Bu Wita melanjutkan ceritanya. Dia sangat ingat bagaimana sulitnya hidup tanpa seorang ayah. Ibunya anak tunggal yatim piatu sedangkan keluarga ayahnya dia sendiri tidak tahu. Saat SMP dia satu sekolah dengan Surti, ibunya Vina. Surti sering membagi bekal sekolahnya. Surti rela tidak jajan ketika di sekolah dan mengumpulkan uang jajannya untuk membantu bu Wita. Surti juga selalu membela ketika bu Wita sering di ejek oleh temannya karena miskin. Bu Wita juga ingat kebaikan pak Kasim yang membiayai hidupnya setelah ibunya meninggal.
Setelah lulus SMP, bu Wita kerja di Jogja sebagai pembantu rumah tangga. Dia bekerja pada sepasang suami isteri yang sangat baik. Dia mempunyai seorang putra namun telah menikah dan tinggal di Papua. Bu Wita tidak dianggap sebagai pembantu oleh mereka, bahkan mereka menyekolahkan bu Wita ke jenjang SMA. Disinilah awal mula pertemuannya dengan pak Indra suaminya.
Bu Asna terharu mendengar cerita menantunya. Airmatanya tak terbendung lagi. Mereka saling berpelukan erat.
Pak Indra berkaca – kaca melihat dua wanita hebat di depannya.
.....
Di perjalanan menuju rumah Vina.
“Vin, aku antar sampai rumah ya?” tanya Doni.
“Nggak usah Don, sepedaku gimana?” ucap Vina.
“Ya udah, aku antar sampai di penitipan sepeda.” ucap Doni.
Sesampainya di penitipan sepeda Vina tak mendapati sepedannya. Dia hendak menemui pemilik rumah. Doni yang sudah memutar balik arah kembali berhenti karena melihat Vina kebingungan.
“Kenapa Vin?” Doni turun dari motornya.
“Sepedaku nggak ada Don, tunggu aku bentar ya. Aku mau tanya ke Bu Siti dulu.” Vina berlalu menuju rumah penitipan sepeda.
Doni mengangguk lalu menunggu Vina di atas motornya. Tak berapa lama berslang Vina datang menghampiri Doni kembali.
“Sepedaku dibawa Lisa tadi ban sepedanya bocor jadi dia pulang pake sepedaku.” ucap Vina.
“Ya udah, yuk aku antar. Untung tadi aku belum pergi, bisa – bisa kamu pingsan panas banget pulang jalan kaki. “ ucap Doni.
“Ya maaf. Aku kan nggak tau kalau sepedaku dibawa Lisa.” ucap Vina.
“Vin, kamu mau melanjutkan kemana?” tanya Doni.
“Belum tahu Don.” jawab Vina.
“Menurut info yang aku dengar kamu dan Arga dapat sekolah gratis di SMA 1 Wonogiri.” ucap Doni.
“Aku belum tau malah. Semoga saja itu benar.” ucap Vina.
“Kalian sweet banget sih, aku jadi iri.” ucap Doni.
“Kamu bisa aja Don. Aku juga nggak nyangka kalau bisa deket dengan Arga yang terkenal cuek sama cewek itu.” Vina tersenyum membayangkan momen yang dia lalui bersama Arga.
“Kamu cewek pertama yang disukai Arga.” ucap Doni pelan.
“Vin, kamu percaya ndak kalau aku dulu sebenernya juga dari dulu suka sama kamu. Tapi kamu jangan salah paham dulu, aku nggak mungkin merebutmu dari Arga.” ucap Doni.
“Oh ya.. Benarkah?” Vina merasa heran.
“Mungkin kamu lupa saat MOS kamu lupa bawa topi kerucut untuk tugas hari itu.” Doni menceritakan saat mereka baru masuk SMP saat Masa Orientasi Siswa.
“Oh, iya aku ingat. Aku di kasih topi kerucut sama seseorang. Tapi aku tidak ingat siapa yang ngasih.” ucap Vina.
“Aku Vin, dan kamu tau nggak gara – gara itu aku di hukum memunguti daun kering di depan sekolah sejumlah seratus lembar.. hahaha..” Doni tertawa mengingat kejadian itu.
“Sumpah aku gak tau Don.” Vina ikut terkekeh.
“Makasih ya kamu dah berkorban demi aku.” Ucap Vina.
“Aku nggak ada maksud apa – apa Vina. Aku cuma ingin kamu tau kalau aku pernah menyukaimu dan ku harap sampai kapanpun kita akan berteman.” ucap Doni.
“Pasti. Aku tak akan pernah melupakanmu.” ucap Vina.
“Nggak nyangka selera Arga sama denganku. Tapi aku seneng karena kamu yang dipilih Arga.” ucap Doni tulus.
“Maafkan aku ya Don. Aku nggak bisa membalas perasaanmu.” ucap Vina.
“Jangan dipikirkan Vina, sudah jalannya begini.” ucap Doni.
Tak terasa mereka sudah sampai di halaman rumah Vina. Doni memilih untuk langsung pulang meskupun Vina menawarinya untuk mampir di rumahnya.
Di dalam rumah bu Surti sedang tiduran di karpet untuk istirahat.
“Udah pulang Nak. Gimana Arga? Kata Lisa Arga sakit tadi di sekolah.” datang – datang Vina sudah diberondong pertanyaan oleh ibunya.
“Iya Buk, tadi badannya panas. Maaf ya Buk, aku baru pulang tadi nunggu ibunya Arga pulang dulu.” Vina duduk di sebelah ibunya.
“Nggak papa. Kamu makan dulu sana.” ucap bu Surti.
“Nanti saja Buk. Emm iya, tadi bundanya Arga nitip salam buat Ibuk. Katanya dulu teman baik Ibuk.” ucap Vina.
“Benarkah? Siapa namanya?” tanya bu Surti heran.
“Bu Wita, nama panjangnya.. “ belum juga Vina melanjutkan kata – katanya namun sudah di potong bu Surti.
“Wita Lestari.” ucap bu Surti cepat.
“Iya Buk, benar.” ucap Vina.
“Wah, ibu sudah lama sekali tidak ketemu sama dia. Ibu pikir dia sudah melupakanku.” ucap bu Surti wajahnya berbinar kelihatan sangat senang.
“Dulu kami teman dekat Nak, sampai dia kerja dan ibu nggak tahu lagi kabar tentang dia.” ucap bu Surti kemudian.
“Pantas tadi dia juga sangat senang setelah tau kabar tentang Ibuk.” ucap Vina.
Bu Surti tersenyum mengenang persahabatannya dengan bu Wita semasa SMP. Gadis baik yang selalu kuat dan tegar menghadapi kerasnya hidupnya dalam keterbatasan. Orang yang mampu mengubah sifat bu Surti dari gadis manja menjadi orang yang lebih berarti.
“Assalamu’alaikum.” terdengar suara seorang laki – laki di depan pintu rumah mereka.
“Wa’alaikumusalam.” jawab bu Surti beranjak dari duduknya dan berjalan melihat siapa yang datang berkunjung.
Ternyata yang datang berkunjung adalah pak Karyadi kakak ipar bu Surti bersama seorang anak laki – laki seusia Vina.
“Wah, Mas Yadi rupanya. Mari Mas silahkan masuk.” bu Surti mempersilahkan tamunya masuk ke dalam.
Vina terkejut melihat siapa yang datang. Pandangan matanya fokus ke arah anak laki – laki yang datang bersama pakdenya. Mereka beradu pandang seakan tak percaya.
“Rian..” ucap Vina hampir tak terdengar.
“Vina..” panggil Rian setelah benar – benar sadar melihat gadis pujaannya di depan mata.
“Kamu sudah mengenal Vina ya?” pertanyaan pak Yadi mengejutkan Rian.
“Iya Pakde, kami satu sekolah.” jawab Rian.
“Kamu sudah besar ya Rian. Dulu waktu kecil kamu sering berkunjung ke rumah mbah Kasim dan bermain sama Vina.” ucap bu Surti.
“Masa sih Bulik? Kog aku tidak ingat ya.” ucap Rian.
“Masa kamu lupa sama anak kecil yang suka kamu tarik kuncirnya sampai nangis. Kadang juga kamu bawa lari mainannya.” ucap bu Surti.
“Tuh kan, pantes sampai sekarang masih suka jail. Untung sekarang kamu gak narik kuncir aku, bisa – bisa bakalan aku timpuk pake sepatu .” ucap Vina.
“Ternyata aku senakal itu ya dulu.” Rian menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Semua yang berada disana tertawa melihat tingkah Rian.
“Danar sama Diki kog nggak kelihatan pada kemana?” tanya pak Yadi.
“Mereka pergi ke bengkel pak Sapto mas, buat mbenerin sepedanya Diki. Katanya sama mau potong rambut gitu.” jawab bu Surti.
“Ngomong – ngomong Mas Yadi kesini ada hal penting atau sekedar berkunjung saja Mas?” tanya bu Surti.
“Hanya mampir saja, sudah lama kita nggak saling berkunjung. Aku tadi habis ada rapat di daerah sini terus ke rumahnya Siti sekalian kemari. Ibu juga sangat rindu pada kalian, kalau anak - anak sudah libur kalian bisa main ke rumah.” ucap pak Yadi.
“Iya mas, ini Vina udah selesai ujian tapi Diki belum.” ucap bu Surti.
“Selamat ya Vina, tadi aku lihat di papan pengumuman kalau kamu dapet juara 2.” ucap Rian.
“Terimakasih Rian.” ucap Vina.
“Wah, pakde ikut bangga sama kamu nak. Rencananya mau melanjutkan kemana?” tanya pak Yadi.
“Belum tahu pakde, nanti Vina pilih – pilih dulu.” ucap Vina.
“Ya sudah yang penting sesuai dengan jurusan yang kamu minati.” ucap pak Yadi.
"Iya Pakde." jawab Vina.
"Saya ke dalam dulu Pakde." Vina berjalan ke dapur hendak membuat minum untuk mereka.
Rian diam mendengarkan pak Yadi dan bu Surti mengobrol, dia berpikir bagaimana caranya agar dia bisa mengobrol berdua dengan Vina. 'Apa Vina tidak membaca suratnya waktu itu ya?' batin Rian.
*****
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
My_ChA
ehh...jgn2 surat yg dibaca sm Arga, pas jatuh di halte bus ya
2021-08-22
0
Zhree
like
2021-08-10
1
IG @zmling_
baru mau bilang sepedanya Vina didepan rumahku 🙊🙊🙊
semangat kak
2021-08-10
1