Bu Wita dan bu Surti sudah mulai tenang. Mereka kemudian bercerita berbagai hal selama mereka tidak bertemu. Cerita yang panjang dari mulai mereka lulus SMP hingga sekarang.
Vina sudah pulang dari sumur tetangganya. Dia langsung ke dapur membuat minuman untuk mereka. Mereka mengobrol di teras rumah Vina. Arga sudah sedari tadi menunggu pujaan hatinya itu. Dia terus memandangi Vina dengan penuh rasa rindu. Baru beberapa hari saja tidak bertemu terasa sangat lama baginya.
"Kamu dah sehat Ga." Vina memulai percakapan.
" Seperti yang kau lihat. Besok ke sekolah yuk. Siapa tahu ada pengumuman." ucap Arga.
"Iya nanti aku bilang teman - teman." ucap Vina.
"Nggak usah Vin, kita pergi berdua aja. Kan cuma mau lihat pengumuman aja. Besok aku jemput." ucap Arga.
"Emm, baiklah. Jam berapa?" ucap Vina.
"Agak siang saja kalau jam setengah delapan bagaimana?" ucap Arga.
"Ok. Buruan diminum tehnya." ucap Vina.
Arga dan Vina bercerita tentang kegiatan mereka sehari - hari beberapa hari ini. Arga begitu antusias mendengarkan cerita Vina. Jiwa petualangnya terpancing mendengar betapa asiknya Vina mencari kayu, menyabit rumput dan bermain air di kali. Dia belum pernah melakukan hal itu dan sangat ingin merasakannya melakukan itu.
Bu Wita yang melihat Arga dan Vina begitu akrab mengobrol merasa senang. Arga dari kecil tidak bisa dekat sama anak perempuan. Bahkan sangat dingin dan acuh.
"Surti, lihatlah anak kita sangat dekat." ucap bu Wita.
"Anak kamu sangat tampan Wita, dia juga sangat sopan. Sebelum aku tahu dia anakmu, aku sudah menyukainya." ucap bu Surti.
"Semoga kita bisa jadi besan Surti. Aku juga sangat menyukai Vina. Mereka terlihat sangat serasi." ucap bu Wita.
"Jangan katakan itu sekarang Wita. Biarkan mereka fokus untuk sekolah dulu. Setidaknya sekarang mereka sudah berteman baik." ucap bu Surti.
"Iya benar Surti, kita tidak bisa mengatur takdir tapi jika mereka berjodoh aku akan sangat bahagia." ucap bu Wita.
Diki yang baru pulang dari bermain langsung menyalami Arga dan ibunya. Bu Wita kembali terkesan dengan Diki yang begitu sopan. Diki lalu ikut mengobrol bareng Arga dan Vina. Dia berencana untuk main bola bersama Arga besok sore.
***
Di rumah Arga
Sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti di depan rumah Arga. Saat itu hanya ada bu Asna di rumah. Bu Wita dan Arga masih dirumah Vina dan pak Indra belum pulang dari mengajar.
"Selamat siang Bu, apa benar ini rumah Wita Lestari?" seorang laki - laki memakai jas rapi, berperawakan tinggi, berkulit putih dan berwajah tegas, bertanya pada bu Asna. Di belakangnya ada 4 orang yang sama - sama memakai setelah jas berwarna hitam mengikutinya.
"Selamat siang. Saya mertuanya Pak. Wita sedang pergi ke rumah temannya baru saja." ucap bu Asna gemetar. Dia begitu takut saat itu berharap pak Indra segera pulang.
"Maaf Ibu, kami bukan orang jahat. Ibu tidak perlu takut." orang itu bisa membaca mimik wajah takut lawan bicaranya. Tentu saja karena mereka telah lama terjun di dunia bisnis yang terbiasa menghadapi berbagai macam orang yang berbeda.
Bu Asna mulai tenang mendengar itu namun tetap waspada.
"Begini Bu, kami adalah orang kepercayaan dari Tuan Surya Pamungkas kakeknya Nona Wita Lestari." ucap Orang itu.
"Maaf saya tidak tahu. Saya mengenal Wita sebagai seorang yatim piatu." ucap bu Asna.
"Benar Ibu, tidak ada yang tahu mengenai hal ini termasuk Nona Wita sendiri. Tuan Galih meninggal ketika masih sangat muda." ucap orang itu.
"Silahkan tunggu di dalam mungkin sebentar lagi Wita pulang. Saya ke dalam dulu." ucap bu Asna. Dia berjalan ke dapur mengambil minum karena merasa orang itu sepertinya bukan penipu atau orang jahat.
Bu Asna menyajikan minuman dan snack untuk tamunya itu. Mereka tidak banyak mengobrol karena memang tidak saling mengenal. Bu Asna hanya duduk mendengarkan percakapan diantara mereka tentang pekerjaan yang dia sendiri juga tidak mengerti.
Arga dan Bu Wita akhirnya datang. Mereka nampak terkejut melihat sebuah mobil terparkir di halaman rumahnya. Bu Asna yang melihat kedatangan cucu dan menantunya merasa lega. Dia berjalan menghampiri mereka.
"Nak, ada tamu mencarimu." ucap bu Asna lalu kembali masuk bersama Arga dan bu Wita.
'Apa ini orang - orang yang di maksud bu Sarni tempo hari ya.' batin bu Wita.
"Em.. eh.. silahkan diminum bapak - bapak." ucap bu Wita gugup.
Orang - orang itu melihat bu Wita dan Arga dari ujung rambut hingga ujung kaki. Bu Wita merasa grogi diamati seperti itu.
"Maaf Nona Wita jika kami membuat Anda merasa tidak nyaman." ucap salah seorang dari mereka.
"Saya Sapto dan ini rekan - rekan saya, Agung, Slamet, Bayu, dan Nanang. Kami datang kesini di utus oleh Tuan Surya Pamungkas selaku kakek Anda untuk menjemput Anda." ucap Sapto.
Bu Wita terkejut mendengar itu dia merasa tak percaya. Dia terpaku tak bisa berkata apa - apa untuk sejenak. Arga pun tak jauh beda.
"Saya tahu jika Anda merasa terkejut dan mungkin tidak percaya. Coba Anda lihat ini Nona." Sapto menyerahkan map besar berisi foto - foto keluarga Surya dan Suyati.
Bu Wita duduk sambil memperhatikan dengan teliti. Dia mengenali neneknya Suyati dan ibunya Rasti yang masih muda dan juga ayahnya Galih. Foto itu kelihatannya diambil di perkotaan. Bu Wita meneteskan airmata, dia tidak tahu harus merasa senang atau sedih. Senang karena mengetahui dia masih mempunyai keluarga dan sedih karena dia merasa kakeknya tidak mencarinya dari dulu saat dia terpuruk.
"Kenapa kakek baru mencariku sekarang?" tanya Bu Wita.
"Tuan Surya sudah mencari Tuan Galih sejak dulu Nona, tapi tidak pernah bertemu titik terang. Beberapa hari yang lalu pelayannya yang sudah lanjut usia sebelum beliau meninggal menyampaikan berita kepada Tuan tentang keberadaan Tuan Galih. Bu Suyati dan Nyonya Ratri dulu bekerja dan tinggal di rumah Tuan sebagai pelayan. Bu Suyati berhenti bekerja karena sakit - sakitan lalu pulang kesini. Di saat yang bersamaan Tuan Surya hendak menjodohkan Tuan Galih dengan anak rekan bisnisnya karena tidak tahu kalau Tuan Galih mencintai Nyonya Ratri." cerita Sapto.
"Apakah kakek akan menolak ibu saya jika dia tahu menikah dengan bapak." tanya bu Wita sedih.
"Setahu saya Tuan Surya bukan orang seperti itu Nona. Dia hanya tidak tahu saja kalau Tuan menyukai Nyonya Ratri. Saya sudah lama bekerja untuk Tuan Surya, meskipun status beliau sangat tinggi tetapi beliau sangat rendah hati." ucap Sapto.
Bu Wita kembali diam. Dia menatap bu Asna dan Arga bergantian. Bu Asna tersenyum ke arah menantunya itu lalu mengangguk memberi dukungan.
"Lalu apa rencana kakek?" tanya bu Wita.
"Anda adalah satu - satunya ahli waris dari Tuan Surya. Beliau ingin Anda segera menemuinya." ucap Sapto.
"Saya akan membicarakan ini dengan suami saya nanti. Anda berikan saja alamatnya." ucap bu Wita.
"Tidak Nona, bukannya saya tidak percaya dengan Anda. Tapi saya sudah berjanji untuk membawa Anda segera. Kami akan menunggu Anda dan mencari penginapan di sekitar sini." ucap Sapto.
"Disini belum banyak penginapan. Ada tapi lumayan jauh dari sini. Kalian tinggalah disini saja, saya akan minta ijin ke Pak RT." ucap bu Wita.
"Apa ini tidak akan merepotkan Nona?" tanya Sapto.
"Tidak perlu sungkan. Anda semua silahkan mandi dan beristirahat. Akan saya siapkan makan siang. Arga, kamu tunjukkan kamar mandinya. Dan tolong kamu gelar kasur lantai disini ya Nak." ucap bu Wita.
"Iya Bun." jawab Arga.
"Mari Pak ikut saya." ucap Arga menunjukkan menuju kamar mandi.
"Terima kasih Nona." ucap Sapto.
"Sebentar Tuan Muda. Kami ambil perlengkapan mandi kami dulu di mobil."
'Tuan Muda' . Arga merasa geli mendengar panggilan itu. Rasanya ingin tertawa tapi takut menyinggung mereka. Dia tidak bisa membayangkan hari - harinya setelah ini.
*****
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Yukity
next kak...💖💖
2021-08-19
1
IG @zmling_
Amin..nanti kalo jadi besan jangan lupa undang 🙊👺👺
2021-08-13
2
Nona Bucin 18294
semangat updatenya kak 🤗🤗🥰
2021-08-12
1