Kelas Mati

Aku berjalan melewati sebuah taman kecil yang sangat sederhana.Taman ini adalah tempat bagiku untuk menumpahkan seluruh rasa sakit ini. Aku berhenti sejenak dan duduk di sebuah kursi panjang berwarna biru sembari memandangi langit.

Taman ini sangat sepi karena masih belum ada seorangpun disini. Ini adalah suasana yang paling kusukai yaitu tidak ada seorangpun yang akan menganggu diriku. Aku masih memiliki waktu jadi tidak apa-apa untuk menghabiskan waktu sejenak di taman ini.

Akira adalah namaku. Sebenarnya nama ini bukan nama asliku tetapi melainkan nama pemberian seseorang kepadaku. Aku tidak begitu mengingat nama pemberian orangtuaku jadi, aku menggunakan Akira sebagai identitasku sampai sekarang. Hari ini sepertinya cuaca sedang tidak bersahabat, langit sudah bermuka suram dengan awan gelap yang memenuhi dirinya.

Aku tersenyum pahit melihat langit yang sebentar lagi akan menangis. Entah mengapa aku merasa berbeda dari semua orang kebanyakan, mereka semua mengatakan bahwa aku ini monster. Sejak kecil aku sama sekali tidak mengenal dengan yang mereka sebut dengan ‘kebahagiaan’.

Jika memang tuhan itu memang ada maka aku akan bertanya kepada dirinya mengapa aku dilahirkan di neraka? Setiap harinya sudah seperti siksaan bagiku. Semuanya terlihat baik-baik saja awalnya sampai perlahan-lahan kehidupanku hancur sepenuhnya.

Pertama aku kehilangan kedua orangtuaku, setelah itu tidak memiliki satupun orang yang bisa ku sebut sebagai teman, seterusnya tidak memiliki tempat dimana mereka sebut sebagai rumah melainkan sebuah gerbang menuju dunia penuh siksaan tanpa ujung.Tidak sampai disitu saja kehidupanku mulai runtuh yang paling aku tidak relakan adalah kehilangan malaikat kecilku yang selalu menemaniku baik itu suka maupun duka sekalipun.

Hiks....hiks....hiks....hiks......

Tanda sadar air mataku telah membanjiri wajahku, kelopak mata ini sudah tidak sanggup menahan jatuhnya air mata. Aku berteriak sekerasnya berharap semua rasa sakit ini segera menghilang tetapi rasa sakit ini semakin membesar dalam diriku.

Bayangan masa lalu terus menghantui diriku saat bersedih, maka dari itu aku semakin merasa tertekan. Aku berharap bahwa semua ini akan cepat berakhir tanpa rasa sakit seperti ini. Jantungku rasanya ingin meledak kapanpun karena berdetak dengan sangat kencang ketika aku sedang terisak.

Aku menghela napas sebentar dan melanjutkan perjalananku menuju sekolah yang tidak jauh dari taman ini dengan menggunakan sepeda biasa. Sebelumnya aku ingin menghapus jejak air mata pada wajahku terlebih dahulu sebelum di sadari oleh semua orang.

Sebuah rintikan  jatuh tepat di atas kepalaku, sepertinya akan hujan lebat dan sebaiknya aku harus menggunakan hoodie di dalam tas. Sesuai dugaan, hujan mulai turun dari langit dengan sangat hebat yang membuat aku kesulitan bersepeda di jalanan yang licin.

 Sekolah.Tempat yang paling ku benci dari seluruh tempat yang pernah ketemui.Tidak ada satupun keistimewaan dari tempat ini. Sebenarnya aku tidak ingin sekolah tapi akan ada perasaan bersalah dalam hatiku jika tidak bersekolah.

Semua siswa menatapku dengan jijik dan suram melihat diriku yang akan memarkirkan sepeda. Setelah memastikan bahwa sepedaku sudah terparkir, aku berjalan melewati murid-murid lain tanpa peduli dan terus berjalan menuju koridor.

Koridor di penuhi oleh murid-murid yang berhamburan apalagi di depan kelasku yaitu kelas 1-8, ini sangat buruk. Sudah di pastikan bahwa ada sesuatu yang menarik perhatian semua murid sampai-sampai berkerumun. Aku berjalan dengan hati-hati agar tidak terdengar oleh mereka.

Sekilas aku melihat dari jendela kelas kalau Rui bersama gengnya sedang membully Yamato sang kutu buku di kelas. Rui adalah anak orang kaya yang sangat suka menindas orang lain termasuk aku Bagaimana tidak karena dia sangat mementingkan egonya di depan banyak orang. Padahal jika ingin maka aku bisa saja membuat dirinya menghilang untuk selama-lamanya.

Aku mulai memasuki kelas tetapi aku langsung mendapat sambutan hangat dari Rui dengan lembaran penghapus papan yang tepat mendarat di mukaku.

“Hei monster, bisa lemparkan itu kemari?”

“Apa yang kau katakan Rui, monster itu tidak mungkin bisa melakukannya." sahut pemuda di samping Rui.

“Memangnya apa yang bisa dilakukan oleh si monster ini walaupun dia monster tetapi bagiku dia hanyalah lalat pengganggu.”ucap Rui lagi dengan wajah suram sembari menekankan kata lalat pengganggu.

“Hahahahahahahahahahaha.”tawa semua orang bergema di ruangan ini. Mereka semua menertawai diriku seperti melihat badut yang sedang menghibur mereka.

Aku tidak menghiraukannya dan terus berjalan menuju mejaku yang berada di balik jendela kelas. Bu Oliya masuk ke kelas dan membuat keributan di kelas langsung menghilang entah kemana. Bu Oliya adalah salah satu the killer teacher di sekolah yang sangat terkenal akan ketidakpeduliannya akan murid-muridnya sendiri, salah satu guru yang paling ku benci.

Bu Oliya mengajar pelajaran bahasa inggris di kelas ini. Kemampuan debat bahasa inggris tidak bisa diuji lagi. Meskipun Bu Oliya sama sekali tidak mempedulikan ku tetapi suasana tenang dan damai ini sudah menghipnotis diriku. Semuanya berjalan dengan baik sampai Bu Oliya melempar diriku dengan bola kecil kesayangannya padahal aku hanya sedang melakukan untuk sesaat demi menikmati anugerah satu-satunya dari tuhan ini.

“Murid yang duduk di samping jendela nomor 3, lemparkan bola itu kemari.” ucap Bu Oliya tanpa melihat sekalipun aku dan tidak memanggil diriku dengan namaku sendiri.

Aku terdiam melihat tindakan Bu Oliya. Aku tidak pernah melakukan suatu kesalahan jadi mengapa aku yang di salahkan dalam  hal ini. Entah mengapa ada suatu hasrat untukku membalasnya tetapi aku menahannya dan mengembalikan bola kecil kesayangan milik Bu Oliya.

“Hei monster apa kau bisa bertindak selayaknya seorang monster agar bisa menghibur kami semua?” tanya Maria, salah satu geng Rui termasuk anjing yang selalu mengikutinya

“Benar, apa kau itu memang bukan seorang manusia?” tukas Ray, sama seperti maria dia hanya seorang anjing yang mengikuti Rui.

“Dia bukanlah monster melainkan hanya seorang pecundang gila saja.”kata Rui

“Hahahahahahaha.” lagi-lagi tawa menggema di dalam kelas yang membuat Bu Oliya yang sedang melanjutkan materi dan langsung terganggu dengan kebisingan tawa dalam kelas, langsung saja Bu Oliya melempar bola kecilnya yang tepat tertancap di dinding kelas yang membuat kebisingan dalam kelas langsung hilang.

“SEMUANYA DIAM!"

Seketika semua murid langsung menoleh ke hadapan Bu Oliya yang kelihatan sudah marah sampai ubun-ubun. Mereka semua langsung ketakutan, ada yang beberapa tubuhnya bergetar hebat. Suasana di dalam kelas yang tadinya sangat ribut sekarang diam tanpa bersuara sedikitpun.

“Meskipun Akira adalah seorang monster tetapi kalian tidak berhak mengejeknya dalam kelas apalagi saat guru sedang menjelaskan materi.”

“Memangnya kenapa? Apa salahnya mengucapkan kebenaran bahwa dia memanglah seorang monster karena dia sangat tega membunuh adiknya sendiri menggunakan tangan kotor itu.”

Aku merasa ini sudah kelewatan, aku masih bisa bersabar mereka mengejekku dengan sebutan monster maupun membully diriku tetapi jika kalian menghina adikku maka aku tidak akan diam lagi, tetapi aku harus menepati janjinya untuk tidak menunjukkan di depan mereka. Aku tetap diam melihat semua ini.

“Apa yang kau tunggu lagi, adikmu sudah diperlakukan dan kau masih diam? Aku benar-benar tidak mengerti dirimu.”

Tiba-tiba ada sebuah suara yang terdengar di dalam pikiranku dan setelah suara itu muncul seseorang yang mirip denganku tetapi dia sangat menyeramkan tengah menatapku dengan wajah kecewa.

Aku tidak mempedulikannya dan terus melihat kearah langit tanpa sedikitpun menghiraukan sosok tersebut.

“Ada apa ?apa kau takut? Bukankah kau sudah cukup menahan semua beban itu? Aku tidak ingin kau semakin tersiksa.”

“MARAHLAH! tunjukkan kepada mereka siapa sebenarnya yang sedang mereka lihat dan balas dendam untuk adikmu.”

Aku benar-benar tidak bisa menahan nafsuku untuk membalas penghinaan atas adikku. Rasanya aku tidak bisa bernapas sama sekali yang membuat ku sesak napas. Aku tidak tahu apakah aku masih sadar atau tidak tetapi aku merasa seluruh beban hilang dalam sekejap mata. Aku rasanya ingin menikmati sensasi ini untuk selama-lamanya. Sangat nyaman.

“AKIRA! Kenapa kau masih melamun saat guru menjelaskan? Sekarang kau harus berdiri di depan kelas sampai jam pelajaran ibu habis."

Aku rasanya sudah tidak bernapas dan jantung tidak ingin bergerak lagi. Aku sekarang sudah bebas dari semua ini. Sekarang aku tidak akan menahan diri lagi untuk menerima penghinaan atas adikku sendiri.

Saat Bu Oliya ingin melemparku dengan bola kecilnya, kepalanya sudah tertancap sebuah pisau. Saat itu semua murid langsung berteriak melihat Bu Oliya sudah tergeletak dengan kepalanya yang masih mengeluarkan darah yang masih segar. Semua murid terkejut kembali begitu melihat siapa pelaku yang melempar Bu Oliya dengan pisau, ternyata dia adalah Akira. Entah mengapa aku merasa bahwa hidup sudah tidak keperluan lagi.

Aku  tersenyum,”Hahahahahahahahaha.”

Aku rasanya ingin tertawa dengan begitu cerianya melihat darah kotor yang mengalir di tubuh Bu Oliya. Semua murid menatapku dengan wajah ketakutan melihat aku tertawa seperti orang gila bahkan Rui tidak bisa bersuara sedikitpun karena mereka sudah melihat kematian di hadapan mereka.

Aku berjalan ke depan untuk berdiri di belakang papan tulis sambil tersenyum ceria yang tidak luput dari wajahku.Tidak ada satupun yang akan  bisa menghentikan ku.

“Baiklah semuanya, selamat datang dalam pertunjukan kematian.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!