Wita.
*****
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Ely LM
Semangat berkarya Kak🤗
2021-08-10
2
pat_pat
next thor
2021-08-09
2
Novita.R.
SATU HATI DUA RASA, hadir membawa like thor👍 Lanjut dan semangat ya🌹 Suka sama visualnya😍
2021-08-08
3