Ellia masih berada di kampus, tepatnya berada di kantin dengan kedua temannya karena ia masih ada satu kelas tambahan siang ini, Sebuah cincin yang dipakai Ellia cukup membuat kedua orang itu bertanya-tanya, terlebih cara Ellia memperlakukan Yuda seperti itu.
"Ellia ?" panggi Rara.
"Apa ?" jawab Ellia yang tengah memasukkan suap demi suap nasi goreng yang di pesannya.
"Lu yakin nggak mau cerita apa-apa ke kita," ucap Rara lagi.
"Cerita tentang apa ? tentang gua yang nggak masuk ? kan gua udah bilang..,"
Belum tuntas Ellia membicarakan alasannya, Vania langsung menyanggah ucapannya,"Mungkin tentang cincin yang lu pakai itu, lu nggak pernah punya perhiasan sebelumnya" ucap Vania yang juga melihat keganjalan di sana.
Ellia tersenyum miris melihat sebuah cincin yang ada di jari manisnya kini, "rupanya mereka juga tau," batinnya dalam hati.
"Keliatan banget ya kalo ada apa-apa sama gua," tambah Ellia.
"Ya gak masalah juga sih kalo lu nggak mau cerita, kita juga nggak maksa," ucap Vania yang tidak ingin memaksa Ellia lebih jauh, keduanya tau bagaimana kehidupan Ellia dan bagaimana temannya ini diperlakukan, mereka yakin bertahan sampai detik ini saja sudah merupakan sebuah anugerah hidup yang luar biasa,
"Ellia," panggil Yuda lagi yang juga bersama dengan teman-teman satu gengnya.
"Astaga, dia lagi," ucap Ellia geleng-geleng.
"Kita harus ngomong Ellia,"ucapnya yang sudah tidak memperdulikan semua orang yang ada di sekelilingnya.
"Nggak ada yang harus diomongkan Yuda, kita sudah berakhir, ini pilihan yang kita buat dan ini yang terbaik, kita sudah putus," jawabnya hendak beranjak dari sana.
Namun Yuda tidak berhenti, laki-laki itu menggapai jari jemari Ellia dan melihat sebuah cincin dengan mata berlian di sana, "kamu benar-benar sudah menjual dirimu padanya Ellia ?"
Rara yang baru saja minum langsung tersedak begitu mendengar ucapan Yuda tentang pernikahan, Vania langsung melihat sekeliling, untungnya saat ini kantin sedang ramai, sehingga Ellia tidak menjadi pusat perhatian.
"Yuda kita cari tempat lain aja, lu jangan sembarangan ngomong di tempat umum kek gini, bisa jadi gosip ntar," ucap Dimas salah satu teman Yuda yang juga mengenal Ellia.
"Sorry Yuda, udah nggak ada yang bisa ku jelaskan lagi, kita sudah berakhir, tolong jangan mengharapkan apapun, duniaku sendiri saja sudah sulit, tolong jangan menambahnya," tambahnya kemudian pergi.
Vania dan Rara segera menyusul Ellia yang tengah berlari menaiki anak tangga, gadis ini menyukai ketenangan dengan berada di tempat yang tinggi, ia bisa menghirup udara bebas tanpa ada satu orang pun di sisinya.
Ellia berdiri di menengadahkan kepalanya, menghirup udara yang ada di sekelilingnya banyak-banyak sebelum kemudian melepaskannya perlahan, ini selalu ia lakukan ketika dia sedang tidak tenang, Ellia memang bukan termasuk orang yang sabar, ia hanya berusaha mengendalikan diri lagi dan lagi.
"Ellia," panggilnya.
"Ah kalian tau gua di sini,"
Kedua orang itu mengangguk, "kita nggak pengen dengar cerita lu kok, kita cuma nggak mau lu ngerasa sendiri aja pas kondisi lu lagi suram kek gini," tambah Vania.
"Gua udah nikah," ucap Ellia, ia tidak ingin berbohong yang nantinya akan menyebabkan kebohongan kebohongan yang lainnya.
"Gua udah nikah kontrak, dan gua nggak bisa ngasih tau kalian siapa suami gua karena itu di larang dalam perjanjian," ucapnya lagi yang masih hanya di dengar oleh kedua temannya itu.
"Gua harus jual diri dan masa depan gua buat bayar hutang bokap," jelasnya terlihat sangat tegar, tidak ada satupun butiran bening yang keluar dari kelopak mata indahnya, hanya suara yang kiat bergetar yang menjadi penanda bahwa dia sedang tidak baik-baik saja sekuat apapun ia berusaha tegar.
Di mulai dari sini, satu persatu kisah ia ceritakan mulai awal kepada Rara dan Vania, ia tidak ingin menyembunyikan apapun lagi kepada siapapun, ia ingin melegakan hatinya dan tidak terbebani apapun lagi saat ini.
"Lu punya kita El, jangan menanggung beban sendiri,"
"Udah mulai sekarang lu lupain Yuda, lu fokus sama suami lu aja sekarang,"
"Tapi tetep gua jual diri kan Ra ? gua nggak akan pernah bisa lupain fakta itu,"
"Ellia dengerin gua, semua makhluk hidup pasti memiliki insting untuk tetap bertahan hidup, hewan aja punya kok, ya wajar dong kalo lu lebih milih yang lebih baik dari apa yang jadi pilihan orang tua lu, utang mereka lunas, mereka juga berhasil jual lu, mereka mutusin hubungan kekeluargaan sama lu, lu mau nikah sama bokap nya Yuda atau sama suami lu sekarang nggak ada bedanya buat mereka, mereka cuma tau itu aja, tapi bayangin El..bayangin kalo lu beneran nikah sama bokap nya Yuda, lu bakal jadi ibu sambung mantan pacar lu sendiri, itu akan lebih sakit Ellia," tambah Vania panjang lebar.
Ketiga orang itu masih tetap bercerita panjang lebar dan menjadi komentator atas semua drama yang terjadi di hidup Ellia, mereka bahkan tidak sadar ada satu orang lagi yang juga turut mendengar percakapan mereka, Ikram Al Zaidan.
Laki-laki yang tengah menjadi topik pembicaraan itu kini tengah mendengar semuanya, pikirannya semakin bersatu tidak karuan, "dia menganggap menjual dirinya padaku ?padahal aku hanya ingin menolongnya, aku tidak ingin ia kehilangan senyum di bibir cantiknya itu," gumam Ikram dalam hati.
***
Sebuah mobil berwarna hitam masih terparkir dengan setia dengan pengendaranya di sebuah parkiran mobil kampus tempat Ellia berada, hari sudah menjelang sore namun Ellia belum juga menghubunginya, ia mendapat pesan dari Ikram agar tidak meninggalkan tempatnya sampai Ellia benar-benar datang, Ikram tidak ingin mengambil resiko Ellia kebingungan mencari Nando atau menunggu Nando terlalu lama.
Di dalam mobil Nando masih sibuk dengan beberapa pekerjaan di tabletnya, laki-laki yang sedikit lebih tua dari pada Ikram itu hanya menurut tanpa membantah sama sekali, hingga tidak berasa sebuah ketukan cukup membuatnya kaget.
Tok tok
Ellia terlihat sudah berada di sana dengan sebuah buku di tangan kirinya, "maaf lama ya pak," ucapnya sopan.
Nando segera keluar dan membukakan pintu untuk Ellia, "ini sudah tugas saya nona, anda tidak perlu khawatir,"
"Terimakasih pak," ucapnya kemudian masuk ke dalam mobil.
"Pak Nando," panggil Ellia lagi begitu mobil itu sudah keluar dari halaman kampus.
"Anda terlihat seperti orang yang sangat cerdas, kenapa membuang-buang waktu untuk menunggu saya selesai kelas, saya bisa pulang sendiri nanti," ucapnya.
"Membantu tuan muda adalah tugas saya nona, ini adalah suatu kehormatan bisa melayani tuan muda dan keluarganya,"
"Keluarga ?" tanyanya.
"Iya, anda dan tuan muda," tambah Nando.
TO BE CONTINUED
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Ana Hardi
sabar ya prof ikram...🥰😘😘
2021-12-25
0
💦 maknyak thegech 💦✔️
awak masih memantau dengan hati yg harap2 cemas sama si Ellia 🤔
2021-08-14
2
Yenny Yulinda
duhh gemes gemes
2021-07-30
3