Blooding Game (Part 2)

"Kenapa kau terkejut. Toko itu sangat terkenal tahu dengan gamenya yang terbaru dan ramai sekali orang antri untuk mendapatkan game populer itu. Beruntungnya aku karena bisa mendapatkannya," tukas Reza sambil memeluk stik PS-nya.

Aku sekarang mengerti tentang rekayasa di balik toko game itu. Permainan ini adalah ajudan iblis bagi para penganut game. Mereka memanipulasi gamer untuk memainkan game terkutuk ini. Sebelum terjadi sesuatu aku harus menghentikannya.

Aku pun bangkit ingin mencabut colokan PS. Tapi, keras sekali ketika ditarik.

"Hey!!! Apa yang kau lakukan? Permainannya belum selesai."

"Reza dengar. Game ini berbahaya untuk kita mainkan, lebih baik kita akhiri sebelum terjadi sesuatu."

"Tapi, ini cuman game biasa, Azka."

Aku tak menanggapi lagi ucapan Reza dan terus menarik kabel PS ini, tetapi dia tetap tak bergeming. Reza datang, menahan tanganku untuk tidak bertindak melepas kabel tersebut.

"Reza, aku mohon setidaknya biarkan aku mencabut kabel ini."

"Kita belum selesai bermain. Apa kau takut dan memilih untuk menyerah, dasar payah!"

"Kau sama sekali tidak pernah mendengar ku, kau lihat ini lenganku berdarah gara-gara main game itu. Jika salah satu pemain kita terkena serangan musuh maka diri kita sebagai pengarah pun akan terkena, Za."

"Pffft, apa kau bercanda. Lelucon mu tak lucu sama sekali, Ka. Mana ada game yang seperti itu. Azka aku sudah berpengalaman dalam hal ini dan aku tidak pernah menemukan game yang seperti perkataan mu itu."

Sebelum sempat membalas cemoohan Reza, tiba-tiba tanah bergetar. Barang-barang jatuh berserakan di lantai. Kami sontak mencari tempat berlindung dari benda-benda keras itu. Tetapi, tubuhku tak bisa bergerak.

Seakan ada yang mengambil alih seluruh tubuhku dan dengan sendirinya aku terduduk sambil memegang stik PS di depan layar televisi yang sedang mempertunjukkan tokoh pemain dan musuh. Reza pun sudah duduk di sampingku dengan wajah yang terlukis ketakutan di sana.

"A...pa yang telah ter..jadi, Ka?" tanyanya gugup.

"Aku tak tahu, Za. Yang pasti ini perbuatan magis jahat di dalam game itu."

Mendadak muncul jeritan melengking yang nyaris memekakkan telinga. Sampai samar-samar terdengar sebuah suara seseorang.

"Jika kalian sudah memainkan game ini maka mainlah sampai tuntas. Tidak ada yang boleh keluar atau sengaja mematikannya, apabila ini terjadi maka kalian akan tahu akibatnya."

"Siapa ka..." mulutku tak bisa bercakap, tenggorokanku tercekat.

"Dan tidak ada yang boleh sembarangan memotong pembicaraan orang. Aku akan memberitahu syarat dari game ini. Pertama, seperti yang aku bilang tadi tidak boleh keluar dari area permainan. Kedua, game. tidak akan berakhir jika kalian tidak memenangkan pertarungan. Ketiga, apapun resikonya kalian yang tanggung sendiri karena kami hanya memperjualbelikan game.

Keempat, hati-hati dengan serangan musuh, lindungi masing-masing pemain kalian. Jika tidak, serangan dan rasa sakit itu akan nyata dirasakan oleh pengarangnya juga. Dan yang kelima, jika salah satu dari pemain berhasil melewati rintangan dan mencapai garis finish maka hadiah akan diberikan hadiah kejutan yang sangat besar. Tidak ada hadiah bagi pemenang yang seri. MAINLAH DENGAN KEEGOISAN, MAKA KEMENANGAN AKAN MERENGKUH MU HAHAHAHA!!!"

Suara itu hilang begitu saja dan aku sudah bisa menggunakan mulut ku lagi.

"Reza, kita harus menghentikan ini!"

"Menghentikan? kau bodoh atau apa sih? Game ini tidak bisa dihentikan, kau mengerti kan! Kita tidak ada pilihan lain, Ka. Kau ikuti saja aturannya. Permainan ini akan seru jika salah satu dari kita bisa memenangkan game nya. Maaf Ka, untuk sekarang kau adalah musuhku!"

"Setidaknya kita harus bekerja sama, Za. Itu akan menyelamatkan nyawa kita."

"Bacot kau, Ka! Tidak ada untungnya juga bagi kita jika kita bekerja sama. Aku tak peduli lagi, aku akan memenangkan permainan ini."

Aku tak menyangka Reza telah berubah hanya karena game sialan ini. Game akan dimulai dalam 3 detik. Baiklah kalau itu mau mu Reza, kita akan jadi musuh dan bertarung sekarang.

Game telah dimulai dengan senjata dan perisai yang tersedia di tangan masing-masing. Aku melangkah lebih cepat untuk memburu musuh yang masih belum terlihat. Reza masih dengan posisi santai dia berjalan di belakangku.

Monster-monster berbentuk aneh mulai berdatangan dengan sangat banyak. Mulai dari berkelompok menggunakan mobil sampai ada jalan yang terseret-seret.

"Loh, kok gamenya tidak sama kayak tadi? Sial! kalau begini aku akan kalah. Tidak! jangan pesimis dulu, oke, Azka mari kita lakukan."

Reza menembaki satu persatu dengan sekali petikan jempol. Dia memang tak bisa diragukan lagi. Aku tidak boleh diam begitu saja. Ku condongkan senjata ku ke tubuh monster-monster itu. Dorrrr....

Aku mulai menikmati alur game ini. Tidak susah juga. Tembakan terus bergema di ruang kamar Reza. Pertempuran terus berlanjut tanpa berkurang sedikit pun nyawa kami.

Waktu terus bergulir dan kami masih tetap dalam keadaan mengarungi karakter pemain di game ini. Anehnya, tidak ada gangguan sama sekali. Dan itu membuat kami terjerat dalam haluan untuk terus melawan monster sampai mendapat kemenangan.

Kami sudah sampai di penghujung game. Tinggal melawan monster terkuat. Sedikit lagi maka semua akan berakhir. Bos monster sudah menampakkan batang hidungnya. Aku mengganti senjata ku dengan yang lebih spesifik. Kami pun menyerang tubuh monster itu berkali-kali tanpa henti, tapi nyawanya hanya menyusut sedikit.

Monster itu balik menyerang ke arah kami dengan pukulan tangannya yang kekar. Brukkk... lantai bergetar akibat hantamannya. Aku berhasil menghindar tapi Reza terkikis di bahunya. Dia memekik kesakitan, darah mengalir deras. Aku tak bisa menolongnya dan dia pun harus menahan rasa sakit itu.

Kami terus melanjutkan permainan. Keringat bercucuran di dahiku. Rasa lelah menghantam kami. Makan, minum maupun ke kamar mandi harus kami hentikan terlebih dahulu.

Monster itu mengganas. Ia menghantam semua yang ada di depannya. Aku maju menyerang. Tapi, Reza menghalangi ku dengan meluncurkan pelurunya ke lengan tanganku.

"Arggghh!!!... kau curang, Za!"

"Hah! dengar, Ka tidak ada kata curang jika nyawa sudah diambang."

Aku tak boleh melawannya, itu akan memperburuk keadaan. Sekarang aku hanya fokus pada monster itu. Ku gerakkan lagi pemain ku. Monster itu sulit untuk dihabisi, sudah berapa peluru aku keluarkan tapi nyawanya masih tersisa setengah.

Reza menyerang dengan bengis. Tiba-tiba, monster itu menghilang dan sudah berdiri di hadapan Reza. Dia mengangkat tangannya dan....BRAKK...KRAKKK....

Aku tertegun. Badan Reza hancur setengah. Isi di dalam tubuhnya terlihat jelas, usus, jantung maupun paru-parunya. Walaupun begitu dia tetap bernapas dan tidak mati. Perutku melilit kencang, seketika aku mual. Ku tahan habis-habisan dan melanjutkan permainan.

Aku menembaknya terus- menerus. Secepat kilat aku menghindar jika dia menyerang ku. Kekuatannya adalah sering menghilang. Aku harus waspada. DORR...DORRR...

Reza masih melawan semampunya. Nyawa monster itu sedikit demi sedikit berkurang. Hanya tinggal 30% lagi.

"Huh! Ayo sedikit lagi!"

Entah kenapa, kali ini aku lengah. Reza sempat mempermainkan ku. Ia mengambil alih posisi di depanku lalu ketika monster itu meninju pukulannya, Reza menghindar dengan cepat. Alhasil aku tak sempat menyingkir dan setengah tubuhku terputus.

Aku menjerit keras. Sakit sekali!! Amarahku membara. Tahanan hatiku telah hancur. Ku ganti senjata ku dengan shotgun, tepat di kepala Reza pelurunya meluncur dan DUARR...

Puing-puing tubuh Reza jatuh berantakan. Aku puas. Senyumku mengembang. Ku arahkan shotgun ku ke segala arah. Akal ku sudah tak karuan lagi. Bunyi tembakan menjadi alunan lagu bagiku. Akhirnya, monster itu mati. Layar televisi telah menampilkan tulisan "YOU'RE THE WINNER"

"Aku menang!!!! Man hadiahku?!"

"Selamat atas kemenangan mu, Azka. Hadiahnya ada di belakangmu. Silahkan kau ambil!"

Aku pun berbalik. Sebuah kotak besar kini terpampang di depanku. Aku pun menyeret tubuh ku menuju ke sana. "Kemari lah, Sayang."

Tanganku mulai menyentuh bagian atas kotak hadiah. Kemudian membukanya perlahan. Seketika tubuhku kaku, pupil mataku membelalak. Isi dalam kotak itu keluar, kepalanya menjulur ke atas dan membesar. Mulutnya membuka lebar hingga koyak menampakkan gigi taringnya yang tajam. SREKK...KRAUKKK...WUSS....

......----------......

Terpopuler

Comments

Maya Paja

Maya Paja

gambar template oleh

2024-04-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!