Ketukan Pintu Asrama

Cerita ini terjadi ketika aku masih bersekolah di Pesantren Lima, yang terletak di persimpangan kota Langsa.

Waktu itu sekitar pukul 11.19 malam. Aku yang masih terjaga bersama temanku, Artha memilih untuk begadang sambil bermain catur. Suasana asrama saat itu sudah sepi dan sunyi. Hanya terdengar suara burung gagak yang masih berceracau, mungkin ia sedang bertengger di pohon dekat taman yang tak jauh dari asrama kami.

"Yey, skakmat! Kau kalah!" ucapku kegirangan sambil menepis salah satu bidak Artha.

"Arghhh, dari tadi aku kalah mulu, udah lah aku nggak mau main lagi."

"Yah, tadi janjinya kita harus main tiga kali. Ini udah dua kali aja langsung nyerah, gimana kau ni!"

"Iya, deh. Kalau gitu temani aku dulu ke kamar mandi!"

"Lah, kenapa nggak pergi aja terus sendiri. Merepotkan aja kau ni!"

"Udah nggak usah banyak bacot, cepetan kalau nggak aku nggak mau main nih!"

Aku pun bangkit dengan lunglai dan menyusul Artha yang sudah di depan pintu. Kami pun pergi ke kamar mandi yang berada di bawah asrama. Oh ya, asramaku berlantai 2, kamarku berada di lantai atas jadi kalau kami ingin ke mana-mana harus menuruni tangga dulu. Soalnya lantai atas cuman tersedia kamar saja.

Sesampainya di kamar mandi, Artha langsung masuk ke WC. Aku menunggu di luar. Mataku mulai mengamati keadaan sekitar yang samar-samar gelap. Karena bulan sudah berbagi sinarnya ke permukaan sehingga nampak sedikit terang.

Tiba-tiba, aku melihat ada sebuah bayangan hitam sedang berdiri di taman. Bayangan itu berbentuk seperti manusia. Karena penasaran, aku memberikan diri untuk melihat dari dekat. Aku mengendap-endap dan bersembunyi di bawah tangga.

Betapa terkejutnya aku, bayangan itu adalah sosok makhluk tanpa kepala. Tubuhnya dipenuhi oleh darah yang berceceran dari lehernya. Tapi yang lebih mengerikan lagi dia sedang memegang kepalanya sendiri. Bulu kuduk ku meremang hebat. Semoga saja, dia tak tahu keberadaan ku.

Tiba-tiba, dia berbalik dan berjalan ke arahku. Sangking takutnya aku saat itu, membuat kakiku tak bisa bergerak. Bahkan mulut ku juga tak bisa bersuara. Aku menunduk dan menutup mata. agar tidak melihatnya. Suara langkah kakinya semakin dekat. Dan...

"Erwan?! ngapain kau di sini, aku capek tahu nyariin kau!"

"Artha, tadi itu ada..." aku menunjuk ke arah hantu tadi, tapi tidak ada siapapun di taman itu.

"Ada apaan sih! nggak usah ngawur deh. Lebih baik kita balik ke kamar lagi."

Aku pun mengangguk dan kami kembali ke kamar. Ketika menaiki tangga aku sempat melihat sosok itu. sedang duduk di atas pohon. Aku pun langsung berlari meninggalkan Artha.

"Oi, kau ini kenapa sih. Kayak orang ketakutan kek gitu?" Artha pun datang dan menanyakan gerangan aneh ku.

"Itu ada sosok mengerikan di atas pohon." Jariku menunjuk ke arah si makhluk itu tapi hanya kosong yang menempatinya.

"Mana! Nggak ada siapa-siapa kok. Kau ini kalau mau berhalusinasi di tempat lain aja sana!"

"Tapi tadi aku..."ucapanku terpotong ketika Artha menarik tanganku dan menyuruhku duduk.

"Udah ah, yuk kita lanjut mainnya."

Tak terasa kami bermain sampai tengah malam, aku mengucek mata karena sudah mengantuk.

"Tha, udahan dong. Aku udah ngantuk nih."

"Yaelah, Wan. Besok kan hari Jumat, hari libur. Kamu bisa tidur sebentar lagi aja. Lagi seru nih!"

"Tapi, Tha..." Artha menutup mulutku, memberi kode agar tidak bicara lagi. Aku hanya bisa pasrah. Tapi, saat itu aku mendengar suara ketukan pintu. Ketika aku bertanya kepada Artha dia bilang tidak mendengar apa-apa. Aku mulai penasaran. Ku coba mengintip lewat jendela tiba-tiba, ada suara benda menggelinding di lantai asrama.

Saat ku lihat, aku terkejut setengah mati. Jantungku berdegup kencang. Sebuah kepala berdiri di depan pintu kamar sembari mendobrak pintu keras.

"Siapa sih, di luar ribut amat!" Artha bangkit ingin membukakan pintu tapi langsung ku cegah.

"Tha, jangan buka pintu deh. Kita tidur aja ya."

"Kek mana mau tidur kalau pintunya digedor jadinya berisik lah."

"Please, dengerin omongan aku dong, Tha!"

"Kau ini kenapa sih, Wan. Dari tadi aneh banget."

"Coba kau lihat dari jendela aja."

Artha pun menuruti perintahku. Dia mengintip lewat kaca jendela. Tapi, ketika dilihatnya tidak ada siapa-siapa.

"Ini nggak bisa dibiarin aku harus liat siapa yang gedor pintu."

"Jangan, Tha..." Artha tak mendengar ucapanku, dia langsung membukakan pintu tapi ketika dibuka tetap tidak ada siapa-siapa.

"Njirr..ini orang iseng banget sih, gangguin aja!"

"Lebih baik, kau tutup pintunya, Tha."

Artha pun menutup pintu. Tapi, ketika Artha berbalik, entah kenapa wajahnya terlihat pucat dan gemetaran. Aku pun bertanya kepadanya tapi jawabannya hanya menunjuk ke arah jendela. Aku pun berpaling tidak ada Yanga aneh.

Tik... Aku merasa ada sesuatu jatuh di atas kepalaku. Ketika aku ingin mengeceknya Artha langsung menarik tanganku dan menyuruhku untuk tidur. Aku pun langsung menurutinya sebab aku juga sudah merasa merinding sedari tadi. Kami pun bergegas untuk tidur dan menyudahi bermain catur.

Keesokan harinya, aku menanyakan kepada Artha kenapa mendadak menyuruhku untuk tidur. Dia menceritakan bahwa ada hantu tanpa kepala yang tengah berdiri di kaca jendela Dan juga ada sebuah kepala yang berdiri di atas kepalaku. Aku saat itu hanya bisa mematung mendengar cerita Artha.

"Oh ya, Tha. Aku juga ada jumpa dia di taman tadi malam pas kita ke kamar mandi. Aku nggak nyangka dia sampai meneror kita."

"Kok kau nggak bilang sama aku?!"

"Ya, aku kan mau bilang tapi setiap aku ngomong kau malah potong ucapanku."

"Ya deh maaf, Erwan. Tolong cerita ini jangan bilang siapa-siapa deh, aku nggak mau mereka tahu."

Aku pun mengangguk. Sejak kejadian itu, kami memilih untuk tidak bermain catur lagi sampai tengah malam. Hingga pada suatu hari ada yang juga mengalami kejadian sama seperti ku dan Artha tapi lebih mengerikan lagi. Dikabarkan bahwa hantu itu memang penghuni pesantren ini yang konon katanya dari seorang anak yang dipenggal kepalanya oleh pencuri ketika ia keluar tengah malam.

Dan satu lagi, dia akan terus bergentayangan untuk mencari teman yang akan bernasib sama dengannya. Kami bersyukur karena dia tidak melakukan hal-hal aneh yang akan membuat kami terbunuh.

Tamat....👻☠️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!