Pagi itu Ellia terbangun karena sinar matahari pagi sudah mulai menyeruak masuk ke dalam jendela kamar yang memang di dominasi kaca, ia mengambil sebuah kain untuk mengompres yang masih terpasang di dahinya, kemudian melihat Ikram yang juga tengah tertidur di atas kursi dengan kaki bertumpu pada kaki yang lain.
"Begini kah rasanya memiliki seseorang yang mengkhawatirkan kita ketika sakit,"
"Rasanya cukup menyenangkan," ucap Ellia dengan sebuah bibir naik ke atas penuh ketulusan.
Gadis itu menggapai wajah itu pelan tanpa menyentuhnya, ia sungguh masih sangat mencintai Yuda, tapi ia merasa aman dengan laki-laki yang ada di depan matanya ini.
"Dilema apa ini Tuhan?" batin Ellia.
Ikram yang merasakan ada yang bergerak-gerak di sekitarnya membuat laki-laki itu membuka matanya perlahan, kedua bola mata itu saling beradu beberapa detik.
Ellia dan Ikram seolah terhipnotis oleh apa yang masing-masing mereka lihat, hingga kemudian Ellia lebih dulu salah tingkah dan menyadari ini sudah tidak benar.
"Maaf menganggu tidur anda prof," ucapnya kemudian bangkit.
"Ah, rasanya lelah sekali tubuhku," ucapnya yang menggerakkan leher ke kanan dan ke kiri.
"Bagaimana tidurmu Ellia?"
"Saya tidur dengan nyenyak prof," jawabnya yang masih tidak ingin bertatap muka dengan Ikram.
"Kemari, aku akan memeriksa tubuhmu," ucap Ikram yang sudah menarik Ellia untuk duduk di pangkuannya.
Ellia sangat terkejut dengan respon Ikram yang tiba-tiba, "prof, " ucapnya berusaha bangun dan paha Ikram.
Namun pegangan Ikram cukup kuat, tangan kekar itu beralih ke dahi Ellia untuk memeriksa demamnya sudah turun apa belum, "syukurlah sudah tidak sepanas kemaren malam," ucap Ikram lega.
"Badanmu sudah lebih sehat bukan? apa masih pusing?" tanyanya lagi.
"Saya sudah sehat prof, saya akan berkeliling rumah ini dan melihat seberapa besar mansion anda," ucapnya begitu Ikram melonggarkan tangan pada tubuhnya dan kabur.
"Apakah dia salah tingkah hingga berlari seperti itu," senyum Ikram.
***
Ellia berlari keluar kamar dengan baju yang masih ia pakai semalam, ia benar-benar terkejut dengan reaksi Ikram padanya, "Yuda bahkan tidak pernah menyentuh dan memeluk ku seperti itu, kenapa dia sudah memeluk ku dalam beberapa kali kita bertemu, terlebih beliau dosen," ucapnya masih dengan nafas tidak beraturan.
"Ah, aku sudah tidak perawan, aku bahkan ingin menyimpannya untuk suamiku nanti," ucapnya seorang diri dengan memukuli kepalanya pelan.
"Tapi dia suamiku, ah Ellia," ucapnya bingung.
Gadis ini melangkah tanpa arah dan tujuan, ia hanya berjalan dengan bergumam sendiri tanpa melihat sekitarnya, beberapa pekerja menyapanya sopan dan hanya di balas oleh anggukan, namun ia masih tetap menyalahkan dirinya atas apa yang baru saja terjadi di kamar itu.
"Nona Ellia," panggil Ginanjar yang saat ini sudah berada tepat di depannya.
"Eh, maaf maaf Pak, saya tidak melihat anda,"
"Tidak apa nona, apakah ada sesuatu hingga anda melamun seperti ini nona?" tanya Ginanjar.
"Ah tidak tidak, ini bukan apa-apa pak," jawabnya singkat.
"Bagaimana kabar anda nona, saya mendengar jika anda sakit sepulang dari acara itu, apakah sudah lebih baik? apa yang ingin anda makan hari ini? saya akan meminta pelayan membuatkannya untuk anda," ucap Ginanjar dengan banyak sekali pertanyaan.
"Tolong tanyakan saja kepada prof Ikram, saya akan makan apapun yang beliau ingin makan," jawab Ellia singkat.
"Tuan muda meminta saya mengganti ponsel yang sebelumnya anda miliki dengan yang ini nona, semua data di ponsel sebelumnya sudah di pindahkan kesini," ucap Ginanjar sambil menyodorkan ponsel itu di depan Ellia.
"Terimakasih pak, lalu apakah anda juga mengemas semua baju dan perabotan ku?" tanyanya.
"Beberapa buku anda sudah saya pindahkan di ruang kerja milik tuan muda nona, dan untuk baju juga sudah kami kemas,"
"Terimakasih pak terimakasih," ucapnya menunduk dengan senang.
"Tapi karena baju itu bertentangan dengan fashion, jadi kami membuangnya dan sudah menyiapkan beberapa baju sesuai standar dan layak untuk di gunakan nona," jelas Ginanjar yang membuat Ellia pusing.
"Tapi bajuku masih bagus dan layak di pakai pak? kenapa di buang,"
"Memang benar nona, tapi baju seperti itu akan membuat kulit anda gatal dan merah, saya tidak akan memilih resiko itu," jelasnya.
Ellia yang semakin pusing bercampur kesal akhirnya memilih menghentikan percakapan ini dan memilih pergi.
Gadis itu kembali ke kamar dimana Ikram berada, "profesor," panggilnya dengan wajah kesal.
"Ada apa?" tanyanya yang membalikkan badan begitu Ellia memanggilnya.
"Kenapa pak Ginanjar membuang semua bajuku? aku bahkan harus menabung seluruh gaji ku dalam satu bulan ketika aku menginginkannya," adu Ellia yang merasa kesal dan butuh teman bicara.
"Apa alasannya?"
"Dia khawatir kulitku memerah dan gatal karena memakai baju murah,"
Ikram tersenyum, "kau kesal?" tanya Ikram.
"Tentu saja, aku membelinya sendiri dengan susah payah, tapi pak Ginanjar malah membuang sesukanya," ucapnya ketus.
Ellia sekarang tak ubahnya seperti seorang bocah yang mengadu pada ayahnya ketika seseorang merebut mainan miliknya, "aku akan berbicara pada pak Ginanjar nanti, sekarang tenanglah,"
"Bagaimana bisa tenang prof, jam sepuluh nanti saya ada kelas, mau pakai baju apa coba,"
"Jam sepuluh nanti kelasku bukan?" tanya Ikram lagi.
"Bukan, jadwalnya prof Zaidan," jawab Ellia tanpa takut.
Ikram menghela nafas pelan dengan senyum masih terlihat di bibirnya, "kemari," ajak Ikram.
Ellia mengikutinya, matanya benar-benar melotot sempurna ketika melihat sebuah ruangan khusus baju perempuan dengan jumlah yang sangat banyak, "anda memiliki toko baju di dalam rumah prof?"
"Ini untukmu, pak Ginanjar memilihnya sendiri untukmu," jawab Ikram.
"Dia sangat sempurna Ellia, jika nanti ada hal yang kurang berkenan di hatimu karenanya, tolong sedikit bersabar karena pak Ginanjar adalah orang tua, ia juga ingin memberikan yang terbaik untuk kita anaknya," ucap Ikram memberi pengertian.
Ellia mengangguk sambil menunduk, bukan baju sebanyak ini sebenarnya yang ia inginkan, tapi baju itu adalah hasil kerja kerasnya siang dan malam.
Tapi bukankah penjelasan suaminya masuk akal, pak Ginanjar adalah orang yang selalu merawat dan menganggap suaminya sebagai anaknya sendiri, sudah otomatis dia juga akan menganggapnya sebagai putri begitu ia menikah dengan Ikram.
"Jadi ini adalah pemberian orang tua kepada anaknya,"
"Anggap saja begitu, jangan kesal lagi," ucap Ikram mengelus kepala Ellia lembut.
"Ayo aku akan mengantarmu berkeliling, ingin tau seperti apa mansion ku kan ?" tawar Ikram, sungguh laki-laki ini adalah orang yang sangat bisa mencairkan suasana, siapa orang yang tidak akan luluh jika diberikan laki-laki sesempurna Ikram Al Zaidan.
"Sangat aneh jika aku tidak mencintai laki-laki ini,"
TO BE CONTINUE
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
💦 maknyak thegech 💦✔️
Thor klo Ellia gak mau dipangku ikram,awak aja gantinya ya lagi pengen di pangku juga nih 😂😂😂🤭
2021-08-14
3
An-nur
ia,, makanya cintai beliau ellia
2021-08-09
3
Yenny Yulinda
suka suka suka
2021-07-30
3