"Papa kenalkan, dia Ellia gadis yang Yuda ceritakan itu," ucap Yuda memperkenalkan.
Papa Yuda tersenyum melihat Ellia, "dia putraku... Yuda Maheza,"
Ellia menatap Yuda dan ayahnya secara bergantian karena kaget, "Yuda... Maheza...putra anda tuan Mahez?"
"Aku kira kau lebih pintar dari dugaan ku gadis kecil, hanya ini kemampuanmu untuk membatalkan pernikahanmu denganku ? ini tidak akan berhasil, pernikahan kita tetap akan terjadi besok," ucap Tuan Mahez yang juga merupakan ayah Yuda dengan bangga.
"Hah... papa....?" ucap Yuda kaget.
"Kenalkan Yuda... dia yang akan menjadi istri papa nanti, calon ibu sambung mu yang ketiga," jelas Mahez.
Seperti sebuah guntur, ucapan Mahez menggelegar di hati dan jantungnya, Ellia menggigit bibir bawahnya pelan.
"Papa lepasin Ellia," ucap Yuda dengan tatapan mata nanar penuh sekelompok air mata.
"No... dia akan menjadi milik papa setelah ini Yuda,"
"Dia milikku. Dia gadis yang aku cintai, satu-satunya, papa atau siapapun nggak boleh mengambilnya dariku," teriak Yuda.
"Yuda... kamu bisa mencari gadis lain, lihatlah usia papa, akan sulit mencari gadis di usia ini," ucap Mahez bahkan tanpa malu sama sekali.
Ellia menatap nanar pemandangan di depannya, seperti luka tidak berdarah, namun satu persatu pisau seolah menyayat tubuhnya, pertanyaan aku harus bagaimana, apa yang harus kulakukan setelah ini berputar-putar di otaknya.
Gadis itu tetap berusaha kuat, ia tetap diam tidak bergeming, bahkan tidak menangis ketika harapan satu-satunya juga di hancurkan, ia melangkah mundur dengan tetap menggigit bagian bawah bibirnya.
"Tapi dia sudah yang ketiga dalam bulan ini, papa ingin menikah atau membuat peternakan?" bentak Yuda keras.
"Aku yang ketiga yang dinikahi dalam bulan ini?" gumam Ellia yang tanpa sengaja menabrak sebuah guci raksasa.
Pyaar
Serpihan demi serpihan guci itu tercerai berai di lantai, "di tambah guci itu, semua total hutangmu menjadi dua puluh empat milyar, waktumu hanya hari ini, besok...aku akan pastikan kau menjadi istriku bocah kecil," ucap laki-laki tua itu kemudian pergi menarik Yuda yang hendak bergerak menolong Ellia.
"Papa, lepaskan aku, Ellia, Ellia kamu tidak papa?" teriak Yuda.
"Jangan pernah menyentuh calon istri papa, kalian ! bawa dia keluar tanpa menyentuhnya," ucap tuan Mahez yang segera menarik Yuda masuk ke ruang kerjanya.
"Ellia... Ellia..." teriaknya khawatir meninggalkan Ellia yang masih mematung di dekat guci yang sudah terbelah menjadi beberapa bagian itu.
"Silahkan nona, saya akan menunjukkan jalannya," ucap salah seorang berpakaian pelayan yang memakai baju hitam putih.
Ellia tanpa menjawab orang tersebut, segera berbalik dan berjalan keluar, "bodoh Ellia...bodoh Ellia...kenapa tidak sadar dengan nama Yuda Maheza," teriaknya dalam hati, ia bahkan memukuli kepalanya.
Gadis itu berlari cukup kencang karena ingin segera keluar dari rumah ini, ia sudah sampai di pagar besar berwarna hitam, dengan segera ia bergegas keluar dengan seluruh tenaganya meskipun sejujurnya kakinya lumpuh, tenaganya habis begitu mengetahui apa yang baru saja di lihatnya.
***
"Pa, lepasin Yuda," teriak Yuda yang semakin memberontak melepaskan tangannya dari genggaman ayahnya.
"Berani ngelawan papa? kamu mau papa ambil semua fasilitas yang sudah papa kasih,"
"Pa... nggak gitu caranya pa, itu beda konsep, biar Yuda yang nikah sama Ellia, Yuda cinta sama dia,"
"Dia milik papa, cari uang yang gadis itu inginkan dan ambil dia jika kau mampu, waktumu hanya tinggal besok, pernikahan kami tepat pukul 07.00, tapi ingat Yuda, papa nggak akan biarkan kamu berhasil," tegas tuan Mahez.
"Kunci tuan muda di kamarnya, jangan biarkan dia keluar sampai besok pagi," teriak tuan Mahez pada beberapa orang yang selalu ada di sekeliling nya.
Dengan cepat orang-orang ini segera memegang tangan Yuda dan membawanya masuk ke dalam kamar, laki-laki itu memberontak namun tenaganya tidak cukup kuat melawan dua orang berbadan kekar yang membawanya saat ini.
Bum bum bum
Yuda berkali-kali menggedor pintu ketika dua orang suruhan papanya itu memasukkan dirinya ke dalam kamar, ia berteriak sekuat yang dia bisa, "pa.... papa...anak papa cuma Yuda...papa nggak bisa dong kayak gini.... papa... " teriaknya tanpa henti dengan suara yang semakin mengeras.
***
Ellia masih berjalan lunglai tanpa arah dan tujuan, ia masih berputar-putar di perumahan elit ini, air matanya seolah sudah membeku hingga tidak bisa mengeluarkan setetes pun air mata, mungkin karena sejak kecil ia sudah di perlakukan tidak adil atau bagaimana, ia sudah terbiasa menutupi kesusahan hatinya sesulit apapun itu, ia hanya menyesali kebodohannya tapi tidak sekalipun menangis.
"Kuat Ellia... kuat... ini bukan saatnya nangis... kuat... " gumamnya yang hanya di dengar oleh dirinya sendiri.
Satu persatu butiran air hujan turun dari langit, membasahi tubuh kecil yang hanya di balut kemeja polos dan celana jeans berwarna biru muda.
"Bahkan alam tidak pernah mendukungku," ucapnya dengan segala macam hal berkecamuk di dadanya.
Petir dan kilat mulai bersahutan satu per satu, langit gelap bahkan sudah menutup cahaya matahari secara keseluruhan, angin dan hujan bahkan datang secara bersamaan, seolah tidak ingin tau ada makhluk kecil berjalan di sana tanpa atap.
Ellia dengan tas di tangannya masih terus berjalan tanpa menghiraukan alam yang seolah memintanya untuk berhenti, gadis ini menarik nafas perlahan.
Tanpa ia sadari, butiran bening mulai mengalir perlahan dari kelopak mata yang sudah memerah karena air hujan bercampur angin itu.
"Aaaaaaaah," teriak Ellia mengeluarkan semua yang ada di hatinya.
Ia rapuh, ia tidak memiliki sandaran sedari kecil, berusaha kuat tanpa harapan adalah yang bisa ia lakukan setiap hari, tapi kali ini sudah keterlaluan seolah ia sudah tidak mampu untuk bertahan dan menyemangati diri sendiri lagi.
Gadis itu berjongkok di tengah hujan dengan kepala menunduk bertumpu pada lutut, sekali lagi ia tidak ingin dunia tau bahwa dirinya sudah hancur dan menangis seperti ini.
Namun gadis itu terlambat, ada satu orang yang sudah melihatnya sejak tadi, orang itu kini datang mendekati Ellia dan menutupi tubuh gadis itu dengan sebuah payung.
"Bangun Ellia... " ucapnya.
Ellia menengadahkan kepalanya begitu mendengar orang lain memanggil namanya, melihat siapa yang memanggilnya, "prof.... "
Laki-laki itu mengulurkan tangannya, "ikut denganku Ellia, jadi istriku dan aku akan mengurus sisanya," ucap Ikram sungguh-sungguh.
Ellia dengan mata merahnya menatap laki-laki yang pernah menolongnya ini dengan tatapan tidak percaya, "angkanya sangat banyak," ucapnya menahan isak.
Ikram tersenyum, "tidak lebih berharga dari senyum yang hilang di wajahmu," jawab Ikram dengan setengah berteriak karena suaranya kalah dengan derasnya air hujan
"Berapa harga yang harus saya bayar prof?" tanyanya.
"Cukup menjadi istri rahasiaku,"
TO BE CONTINUED
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
💦 maknyak thegech 💦✔️
istri rahasia 😂😂😂 simpanan kali bang ikram
2021-08-14
3
Rika93
akhirnya ada yg nolong... smoga profesor baik
2021-08-14
3
An-nur
kok istri rahasia,ibaratnya makan buah simalakama ini
2021-08-09
3