Pagi menjelang, ada semangat tersendiri bagi Vina. Dia sudah nampak rapi dengan setelan seragamnya. Perasaan campur aduk menyambut hari yang agak berbeda. Hari dimana Arga akan menjemputnya berangkat sekolah.
Jam masih menunjukan pukul 05.45. Vina pergi ke dapur menyusul ibunya yang sedang memasak.
"Buk, hari ini masak apa?" tanya Vina.
"Wah anak ibu sudah rapi rupanya. lbu masak sayur lodeh sama ikan asin." jawab ibu sambil menyiapkan piring di meja.
"Kamu jadi berangkat bareng Arga?" tanya ibu karena semalam Vina sudah minta ijin.
"Iya buk." jawab Vina sambil mengambil nasi dan berjalan mengambil gelas.
"Diki lauk apa bu? Kan dia nggak doyan sayur lodeh." tanya Vina kembali duduk dan memulai sarapan.
"Sama telur dadar." ibu sambil mengambil nasi untuk Diki.
"Ibu tadi ambil telur ayam dari kandang." jawab ibu sambil berjalan menghampiri Diki yang belum juga selesai bersiap.
Vina sarapan dengan nikmat meskipun lauk seadanya. Bapak Vina sudah berangkat ke sawah seperti biasanya dan akan kembali untuk sarapan setelah mengusir burung di sawah.
Di teras Vina menunggu Arga sambil membaca buku cerita yang dia pinjam dari perpustakaan. Tak berapa lama menunggu Arga datang dengan membawa helm untuk Vina. Bu Surti yang mendengar suara motor berjalan keluar diikuti Diki. Jiwa penasaran emak - emaknya mendorongnya keluar.
Arga yang melihat ibunya Vina tak lantas berangkat. Dia mendekat ke arah bu Surti dan Diki.
"Bu, saya dan Vina berangkat dulu ya?" ijin Arga sambil mengikuti Vina yang mencium punggung tangan ibunya.
"Dik, aku duluan ya." diki sudah mengangkat tangannya untuk tos yang di sambut Arga.
"Hati - hati mas, mbak Vina!" ucap Diki di balas anggukan keduanya.
Ibu menatap kepergian mereka sejenak lalu kembali masuk ke dalam rumah. "Sepertinya Arga memang anak yang baik." ucapnya dalam hati.
Setelah memakai helm, mereka lalu berangkat. Suasana masih hening. Mereka sama - sama canggung untuk memulai percakapan. Hingga Arga membuka suara.
"Vin, team voli kelas kamu nanti bertanding lagi ya." tanya Arga.
"Iya. Tapi aku nggak bisa ikut. Ibuku nggak mengijinkan aku main." jawab Vina dengan nada kecewa.
"Kesehatan kamu lebih penting. Lain kali kan masih bisa." ucap Arga.
Saat melewati tikungan Vina sedikit tidak seimbang reflek tangannya berpegangan di pinggang Arga.
Arga tersenyum namun Vina tak dapat melihat itu. Vina yang tersadar memeluk pinggang Arga buru - buru melepasnya.
"Ma.. maaf." kata Vina canggung.
"Kamu pegangan aja gak papa." ucap Arga senang.
Hatinya berdesir melewati momen kebersamaan mereka. Ingin rasanya dia menghentikan waktu sejenak agar kebersamaan mereka tak kunjung berakhir. Vina merasa hal yang sama. Perasaan yang tak tahu apa namanya, yang membuatnya selalu ingin di dekatnya.
Motor Arga sudah memasuki gerbang sekolah menuju tempat parkir khusus siswa. Mereka melewati lalu lalang siswa yang menatap penuh tanya. Karena ini pertama kalinya Arga ke sekolah naik motor dan herannya lagi memboncengkan seseorang.
Arga meletakkan helmnya di stang motor dan berbalik mau mengambil helm Vina. Vina kesulitan melepas helm. Arga mendekat dan memencet kuncian helm Vina lalu membantu melepasnya pelan. Tak berkedip Vina menatap wajah tampan di depannya. Dia berbunga - bunga dengan perlakuan manis Arga.
"Ehhmm... ehmm.. ." suara deheman membuyarkan pandangan romantis mereka. Doni datang dan memarkir motornya di dekat motor Arga.
Arga meletakkan helm Vina di motornya.
"Aku duluan ya. Terima kasih tumpangannya." ucap Vina hendak berlalu tetapi di cegah Arga.
"Tunggu dulu Vin. Kita bareng aja ya Don?" ucap Arga sambil melirik Doni.
"Iya bener, kita barengan aja." jawab Doni dibalas anggukan Vina.
"Nanti pulang tunggu kita ya." ucap Doni lagi membantu Arga yang tidak pandai bicara.
"Tidak usah, aku naik bus aja." jawab Vina.
"Heeiii.. tidak bisa. Saya tidak suka penolakan. Terserah kamu mau bareng Arga atau aku. Andi juga boleh. Eh iya, apa masih terasa sakit kepalanya?" ucap Doni panjang lebar sambil berjalan bersama.
"Emm, udah gak papa kog. Aku nggak enak merepotkan kalian." ucap Vina sambil terus melihat sekitar. Banyak mata yang menatap sinis ke arahnya. Kebanyakan cewek - cewek yang menatapnya tak suka.
Arga dan Doni nampak santai dan cuek - cuek aja dengan sapaan para cewek. Mereka tiba di depan kelas Vina.
"Pulang sekolah tunggu di parkiran." ucap Arga pelan namun penuh penekanan. Tanpa menoleh dan langsung pergi meninggalkan Vina.
Vina terpaku di depan pintu kelasnya.
"Eh, pagi - pagi bengong aja Vin." Dinda menepuk pundak Vina dan menariknya masuk ke kelas.
"Gimana masih sakit nggak Vin?" tanya Dinda sambil duduk di meja Vina.
"Udah gak sakit sih, tapi aku belum bisa ikutan main." ucap Vina sambil mencebikkan bibirnya tanda dia menyesal.
"Sebenernya sih nggak seru kalau nggak ada kamu, tapi yang penting kamu baikan dulu dech." ucap Dinda sambil menepuk pundak Vina dan berlalu.
Lisa, Dewi, Wati datang menghampiri Vina yang sedang asik membaca buku cerita.
"Cie.. yang berangkat naik roket." ucap Dewi.
"Bukan roket tapi jet." sahut Lisa.
"Apaan sih, syirik aja." ucap Wati.
"Kayak kamu nggak aja. Siapa yang nggak mau di bonceng Arga." ucap Dewi.
"Udah dech, berisik tau nggak sich." ucap Vina.
"Kita ke lapangan aja yuk." lanjut Vina.
"Kamu ikut main Vin." tanya Lisa.
"Nggak ikut. Sekarang giliran kalian yang tampil." ucap Vina.
"Wahh nggak ada kamu nggak seru Vin. Kalau team kita kalah gimana dong." ucap Dewi.
"Optimis aja Wi, kalah atau menang itu gak masalah yang penting kita berusaha semaksimal mungkin." ucap Wati.
"Nah itu baru betul." ucap Vina mengacungkan jempol ke arah Wati.
Mereka berjalan menuju ke lapangan voli. Vina duduk di pinggir lapangan untuk menonton pertandingan sementara tiga sahabatnya bergabung bersama para pemain pemanasan di lapangan. Tak jauh dari lapangan voli ada lapangan basket. Di sana nampak Arga dan kawan - kawan sedang bermain basket dikelilingi para cewek. Sesekali Vina melihat ke sana ada rasa tak suka melihat Arga di dekati cewek - cewek.
Sadar Vin, sadar, mana mungkin Arga suka sama kamu, guman Vina dalam hati sambil meremas roknya. Dia kembali menoleh ke arah lapangan basket tapi Arga tak dilihatnya lagi.
"Pasti dia ke kantin." ucapnya lirih.
"Siapa yang mau ke kantin? Ikutan dong." ucap Doni tiba - tiba mengejutkan Vina.
Vina yang terkejut membelalakan matanya dengan jantung yang berdetak kencang melihat Arga, Doni, Andi dan Rio mendekat.
Wajah Arga basah berkeringat membuat tingkat ketampanannya naik 180 derajat membuat Vina tak berkedip.
"Ke kantin yukk." ajak Doni lagi.
"Katanya tadi kamu mau ke kantin."
"Ehh.. itu.. emm.. anu.." ucap Vina gugup.
"Tenang.. mulai sekarang kita temen. Temen Arga juga temen kita. Iya nggak?" ucap Doni sambil melihat ketiga temannya dan dibalas anggukan mereka.
"Kalian duluan aja. Teamku belum selesai main." ucap Vina mencoba menolak. Padahal sedari tadi dia tidak memperhatikan teamnya bermain.
"Ya udah, kita duluan ya." ucap Doni dan berlalu meninggalkan Vina.
.....
3 hari kemudian ...
Ini hari Sabtu. Kegiatan Class meeting sudah berakhir. Hari yang dinantikan pun tiba. Hari pengumuman kejuaraan akademis dan non akademis akan segera dilaksanakan. Siswa yang berprestasi akan menerima hadiah dari sekolah.
Murid - murid berbaris rapi di lapangan upacara sesuai dengan kelas mereka. Mereka berdebar - debar menanti pengumuman. Setelah penerimaan rapor hari ini akan ada libur selama seminggu. Wali murid yang hendak mengambil rapor mulai berdatangan. Mereka ikut menyimak pengumuman dari luar lapangan. Berharap anak mereka menjadi salah satu penerima kejuaraan.
Orang tua Vina juga sudah berada disana. Kali ini ibu Vina yang datang mengambil rapor. Dia duduk di bawah pohon rindang di belakang para murid berkumpul. Sesekali dia mengobrol dengan ibu wali murid lain yang duduk di sebelahnya.
.....
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
L4
cieee Vina cemburu
2021-08-11
2
pat_pat
boomlike for you thor
2021-08-03
1
Siti Fatimah
lanjut lagi
2021-08-03
1