Saat ini Ikram dan Ellia sudah berada di dalam sebuah mobil dengan Nando sebagai pengemudinya, Ginanjar memilih untuk memantau apa yang terjadi di sini dan meminta Nando untuk menggantikannya mengantar Ikram pulang.
"Prof apakah masih lama?" tanya Ellia yang sudah merasa tidak nyaman.
"Tidur lah dulu saja, aku akan membangunkan mu nanti ketika kita sampai,"
"Tidak, aku hanya semakin pusing berada di dalam mobil, ingin segera sampai dan rebahan," ucapnya.
"Nando tidak adakah obat sakit kepala di dalam mobil?" tanyanya.
"Saya akan berhenti di apotik untuk mencari obat itu tuan muda,"
"Segera berhenti jika sudah menemukan apotik,"
"Kita pulang saja prof, saya hanya butuh air bekas menanak nasi, saya akan minum itu sebagai obat," ucapnya polos yang membuat Nando berhenti secara mendadak.
Tubuh kedua orang di belakang itu bersamaan maju ke depan karena mobil berhenti secara mendadak, "kau tidak apa-apa Ellia ? kenapa berhenti mendadak begitu Nando? ada apa ?"
"Anda tidak dengar apa yang diucapkan nona baru saja tuan muda," jawab Nando.
Ikram yang sebelumnya menatap Nando kini beralih menatap Ellia, "kenapa kau minum air bekas menanak nasi?"
"Itu bikin sehat prof,"
"Penelitian dari mana?" ucap Ikram kaget.
"Kata orang-orang jaman dulu prof, kan obat mahal,"
"Astaga, kemari kemari cepat kemari," ucap Ikram menepuk pahanya agar Ellia berbaring di sana.
Ellia menatap Ikram heran campur takut, ia bukan gadis bodoh, tapi dia juga tidak seberani itu.
"Ellia ingin membantah ku?" ucap Ikram lagi lembut namun tidak ingin di bantah.
Dengan perlahan Ellia merebahkan kepalanya di paha Ikram, sejujurnya dadanya sungguh berdetak tidak karuan.
"Nando, jalan lagi," ucapnya.
"Tidur lah," ucap Ikram lembut sembari memijit pelan kepala Ellia.
Ellia benar-benar merasa sangat aneh dengan situasi ini, debaran jantungnya sudah tidak bisa di kondisikan.
"Tidurlah Ellia, tutup matamu itu," tambah Ikram.
Gadis itu menutup matanya pelan, berusaha tetap tenang, di tambah kepala nya yang benar-benar terasa berat, sehingga membuatnya berfikir, "ya sudahlah,"
"Tuan muda," panggil Nando.
"Apa ?" sahut Ikram yang masih menatap wajah Ellia dengan mata terpejam di pangkuannya.
"Bukankah nona muda sangat manis dengan rambut sebahu itu," ucapnya menggoda Ikram.
"Jika hanya cantik, aku bisa mencari yang lebih darinya," tambah Ikram.
"Iya juga, anda sangat populer di manapun, bahkan jika anda tidak kaya, semua orang pasti tetap akan memperebutkan anda tuan," ucap Nando seperti seorang teman.
"Itu keberuntungan ku yang lain,"
"Anda bisa istirahat tuan muda, saya akan membangunkan anda jika sudah sampai mansion," ucap Nando.
"Aku tidak mengantuk, aku akan melihat update grafik saham yang kalian laporkan saja,"
"Baik tuan muda," sahut Nando yang sudah berhenti berbicara, membiarkan tuan mudanya membaca dan mempelajari apa yang ia dan pak Ginanjar laporkan setiap hari.
Tanpa terasa mobil hitam itu sudah masuk ke dalam pintu gerbang perbatasan hutan, memang masih lima belas menit lagi untuk sampai mansion, namun Nando tetap memberitahukan kepada Ikram bahwa mereka sudah sampai di pintu perbatasan hutan.
"Tuan muda, "
"Aku tau, aku akan membangunkan Ellia dulu,"
Sejujurnya paha Ikram sudah kram sejak tadi karena kepala Ellia yang cukup lama di sana, namun ia tidak tega jika harus membangun kan gadis yang baru saja menjadi istrinya ini, "dia terlihat kelelahan," begitu pikirnya.
"Ellia, kita akan sampai sebentar lagi," ucap Ikram lembut.
Ikram menyentuh rambut Ellia pelan agar ia bangun, tidak sengaja telapak tangannya menyentuh dahi Ellia yang terasa panas.
"Nando, kenapa tubuhnya menjadi panas begini? tolong lebih cepat lagi," ucapnya panik.
"Baik tuan muda," sahutnya yang dengan segera langsung menambah kecepatan mobilnya, beruntung mereka sudah sampai di daerah kekuasan milik sendiri, sehingga tidak akan ada mobil lain yang berlalu lalang menghambat perjalanan mereka.
"Kita sudah sampai tuan muda," ucapnya.
Ikram sudah tidak menghabiskan waktu untuk membangun kan Ellia, laki-laki itu mengeluarkan satu kakinya lebih dulu kemudian mengangkat kepala Ellia sebelum kemudian menarik tubuhnya dan membawa tubuh kecil itu keluar dari mobil menuju rumah besar itu.
"Siapkan air dingin dan makanan Nando, jangan lupa juga obatnya," teriak Ikram yang tengah berjalan terburu-buru dengan Ellia di pelukannya.
"Baik tuan muda," ucap Nando yang juga bergegas.
Ikram membawa Ellia masuk ke kamarnya di lantai dua, sebuah kamar yang sangat luas dengan desain modern, laki-laki itu merebahkan Ellia di sebuah ranjang berukuran cukup besar.
"Ellia, Ellia, Ellia bangun dulu, " panggil Ikram khawatir.
Bukannya menjawab, gadis ini hanya menarik selimut yang agar tidak merasakan dingin, "katakan bagian mana yang sakit Ellia?" tanya Ikram lagi.
"Saya hanya pusing prof, perut saya juga sedikit perih," gumamnya dengan mata terpejam dan sebuah gigitan bibir seperti menahan sakit.
"Aku yakin dia tidak di beri makan hari ini, kenapa bodoh Ikram, harusnya aku menawarinya makan tadi sebelum pergi," batin Ikram pada dirinya sendiri.
"Ini obat dan makanannya tuan muda,"
"Ambilkan air hangat juga, perutnya mungkin sakit karena dia memiliki maag, sekalian tolong panggilkan dokter," perintah Ikram dengan panik, itu terlihat jelas.
"Saya akan meminta mereka segera datang," ucap Nando sebelum kemudian pergi.
"Ellia, masih kuat untuk berdiri? kau harus makan," tanya Ikram yang hanya di jawab anggukan kepala oleh Ellia.
"Ayo pelan-pelan, aku akan membantumu," ucapnya lagi yang sudah bergerak membantu Ellia untuk duduk dengan sebuah bantal sebagai penyangga.
"Minum obatnya dulu, ini untuk maag diminum sebelum makan," tambahnya yang sudah memberikan sebuah obat di tangan Nadia.
"Airnya hangat," ucap Ellia tidak suka, ia benci air putih hangat.
"No, orang sakit harus minum air hangat yang banyak, cepat minum airnya lalu makan," tegas Ikram, Ellia hanya bisa mengangguk dan meminumnya meskipun tidak suka.
"Hoek, hoek, "
"Ada apa ?"
"Hoek, " Ikram meletakkan kedua tangannya tepat di bawah leher Ellia agar gadis itu bisa memuntahkan obat yang baru saja ia berikan.
"Saya selalu mual jika meminum air putih hangat prof, maaf," ucapnya yang mulai lesu dan tidak bertenaga.
Ikram menghela nafas agar bisa sabar, kemudian ia beranjak masuk ke dalam kamar mandi dan mencuci tangannya.
Hanya sepuluh detik Ikram sudah kembali dan bersiap dengan piring dan sendok di tangannya untuk menyuapi Ellia.
"Saya bisa sendiri prof," ucap Ellia dengan wajah yang semakin pucat itu.
"Cepat buka mulut mu Ellia," ucap Ikram lagi.
"Saya tidak lapar prof, saya bisa sendiri," ucap Ellia yang benar-benar malas makan, mulutnya sangat pahit dan tidak terasa apapun.
"Aku menyuapi mu dengan sendok atau dengan mulutku?"
TO BE CONTINUE
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Ana Hardi
suap pakai mulut aja prof...😀😀🤭🤭🤭
2021-12-25
0
💦 maknyak thegech 💦✔️
pakai mulut juga gak apa-apa ikram kan dah halal 🤭
2021-08-14
1
Yenny Yulinda
senangnya
2021-07-30
3