Dengan langkah tergesa-gesa dia menghampiri gadis itu, menumpukan tangan di atas meja resepsionis, berdehem untuk menetralkan rasa gugup yang tiba-tiba melanda.
"Pak Alvi." sapa gadis itu dengan senyuman.
Dia hanya mengangguk kemudian berkata. "Kamu bisa bantu saya?" tanya-nya terlebih dahulu.
Gadis itu tersipu, menyampirkan anak rambutnya kebelakang telinga. "Bantu apa...."
"Kamu jadi pacar saya!" ujarnya memotong perkataan gadis itu.
"Hah?" kaget gadis itu.
"Saya akan bayar berapapun yang kamu mau, lebih besar dari gaji kamu di rumah sakit ini, dua atau tiga kali lipat sekalipun." ujarnya.
Sontak gadis yang berprofesi sebagai perawat yang bername tag rahma itu memelototkan matanya. Dia akui pria yang sedang berdiri di hadapannya adalah pria incarannya beberapa bulan belakangan ini.
"Anda kira saya cewek apaan pak!" kesal Rahma merasa harga dirinya di rendahnya.
"Maksud Saya..."
"Maaf pak, saya tidak bisa." tolak Rahma
Mendengar penolakan Rahma, Alvi mengusap wajahnya gusar, waktu terus berjalan namun dia belum menemukan seseorang yang tepat.
Dia berbaik dan tidak sengaja menubruk tubuh mungil berambut sebahu. Membuat gadis itu terjatuh akibat terbentur dengan tubuh kekarnya.
Tatapan nyalang itu telah tertuju padanya. "Bapak kalau jalan bisa pakai mata nggak sih, ini udah yang kedua kalinya bapak nabrak saya, dan hanya berdiri mematung tanpa membantu!" kesal Alana bangkit dari duduknya dengan wajah memerah menahan amarah.
Alana berbalik hendak pergi namun terlebih dahulu dia mencegahnya. "Maaf."
Gadis itu berbailik memandanginya dengan kening mengkerut, oh mungkin karena merasa aneh dengan permintaan maafnya yang terdengar kaku.
"Ulangi!" perintah Alana.
"Bisa bantu saya?" bukannya mengulang kalimat permintaan maafnya, dia malah meminta bantuan pada muridnya itu.
Alana terdiam namun tetap mentapnya, dan baru kali ini ada gadis yang berani menatapnya seperti itu.
"Jadi pacar saya!"
"Hah!" mata bulat Alana semakin besar kala mendengar pengakuannya.
Dia tahu kalimat yang dia ucapkan tadi bukanlah kalimat gampang yang bisa di ucapkan pada sembarang orang, terlebih cara bicaranya bukan seperti meminta tapi terdengar seperti perintah.
"Bantu saya untuk berbohong!" pintanya lagi.
"Nggak! saya nggak mau bohong, terlebih jika harus menjadi pacar bapak." tolak Alana menatah-mentah.
"Kamu sendiri yang bilang berbohong demi kebaikan itu tidak salah, jadi bantu saya berbohong." ujarnya sedikit memaksa.
"Iya Emang!" nyolot Alana. "Tapi nggak harus ngajak saya gini dong pak, Saya..."
Kalimat Alana tengelam di udara kala dia menarik tangannya, kemudian menggenggam jemari mungil itu, berlari memasuki sebuah lift untuk membawanya ke lantai 4 di mana kakeknya akan di operasi.
Dia bisa merasakan tangan mungil itu meronta minta di lepaskan dari tangan kekarnya. namun dia tampak acuh, katakanlah dia pemaksa dan egois.
"Lepasin pak!" Alana terus mengerutu.
Namun telinganya seakan tuli dan terus menarik tangan mungil itu. Hingga tangan mungil itu berhasil lepas dari genggamannya saat akan memasuki ruang tunggu sebelum operasi di mulai.
"Saya nggak mau jadi pacar bohongan bapak, jadi tolong jangan paksa saya!" salak Alana.
Akibat kepanikannya, dia malah melakukan kesalahan dengan memaksa anak gadis orang demi kepentingannya sendiri. Dia tak lagi mengejar Alana dan hanya diam mematung di depan ruang tunggu hingga telinganya mendengar seseorang memanggilnya, berbarengan dengan brangkar rumah sakit di dorong keluar.
"Pak Alvi, pak Farhan akan kami pindahkan ke ruang operasi sekarang." ujar salah satu perawat.
***
Belum juga hilang rasa kesalnya pada Rayhan, kini seseorang menabraknya. Karena terlalu kesal dan ingin meluapkan amarah dalam dirinya, dia pun memarahi orang yang menabraknya yang tak lain adalah guru kiler bak kanebo kering itu.
Dia mengerutkan alisnya kala mendengar permintaan maaf keluar dari mulut kulkas berjalan itu, walau terdengar kaku. Hendak pergi namun pak Alvi malah meminta bantuannya.
Dan hal paling gila yang dia dengar malan ini, saat pak Alvi meminta bantuannya untuk berbohong. Oh tidak, dia sama sekali tidak ingin berbohong, apa lagi melibatkan diri pada orang asing seperti pak Alvi.
Mata indahnya membulat sempurna mendegar sederek kalimat keluar dari mulut pak Alvi berikutnya, dimana pak Alvi mengajaknya pacaran segamblang itu? enak saja dalam kamusnya tidak ada kata pacaran. Perhatian dan cowok tampan sudah dia dapatkan.
Apa lagi perminta pak Alvi barusan bukanlah serius dan malah main-main, bisa di kubur hidup-hidup dia sama para sepupu dan juga ayahnya.
Dia terus meronta dan mengerutu panjang pendek kalah pak Alvi menarik tangan mungilnya memasuki sebuah ruangan berukuran 2×1 tanpa jendela itu, yang tak lain adalah sebuah lift. Dia tidak tahu pak Alvi akan membawanya kemana, yang dia inginkan adalah lepas dari cengkraman tangan besar om-om gila ini.
Sekali lagi dia membentak pak Alvi denga sorot mata yang bergitu tajam. Menghentakkan tangannya, dan berhasil lolos dari jeratan guru kilernya itu. Dengan langkah tergasa-gesa dia meninggalkan lantai 4.
Namun belum jauh, samar-samar di mendengar seorang wanita memanggil nama Pak Alvi.
"Pak Alvi, pak Farhan akan kami pindahkan ke ruang operasi sekarang." ujar salah satu perawat.
Sontak dia berbalik, dan menemukan seorang kakek tua di atas brangkar tengah tersenyum kearah pak Alvi. Kakek yang baru saja dia temui di taman sore tadi, kakek yang mempunyai banyak harapan untuk hidup hanya untuk melihat cucu satu-satunya bahagia.
Tanpa sadar kakinya melangkah mendekati brangkar, menebarkan senyuman yang begitu manis. Samar-samar dia mendengar kakek Farhan menanyakan perihal pacar pak Alvi.
Dia berjalan lebih dekat, kemudian mengengam tangan keriput kakek tua itu.
"Kamu?" tanya kakek Farhan dengan tatapan tak percaya.
Dia mengangguk. "Iya kek, ini Alana."
"Kamu pacar pak Alvi?"
Dia menatap sekilas pada pak Alvi kemudian menganggukan kepalanya. "Iya kek, Alana pacarnya pak Alvi. Benarkan apa kata Alana kalau memang jodoh pasti Alana bakal ketemu sama cucu kakek. Kakek harus kuat dan selamat selama operasi, biar bisa liat Alana sama pak Alvi." Dia memberikan semangat pada kakek Farhan.
Dia kembali melirik pak Alvi yang tengah menatap kakek Farhan. Dia sempat tertegun melihat senyuman pak Alvi yang baru dia lihat selama mengajar di SMA Angkasa beberapa bulan terakhir.
Senyuman yang begitu manis, dan terlihat sangat imut, menghilangkan kesan dingin dan seram di wajah tampan itu. Jika saja setiap hari pak Alvi menebarkan senyuman seperti itu di sekolah makan seluruh siswi akan kejang-kejang sakin terpesonanya.
"Ndo!" panggil kakek Farhan entah pada siapa, namun mata kakek Farhan menatap pak Alvi.
"Jangan sia-sia kan gadis seperti Alana Nak!" pesan kakek Farhan sebelum masuk keruang operasi.
Dia melirik pak Alvi yang tengah berdiri di depan ruang operasi dengan tangan bersedekap, kembali pada ekpresi datar dan terlihat kaku. Dia mengedikkan bahu acuh kemudian melenggan pergi begitu saja.
...TBC...
Hay kakak cantik dan kece badai Novel ini ( My Wife My First Love) ganti judul jadi ( Hay Pak Guru)
Dengan sampul seperti di bawah
Maafin author kalau buat kalian bingun karena ganti Sampul And judul🙏 tapi janji ini yang terakhir✌😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 241 Episodes
Comments
Anonymous
Hua kayanya udah pernah baca
Makanya ko judulnya beda 😁
2022-08-29
0
Fenty Izzi
fix alana🥰semoga kakek selamat... oprasinya lancar😊
2022-08-22
0
Nurmiati Nurmi
iya dimaafkan
2022-08-02
0