Gadis berpakain putih abu-abu melajukan motor scoopy kesayangannya di atas kecepatan rata-rata. Terbiasa di bangunkan ibunda tercinta membuatnya bangun kesiangan.
Sepanjang perjalanan dia terus berdoa, agar guru kiler yang selama ini dia hindari ada urusan penting.
Pip...pip...pip
Tak henti-hentinya Alana membunyikan klason motornya seperti penjual ikan. Menghiraukan tatapan kesal pada orang-orang yang berhasil dia salip dengan motornya.
Sebuah keberuntungan baginya, pagar belum di kunci dan juga sepertinya pak Agus guru Bk hari ini tidak berpatroli.
"Aman." gumanya mengelus dada.
Dia memarkirkan motornya di samping motor besar inti Avegas, setelah itu berlari menyusuri koridor sekolah menuju kelasnya. Sepanjang koridor dia terus melafalkan Doa.
Brug
"Maaf,maaf." ucapnya tanpa melihat siapa seseorang yang dia tabrak kemudian melanjutkan langkahnya.
Brak
Dia mendorong pintu begitu keras, beruntung belum ada guru di dalamnya, membuat dia bernafas lega. Tapi tunggu? ada buku paket di atas meja guru, apa jangan-jangan pak Alvi sudah datang.
Ah bodo amat pikir Alana, yang penting dia bisa masuk belajar. Dia kembali mengelus dadanya berjalan santai menuju kursinya, belum sempat dia duduk suara bariton mengagetkannya.
"Siapa yang suruh kamu duduk!"
Deg, suara itu, suara yang dia hindari. Dia berbalik dan benar saja di sana sudah ada pak Alvi berdiri dengan gaya cool nya.
Pak Alvi memperhatikan arloji di pergelangan tangannya. "Lima menit, empat puluh sembilan detik." ujarnya kemudian kembali menatap Alana.
"Kamu tidak lupa dengan peraturan saya kan?"
"Maaf pak, saya tidak akan mengulanginya lagi." lirih Alana, dia tidak boleh keluar, hari ini ada ulangan.
"Sebutkan peraturan yang saya buat!"
"Tidak ada forum di dalam forum, buku mata pelajaran lain tidak boleh ada di atas meja, siswa yang terlambat lewat dari lima menit tidak bisa mengikuti pelajaran." jawab Alana cepat.
Pak Alvi berbalik kemudian duduk di kursi kebesarannya. "Tunggu apa lagi silahkan keluar, teman-teman kamu akan belajar!" Pak Alvi mengayungkan tangannya mempersilahkan Alana keluar kelas.
Alana mengepalkan tangannya kuat di sisi tubuhnya mencoba meredam amarah dalam dirinya. "Hanya lima menit, empat puluh sembilan detik, pak. Kenapa anda sangat perhitungan?" Alana mendongak mencoba menatap mata tajam pak Alvi.
"Sekali ini saja biarkan saya ikut kelas bapak." Alana menyatukan tangannya di depan dada, dia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya.
Teman-teman sekelas Alana hanya bisa menyaksikan tanpa bisa berbuat apa-apa, pak Alvi memang terkenal dingin dan taat aturan.
Di barisan bangku paling belakang, ada Azka tapi dia hanya tidur tanpa memperdulikan keributan yang terjadi.
"Hanya?" tatapan pak Alvi semakin tajam. "Jika seorang dokter hanya mempunyai waktu 30 menit untuk menyelamatkan seorang, tapi dokter itu terlambat 49 detik? kamu kira pasien itu bisa selamat?"
Cukup, Alana sudah muak dengan guru di depannya ini, percuma saja berdebat dengan guru keras kepala seperti pak Alvi. Sebelum keluar Alana menyempatkan diri menatap pak Alvi.
"Pak Alvi adalah guru paling menyebalkan sedunia!" kesalnya.
Pak Alvi yang sibuk dengan bukunya kembali menatap Alana saat mendengar penuturan muridnya itu.
"Apa kamu sudah bertemu semua guru di dunia hingga kamu mengatakan itu? jika belum, temuilah mereka dulu sebelum mengatakan itu pada saya." jawab dengan ekspresi menyebalkan.
Kesal? tentu saja Alana kesal pada Pak Alvi ingin rasanya dia mencakar wajah angkuh itu.
Alana berjalan menuju kantin hanya itu tempat yang bisa membuat Alana tenang, tentu saja dengan makan sepuasnya.
"Gue sumpahin lo nggak dapat jodoh, dasar om-om." sumpah serapah terus saja keluar dari mulut mungil Alana.
Tentang status Pak Alvi, semua siswi SMA Angkasa tahu bahwa sekarang Pak Alvi tidak dekat dengan siapapun. Dan parahnya lagi dia tidak pernah pacaran atau dekat dengan wanita. Masih Baru coy, membuat para siswi klepek-klepek.
"Pantas aja nggak laku-laku!" Gerutunya.
Alana terus melampiaskan kekesalannya lewat makanan, sudah dua mangkok bakso, 10 rb siomay, 1 botol minuman belum mampu meredakan kekesalannya.
Azka dan Salsa hanya melongo melihat kelakuan gadis di depannya ini. Azka bahkan sempat berfikir di dalam perut Alana itu ada buaya.
Ya Salsa dan Azka menghampiri Alana di kantin setelah bel jam istirahat berbunyi.
"Mang ujang, baksonya satu lagi!" Tariak Alana melambaykan tangannya pada penjual bakso langanannya.
"Al, lo kesurupan?" tanya Salsa tak percaya.
"Diam lo, gue nggak mood ngomong sama kalian!" sentak Alana.
"Lah gue salah apa coba?" ujar Salsa, menunjuk dirinya sendiri, perasaan dia tidak punya salah pada Alana.
"Lo berdua nggak ngebelain gue tadi."
"Gue tau pak Alvi kelewatan, tapi lo juga salah Al." Azka membuka suara.
Alana menghentikan acara makannya, meletakkan sendok secara random di atas meja, kemudian menatap Azka jengah. "Lo belain pak Alvi di banding gue Ka?" tanya Alana dengan tatapan tak percaya.
"Gara-gara dia gue nggak ikut ulangan harian, gue harus ngomong apa sama Ayah Ka." suara Alana terdegar serak. Dia takut Ayahnya akan kecewa karena setiap bulannya Ayah Kevin selalu memeriksa ke aktifannya di sekolah.
Salsa memanyungkan bibirnya, menarik Alana kemudian memeluknya. Salsa tahu Alana takut kepercayaan orang tuanya hilang dan malah melarangnya ini itu.
"Om Kevin pasti ngerti, masa gitu aja lo sedih, nggak malu di liatin orang noh." tunjuk Salsa pada penghuni kantin.
Sebenarnya mereka bukan memerhatikan Alana melainkan Azka.
"Gue kan cantik makanya di liatin." ujar Alana pede, kemudian tertawa.
Azka ikut menyunggikan senyumnya mengelus pundak Alana namun tak sengaja menyentuh tangan Salsa.
Salsa refleks menarik tangannya, menatap Azka dengan tatapan sinis. "Nggak usah pegang-pegang lo!" sentaknya.
"Dulu aja nyaman kalau di pegang." gumam Azka.
"Nggak usah ngungkit masa lalu lo!" kesal Salsa bangkit dari duduknya. "Al gue ke kelas ya." Salsa melengos pergi.
Azka menatap punggung Salsa yang semakin jauh dengan tatapan yang sulit di artikan, hanya Azka yang tahu bagaimana persaanya sekarang.
Azka mengeluarkan selembar kertas di saku celananya kemudian menyerahkannya pada Alana. "Kerjain abis itu setor ke pak Alvi."
"Kok bisa?"
"Lo lupa gue siapa." Azka menaik turunkan alisnya. "Lo naik motor kan?"
Alana menganguk.
"Hati-hati pulangnya." ujarnya mengacak-acak rambut Alana.
Alana mengernyit, ada bau-bau mencurigakan nih. "Lo mau bolos lagi?"
"Hm."
"Mau kemana?"
"Biasa."
"Tawuran lagi?" Alana memastiakan.
"Jangan lapor sama mami." titah Azka.
Alana kembali mengangguk menyetujui permintaan Azka. Dia tau Azka tidak ingin mami nya khawatir.
Azka bangkit dari duduknya kemudian berjalan meninggalkan kantin dengan tangan di masukkan kedalam saku celananya, sungguh pemandangan yang indah bagi kaum hawa.
***
Alana mendengus, baru saja dia akan istirahat, Azka sudah mengganggunya. Jika saja Dia tidak kasihan pada pria itu yang kini butuh bantuannya, mungkin dia akan melanjutkan maraton drakor.
Oh tidak Alana tidak sejahat itu akan membiarkan Azka kesakitan tanpa ada yang mengobatinya, bagaimanapun Azka salah satu sahabatnya walau kadang menyebalkan.
Alana mamandangi penampilannya di depan cermin, celana jens putih dengan baju kaos warna senada di balut cardigan warna coksu, dan jangan lupa sepatu putihnya membuat penampilannya sangat sempurna.
"Duh cantik banget lo Al." pujinya pada diri sendiri menepuk-nepuk pipinya. "Anak siapa sih? Anak bunda Anin dong."
Beginilah keseharian Alana dia akan memuji dan menjawab pertanyaannya sendiri jika berada di depan cemin sebelum pergi. Rasannya tidak puas sebelum melakukan itu.
Jika bukan kita? lalu siapa yang akan muji kita?
Itulah yang selalu Alana katakan setiap kali seseorang menegurnya Narsis.
...TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 241 Episodes
Comments
Suzieqaisara Nazarudin
Ingat ya para Riders di bab ini katanya guru killer itu 1)gak punya pacar.
2)gak oernah dekatin cewek,makanya dia jomblo...
ntar aku jadi heran Saat udah nikah pasti akan nongol yg namanya MANTAN...,mantan itu dr mana coba,kalo pacaran aja katanya gak pernah..🙇🙇
2022-09-05
0
lilis eriska
gokil ini Alana 😁
2022-09-03
0
Fenty Izzi
babang alvi meski dingin ttp mempesona😁
ish narsis amat😆😆😆
2022-08-21
0