Tekad Alana sudah bulat untuk membongkar semuanya, membongkar pada Kakek Farhan bahwa dia sebenarnya bukanlah pacar pak Alvi. Tentang kesehatan kakek Farhan? untuk saat ini dia ingin egois. Yang dia inginkan adalah lepas dari masalah ini secepatnya sebelum orang tuanya kembali.
Apalagi mengingat bagaimana pertengkarannya kemarin dengan pak Alvi yang se enak jidat menyalahkannya. Hello...dia tidak akan terlibat jika om-om itu tidak memintanya.
Sesuai rencananya dia pulang kerumah hanya untuk menganti baju dan makan sedikit.
"Bi, Alana pulang malam ya." pamitnya pada bi Ijah sebelum masuk ke dalam mobil yang di kemudikan mang jaja.
"Kemana Neng?" tanya mang jaja menatapnya lewat pantulan spion.
"Rumah Sakit Muara Bunda Mang." jawabnya.
"Siapa yang sakit neng?" kepo mang Jaja.
Dia mendesis. "Ih mang Jaja kepo." candanya. "Orang tua teman Alana sakit Mang."
Benarkan dia tidak bohong? dia sedang ingin menjengguk orang tua temannya.
Sepanjang jalan dia terus menyusun kata-kata yang pas untuk memberitahu kakek Farhan yang sebenarnya.
Dia menarik nafas dalam-dalam sebelum meraih kenop pintu, membukanya secara perlahan-lahan. Dia mengernyit kala mendapati dua pasang manusia duduk di sofa sementara Kakek Farhan membelakanginya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." jawab sepasang manusia itu.
Dia mengangguk sopan pada wanita paruh baya dan juga pria paruh baya itu, kemudian menghampiri Kakek Farhan.
"Kakek." paggilnya lirih.
Kakek Farhan berbalik, kemudian tersenyum kala mendapatinya.
"Alana? kamu datang sama siapa nak?" tanya kakek Farhan mengedarkan pandangannya seperti mencari seseorang.
"Sendiri kek." jawabnya.
Dia melirik sepasang manusia di sofa merasa penasaran dengan keberadaan mereka berdua, padahal dia ingin membicarakan hal yang serius.
"Oh dia anak dan menantu kakek, adiknya ayah Nando." jelas kakek Farhan, mungkin karena melihat kebingungannya.
"Nando nggak bareng kamu?" lanjut kakek Farhan.
Dia meringis, mengaruk kepalanya yang tidak gatal, tentu saja Pak Alvi tidak bersamanya, secara dia mengambil keputusan sepihak tanpa berdiskusi dulu sama pak Alvi.
"Pak Alvi masih sibuk Kek." jawabnya Asal.
"Kakek senang kamu datang kesini lagi, gimana tentang ke inginan kakek? kapan kalian menikah?" tanya kakek Farhan antusis.
Jantungnya semakin bedetak kencang, melihat ke antusiasan kakek Farhan. Oh ayolah masa ia dia luluh hanya dengan melihat wajah bahagia pria tua di depannya.
"Alana datang kesini memang mau membahas itu kek." Tiba-tiba dia gugup.
"Benarkah?"
Dia mengangguk. "Sebenarnya, Alana bukan..."
"Oh iya kakek lupa." Ah sialan kenapa Kakek malah memotong perkataanya. padahal dia sudah menyusun kalimat yang bagus di dengar, kan jadi lupa semuanya.
"Alana mau ngomong...."
"Sini!" Kakek Farhan melambaikan tangannya, memanggil kedua orang tua yang sedang duduk di atas sofa agar merapat kearahnya.
Entahlah, setiap dia berbicara selalu di potong oleh kakek Farhan. Apa ia kakek Farhan sengaja melakukannya?
"Kenalin anak Kakek yang terakhir." Kakek Farhan meraih tangan wanita paruh baya itu, kemudian beralih menunjuk pria paruh baya di seberangnya. "Dan ini suaminya."
Dia tersenyum kaku. "Hay Om, tante." sapanya.
Kini kakek Farhan beralih meraih tangannya. "Kenalin Alana, pacarnya Nando, sebentar lagi mereka akan menikah, cantik kan?"
Kepalanya berdenyut, ternyata keputusannya datang hari ini tidak tepat, bukannya keluar dari masalah, dia malah terseret terlalu dalam, bahkan keluarga pak Alvi mengira mereka akan menikah.
"Kakek Alana."
"Jangan takut mereka baik kok."
Oh tuhan, bolehkan dia berteriak sekarang bahwa dia tidak menginginkan pernikahan ini? Tapi dia juga tidak ingin menghilangkan wajah bahagia kakek Farhan.
Setelah lama berbincang dengan suasana hati yang tidak baik, dia pamit pulang. Selepas menutup pintu dia meninju udara, mencoba melampiaskan kekesalannya. Memaki pak Alvi dalam hati.
"Dasar om-om gila, maunya menang sendiri, egois!" geramnya. "Dosa nggak sih bunuh guru sendiri?" gumamnya.
***
Alana bisa gila jika hanya memendam semua masalahnya sendiri. Curhat ke bunda atau ayah itu tidak mungkin. Yang ada ayahnya akan memakai kekuasannya untuk menyelesaikan masalah, dan tentu saja kebebasannya akan hilang. Cerita ke salah satu sepupunya, sama saja dia melemparkan pak Alvi ke kadang macan.
Dia belum lupa akan kejadian di mana ada cowok yang nggak sengaja menamparnya, lebih tepatnya salah sasaran, besoknya dia mendengar cowok itu masuk rumah sakit, cedera patah tulang pada tangan kanannya.
Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada pak Alvi selanjutnya. Alasan sampai sekarang dia sendiri, bukan karena tak minat pacaran, melainkan tak seorangpun yang bisa melewati tantangan 6 inti Avegas.
Dia mengelengkan kepalanya, berharap semoga para sepupunya tidak mengetahui masalahnya.
"Woi napa lo Al?"
Dia tersentak kala Salsa menepuk punggung tangannya. Hanya Salsa harapannya untuk berbagi dan semoga sahabatnya itu tidak mulut ember.
"Gue mau cerita sesuatu sama lo." gugupnya.
"Cerita aja kali kayak siapa aja."
Dia mengedarkan padangannya terlebih dahulu memastikan kelasnya tak di huni seseorang selain mereka berdua.
"Gue terlibat masalah sama pak Alvi." lirihnya.
"Gila lo Al!" kaget Salsa.
Tuh kan baru gitu aja udah hebo, bagaimana kalau Salsa tahu bahwa dia dan pak Alvi pacaran walau itu bohongan.
"Iya...iya sekarang gua gila!"
"Al lo baik-baik saja kan?" khawatir Salsa.
Dia menarik nafas dalam-dalam mencoba menenangkan dirinya, kemudian menceritakan semua yang dia alami belakangan ini. Menceritakan awal mula pertemuannya dengan sang kakek dan berujung harus menjadi pacar pura-pura pak Alvi. Awalnya Salsa kaget, namun akhirnya bisa memahami.
"Ya udah ngomong jujur aja sama kakeknya pak Alvi." Salsa memberi solusi namun di jawab gelengan olehnya.
"Udah tapi gagal."
"Perasaan lo sebenarnya gimana? lo suka sama pak Alvi? atau masih benci sama dia?"
"Gua nggak tau gimana perasaan gue sekarang Sal. Benci? gue nggak benci sama pak Alvi. Suka? entahlah gue juga nggak tau."
"Coba lo berdamai dengan perasaan lo, kalau lo emang nyaman sama pak Alvi, nggak ada salahnya jika kalian pacaran."
"Dia guru kita Sal."
"Tidak ada yang salah, selama dia belum ada yang punya."
Dert...Dert...Dert...
Dia melirik ponselnya yang berdering.
Dia menghela nafas kemudian menggeser icon hijau.
"Assalamualaikum bunda"
"...."
"Kok mendadak gitu?" herannya.
"...."
"Rindu dong, tapi kaget aja, pulangnya dadakan kayak tahu bulat aja." dia berusaha bercanda walau jantungnya ketar ketir.
"...."
"Dah bunda."
Dia memutuskan sambungan telfonnya, dan beralih mamandagi Salsa.
"Kenapa?" tanya Salsa padanya.
"Bunda bakal pulang dalam waktu dekat, tapi gue belum bisa keluar dari masalah ini." cemberut nya, menutup wajahnya.
"Lo sih main terima gitu aja."
"Sal, gue lagi nggak mood ya, jangan ledekin." kesalnya.
"Iya deh iya."
"Gimana kalau bunda tahu gue pacaran sama pak Alvi?"
"Menurut gue nggak masalah, selama dia tidak tahu kalau lo terpaksa ngelakuinnya." santai Salsa.
"Lo pacaran sama pak Alvi?"
Deg, suara beriton itu, dia sangat mengenalnya, itu adalah suara Azka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 241 Episodes
Comments
Suzieqaisara Nazarudin
Aku juga ikut prustasi NIH sama dengan Alana,sambil ngakak...hadeehh kakek..kasihan Alana...
2022-10-13
1
Suzieqaisara Nazarudin
Pasti kakek udah tau pak Alvi dan Alana pacar boongan...
2022-10-13
1
Suzieqaisara Nazarudin
Tuh kan Bunda ama Ayah udah mau pulang mendadak,pasti perihal perjodohan..Rasanya Alvi dengan Alana mmg udah di jodohin nih.. mungkin oma buyut dengan kakek Farhan ituh sahabatan kali ya...😁
2022-09-06
0