Ikram benar-benar mengajak Ellia berkeliling melihat semua sudut rumah yang nantinya juga akan menjadi milik Ellia, karena sejujurnya Ikram tidak berniat menceraikan Ellia sama sekali.
Gadis berwajah bulat dengan rambut sebahu itu beberapa kali tersenyum takjub melihat keindahan di depan matanya, baru kali ini ia melihat rumah sebesar dan semewah ini dengan furnitur dan hiasan yang benar-benar mewah, bahkan milik Mahesa tidak ada seujung kuku pun dari mansion ini.
"Kau suka?" tanya Ikram yang tidak lepas dari senyum di wajah itu.
Ellia mengangguk, "saya sangat menyukai desainnya, ini sudah seperti istana, benar-benar indah," jawabnya.
"Kau bisa tinggal di sini selama yang kau inginkan," tambah Ikram.
Ellia menggeleng seketika, "meskipun dengan banyak lampu dan banyak sekali orang di dalam mansion ini saya mungkin tidak akan betah tinggal di sini, hehe,"
"Kenapa?" ucap Ikram dengan wajah berkerut, ini pertama kali ada orang yang tidak akan betah tinggal di sini.
"Karena cita-cita saya tidak untuk kehidupan seperti ini, ini terlalu sempurna untuk seseorang hidup," jawab Ellia dengan senyuman hingga terlihat jelas lesung pipi itu.
"Lalu?" tanya Ikram lagi penasaran.
"Hanya sebuah kehidupan sederhana, dengan laki-laki yang saya cintai dan beberapa anak lucu di antara kami, villa di tepi pantai mungkin akan menyenangkan," jawabnya singkat namun seperti sebuah peluru yang langsung menembus jantung Ikram.
"Artinya, bersama ku dengan semua yang aku miliki tidak bisa menghilangkan dahaga mu Ellia," Ikram tersenyum, "bukan tidak bisa, tapi memang sejak awal bukan aku yang kau cita-citakan," batinnya lirih.
"Profesor," panggil Ellia.
"Iya," jawabnya.
"Saya akan bersiap dulu, saya tidak ingin datang terlambat di kelas anda, bisa-bisa saya tidak kebagian tempat duduk karena semua orang berebut duduk di bagian depan," ucapnya.
"Kau benar-benar sudah sehat? tidak apa jika libur dulu hari ini,"
"Saya sudah absen kemaren, saya akan masuk hari ini," ucap Ellia.
"Tidak apa jika tidak datang di kelasku, kau bisa datang di kelas siang,"
"Saya tidak ingin tertinggal di kelas anda prof, saya sudah terbiasa seperti ini, akan melelahkan jika hanya tidur saja,"
"Baiklah, nanti Nando akan mengantarmu ke kampus dan ke apartment yang akan kita jadikan tempat tinggal nanti," ucap Ikram.
"Siap prof," ucap Ellia yang kemudian berlari menaiki anak tangga dengan riang.
Ikram masih memperhatikan gadis kecil pujaannya itu dengan tatapan sayu, terlihat jelas sekali sebuah cinta untuk Ellia di mata Ikram.
Hanya saja gadis itu masih belum juga melihat cinta di mata Ikram, atau Ellia sudah melihat namun dia berpura-pura menjadi buta agar tidak terperosok terlalu jauh dengan Ikram.
"Tuan muda," panggil Ginanjar
"Iya Pak," jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari Ellia.
"Saya minta maaf jika saya berbicara lancang,"
"Katakan saja,"
"Suatu hari nanti anda juga akan menikah dengan orang lain, wanita lain juga sudah di persiapkan untuk anda, menaruh hati kepada nona hanya akan menyakiti anda lebih dalam, saya setuju dengan permintaan anda membantunya keluar dari masalah, tapi jika itu melukai anda saya juga tidak akan tinggal diam," ucap pak Ginanjar memberi nasehat.
"Kita bisa memilih menikah dengan siapa pak, tapi kita tidak tau kita akan jatuh cinta pada siapa," jawabnya dengan senyum.
"Anda tidak hanya kehilangan hati dan nona Ellia, tapi juga hak waris atas semua yang sudah anda miliki sekarang jika anda membangkang,"
Ikram masih tersenyum, "bukankah hanya aku yang memiliki wajah dan otak yang sempurna paman?"
"Iya nak tapi,"
"Bahkan jika tanpa semua ini, aku tetap akan bisa berdiri dengan kecerdasan dan pengalaman yang aku miliki," tambahnya.
"Tapi dunia tidak mengenal siapa kamu, orang yang memiliki niat buruk pasti akan dengan mudah menggoyangkan kita setelah tau kelemahan anda, mereka akan berbondong-bondong mengarahkan peluru kepada Anda jika anda lengah sedikit saja,"
"Sudah sudah, aku tidak ingin membahas masalah ini,"
"Paman hanya mengingatkan, lupakan saja jika menambah beban pikiran," ucapnya sebelum Ikram pergi.
"Aku bisa minta tolong paman,"
"Ada apa? katakan?"
"Tolong berikan cincin ini padanya, kemaren aku tidak sempat memakaikan nya karena suasana nya tidak mendukung, bolehkah?" ucapnya memberikan sebuah cincin emas berwarna putih dengan ukiran indah dan sebuah berlian di atasnya.
"Ini,"
"Milik ibu," jawab Ikram riang.
"Kenapa tidak memberikan kepada nona Ellia sendiri ?" tanya Ginanjar.
"Karena bukan aku yang dia inginkan,"
"Lalu kenapa memberikannya jika sudah tau bukan anda yang nona inginkan, cincin ini sangat berharga," sahut Ginanjar.
"Ya karena ingin saja, aku tidak tau hendak memberikannya kepada siapa, hehe,"
***
Ikram berada di dalam kamar yang berbeda dengan Ellia, mendengar apa yang baru saja di ucapkan gadis itu membuat nya sadar akan batas yang tidak seharusnya ia lewati, ia bukan laki-laki yang di inginkan Ellia, ia harus melepaskan gadis itu suatu hari.
"Profesor," panggil Ellia di seluruh mansion karena ia tidak melihat suaminya itu sama sekali.
"Nona,"
"Ah, pak Nando anda melihat prof Ikram?" tanyanya pada Nando.
"Tuan muda sedang mandi dan bersiap nona, ada yang bisa kami bantu,"
"Mandi, mandi di mana pak ?"
"Tuan sedang mandi di bawah, karena ini hari pertama anda beliau khawatir anda tidak nyaman jika sedang bersiap di depannya, jadi beliau memutuskan bersiap di kamar yang lain."
"Dia selalu baik," gumam Ellia yang sejujurnya terdengar oleh kedua orang itu.
"Mari saya antar nona," ucap Nando.
"Tolong sampaikan salam saya kepada prof Ikram pak, saya berangkat lebih dulu, sampai jumpa nanti di apartemen," ucap Ellia sopan dengan sedikit menunduk, karena memang Ginanjar lebih tua darinya.
"Nona,"
"Iya,"
"Tuan muda menitipkan ini untuk anda, beliau minta maaf tidak bisa memakaikan ini kemaren," ucap Ginanjar sembari memberikan sebuah kotak berisi cincin yang tadi di berikan Ikram.
Ellia masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat di depannya.
"Ini,"
"Ini cincin pernikahan anda, saya minta tolong agar anda memakainya agar beliau merasa tenang," ucap Ginanjar tidak ingin melihat Ikram kecewa.
Ellia dengan tanpa ragu mengambil cincin itu dan memakainya, gadis itu dengan tersenyum menatap Ginanjar, "tolong sampaikan padanya, cincin ini langsung saya pakai, dia sudah melakukan cukup banyak, saya juga ingin membuatnya nyaman dan bahagia,"
"Saya pamit dulu pak Ginanjar, jangan lupa makan," teriaknya sambil melambaikan tangan seperti seorang anak SD yang sedang berpamitan dengan ayah dan ibunya.
Ginanjar menatap Nando penuh arti seolah mengatakan, "jaga nona dengan baik," ucapnya.
TO BE CONTINUED
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Ana Hardi
buat Ellia jatuh cinta pada prof ikram Thor...😍😍😍
2021-12-25
0
💦 maknyak thegech 💦✔️
ikram sayang klo jodoh takkan kemana,,,,,biar sejauh-jauhnya kaki Ellia melangkah tetap kembali pada dirimu percayalah 😃😃😃😃
2021-08-14
3
Rose Kanam
Ikrammmmmm senengx dpt diri mu
2021-08-13
3