Ellia bahkan tidak memiliki tenaga untuk membantah, ia sangat ingat pesan yang di kirimkan saudara tirinya dalam massage.
..."Usaha ayah bangkrut, mungkin kami harus menjual salah satu ginjal atau beberapa organ hati mu untuk tetap bertahan hidup, kembali dan ayah akan memberikan pilihan, datang sebelum terlambat atau kami akan benar-benar menjual semua organ tubuhmu,"...
"Mereka tidak hanya menjual organ tubuhku, tapi juga berencana menjual ku,"
Ellia dengan wajah tanpa ekspresinya berjalan menuju kamarnya, meninggalkan semua orang termasuk Mahez di sana.
Laki-laki sekitar usia empat puluh lima tahun dengan perut buncit dan badan yang bisa di bilang gemuk itu sudah melihat Ellia seperti pemburu hendak mendapatkan buruannya.
Ellia yang sudah tau jika hidupnya akan berakhir seperti ini segera mengambil nafas panjang untuk lebih menenangkan diri.
"Huft,"
Rupanya ini alasan yang membuatnya seolah mengerem agar tidak menunjukkan cintanya terlalu berlebihan, ia sudah bisa memprediksi akan berakhir seperti apa nanti.
Ellia masuk ke dalam sebuah kamar kecil dengan hanya satu ranjang berukuran mini dan menyisakan ruang kosong sekitar satu keramik di sisiNya.
Gadis itu meletakkan tasnya di atas meja tepat di sebelah ranjang kasur kapuk jaman dulu kemudian bergerak mengambil baju.
Entah apa yang ada di pikiran Ellia saat ini, wajahnya bahkan tidak bersikap sedih ataupun bahagia, gadis itu seolah mati rasa dengan semua yang ada di hidupnya.
"Ellia cepat kemari... jangan terlalu lama dan membuang waktu tuan Mahez," teriak ibu tiri Ellia saat itu, padahal belum lima menit ia pergi dari sana.
"Ellia... cepat... tidak perlu mandi, cepat ganti baju saja," ucap adik tirinya yang baru datang ke kamarnya.
"Ellia... "
Ellia Ellia Ellia... suara teriakan memanggil namanya sahut menyahut tanpa jeda, membuat Ellia menutup telinganya dengan kedua tangan.
Bisa dilihat gadis ini frustasi, namun dia sudah di ujung titik kepasrahan, ia tidak tau lagi bagaimana caranya keluar dari situasi ini.
Sepanjang jalan ia memikirkan jalan dengan berlari, namun pikirannya buntu, ia tidak bisa berfikir apapun.
"Aku ingin segera menikahinya sekarang," ucap Mahez yang sudah terlihat tidak sabar.
"Dia masih harus menyelesaikan banyak hal, dan pernikahan juga butuh banyak persiapan tuan, kami meminta waktu lima hari, Anda dan putri kami Ellia akan menikah dalam waktu dua hari," ucap ayah Ellia dengan wajah beberapa kali tertunduk.
"Aku akan menjamin semua dekorasi ruangan dan lain-lain, aku akan memberikan semua persiapan yang kalian butuhkan menjelang pernikahan, tapi pernikahan ini harus terjadi paling lama lusa, aku tidak bisa menunggu lebih lama," ucap Mahez.
"Sesuai yang Anda inginkan tuan Mahez," ucap Ibu tiri Ellia dengan senyum memenuhi bibirnya.
"Tapi anda akan berjanji membantu usaha milik keluarga kami dan melunasi semua hutang kami kan tuan,"
"Jika kalian tidak akan ikut campur dengan urusan Ellia lagi kedepannya, setelah ini dia bukan anak dari keluarga ini, jangan menelfon nya bahkan ketika dia butuh bantuan atau apapun, aku tidak hanya menikahinya, tapi juga membelinya dari kalian, harga yang ku bayar untuk nya sudah sangat mahal,"
Ayah Ellia dengan tanpa berfikir segera menjawab, "itu pasti tuan Mahez, kami akan menyerahkan Ellia kepada Anda sepenuhnya,"
"Ah... Ellia... kau sudah datang... kemari... duduklah di sini," ucapnya begitu melihat Ellia sudah berdiri di ambang pintu yang menjadi penyekat ruang tamu dan dapur tamu.
Ellia dengan wajah datarnya mendekat dan duduk di sana, di tempat laki-laki ini menginginkannya, "kau sudah dengar percakapan kita tadi, bagaimana? kau menyetujuinya?" tanya Mahez sekali lagi.
Sorot mata itu menatap ibu tiri dan ayahnya berulang kali, terlihat kebahagian di mata mereka, "ini pertama kalinya, ini pertama kalinya ayah dan ibu tersenyum seperti itu dengan apa yang akan aku lakukan, tapi aku harus menolak, aku harus menolak dan tidak melulu mengikuti ucapan mereka," pikir Nadia.
"Bagaimana Nadia...? kau mau kan nak? ini terbaik untukmu, tidak ada yang lebih bagus dan menerima keluarga dengan baik selain tuan Mahez" tanya ibu tirinya yang semakin melotot tajam ke arahnya.
"Bagaimana jika aku menolak?"
Mahez yang mendengar jawaban itu segera melepas tangan yang berada di pinggang Ellia, wajah yang sebelumnya penuh senyum itu menghilang secara tiba-tiba.
"Lunasi hutang dan semua bunga," jawabnya.
"Berapa?" tanya Ellia tanpa kenal rasa takut.
"23,7 Milyar," jawabnya.
Deg, "sebanyak itu, untuk apa ayah memakai uang sebanyak itu? dia menjual ku untuk membayar uang yang tidak pernah ku nikmati juga,"
"Lakukan saja yang kalian inginkan," ucap Ellia kepada semua orang di sana kemudian bangkit dari duduknya dan pergi dari sana.
"Aku semakin menyukaimu dengan sikap dingin ini, heh Ellia... coba saja berlari jika kau bisa, aku akan mematahkan sayap bahkan jika kau berusaha terbang," ucap Mahez.
''Kita coba saja tuan, sayap ku, atau sayap mu yang akan patah," jawab Ellia yang kemudian menghilang dibalik dinding.
"Ellia... " bentak Ayahnya.
"Tenang saja, bukankah ini seru dengan sikapnya seperti ini? jika langsung menerima begitu saja tidak mengasyikkan bukan? aku ingin lihat siapa yang akan membantunya keluar dari masalah ini," ucapnya dengan seringai menakutkan.
***
Ellia langsung masuk ke dalam kamarnya, mencari cara agar bisa terlepas dari laki-laki tua itu, ia berjalan mondar-mandir di kamar berukuran sempit itu.
"Berfikir Ellia... berfikir Ellia,"
"Yuda... dia, harus dia... mungkin aku bisa meminjam uang sebesar itu dengan kekayaan yang di miliki Yuda," pikirnya.
Ellia hendak mengambil ponsel miliknya di dalam tas, namun ibu tirinya datang dan mendorongnya ke dinding, "kau sudah punya nyali untuk menentang ku hah? kau pikir rumah sebesar ini tidak perlu biaya penanganan setiap bulan ? kau pikir semua makanan mu di sini gratis, kau harus nya bersyukur ada yang menawar mu seharga itu, ini saat yang tepat untuk membalas budi,"
"Budi seperti apa? aku pembantu di rumah ini, melakukan Pekerjaan rumah bahkan tidak pernah di bayar, aku diam bukan berarti kalian semua bisa bertindak apapun kepadaku," jawabnya sudah di ujung harapan, dia juga frustasi dengan semua keadaan ini.
Tangan itu semakin erat mencekik leher Ellia, "Akh.... " rintihan keluar dari mulut kecil Ellia.
"Jangan belagu dan banyak tingkah," ucapnya kemudian meninggalkan Ellia begitu saja.
Ellia masih duduk di lantai kamarnya, ia sudah muak dengan semua ini, sejak kecil di perlakukan tidak adil bahkan setiap hari hanya di beri makan sisa, tidak ikut makan di meja utama.
Sepele iya, tapi cukup menyakitkan.
Gadis ini sudah membulatkan tekad untuk tidak lagi berada di sini dan menghentikan semuanya, "cukup, ini sudah cukup, aku tidak perlu berterima kasih apapun pada keluarga ini, aku tidak perlu melakukan apapun untuk keluarga ini, tidak lagi," ucapnya dengan kepala menunduk.
TO BE CONTINUED
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Chairia Puspita Sari
dari dulu smp sekarang, ibu tiri selalu di gambar kan jahat. tapi iya sih, saya punya ibu tiri 3 semua jahat kayak kemasukan setan
2021-12-23
0
H!@t>🌟😉 Rekà J♡R@
Napa pula ibu tirinya kasar begitu..huftt
2021-08-14
4
💦 maknyak thegech 💦✔️
kebanyakan emak tiri kok jahat2 ya, jadi kasihan sama yg baik ikut kena imbasnya
2021-08-14
3