"Cita-cita kamu pengacara kan?" pak Alvi memastikan.
Alana mengangguk, membenarkan perkataan pak Alvi, sedari dulu cita-citanya ingin menjadi seorang pengacara. Dia tidak punya minat sama sekali meneruskan salah satu bisnis orang tuanya.
"Apa alasan kamu ingin jadi pengacara?"
"Untuk membela kebenaran dan memberantas kejahatan." jawab Alana mantap penuh semangat.
"Saya tidak yakin kamu bisa melakukan itu." Alvi menatap remeh ke arah Alana. "Hati kamu terlalu baik untuk jadi pengacara. Contohnya kasus penipuan ini, kamu tidak ingin melaporkannya hanya karena kasihan. Apa kamu juga akan melakukan itu pada lawan renkamu nanti?"
Tepat sasaran, Alana terdiam, betul kata pak Alvi, bagaimana dia bisa jadi pengacar jika mudah kasihan pada orang lain.
Dalam diamnya, dia hanya memerhatikan gerak-gerik pak Alvi. Mulai dari pak Alvi merogoh saku jas nya, kemudian mengeluarkan sebuah kartu nama lalu memberikannya padanya.
"Ini kartu nama salah satu pengacara, kamu bisa menghubunginya jika berubah pikiran."
Setelah dia mengambil kartu nama itu, pak Alvi memutari mobil hendak masuk kedalam mobilnya, tapi sebelum itu pak Alvi kembali menatapnya.
"Apa saya boleh bertanya?"
Dia mengangguk, mempersilahkan pak Alvi bertanya padanya.
"Apa kamu pernah berbohong? apa salah jika seseorang berbohong?" ujar pak Avi dengan raut wajah serius
Dia menggeleng "Berbohong tidak salah, jika itu demi kebaikan."
Pak Alvi kembali berjalan ke arahnya, dengan satu tangan masuk ke dalam saku celananya. "Demi kebaikan?"
Dia mengangguk mantap. "Iya demi kebaikan, misalnya saya berbohong sama pak Alvi, karena tidak ingin membuat pak Alvi kecewa atau bersedih." jawab Alana mengumpamakan.
"Tapi itu sama saja dengan berbohong."
"Pak Alvi tidak pernah berbohong?" tanyanya.
Pak Alvi mengeleng, membuat Alana tersenyum.
"Mungkin karena pak Alvi belum pernah menemui situasi yang memaksa bapak untuk berbohong. Suatu hari nanti bapak akan mengerti apa arti dari berbohong demi kebaikan seseorang." jawab Alana bijak, dan itu patut di rayakan.
***
Usai pelajaran, seperti biasa Alana dan Salsa akan nongkrong di kantin hingga bel jam pelajaran berbunyi. Alana mengedarkam pandangannya keseluruh penjuru kantin, ramai, itulah yang di tangkap dari pengamatannya.
Ada yang bergosip, ada yang sibuk pacaran, atau sibuk mengisi perut yang kosong.
Namun itu tak mampu merubah mood nya setelah mendapat telfon dari sang bunda, bahwa mereka tidak jadi pulang hari ini. Dan sekarang di kantin, orang yang biasa menghiburnya juga tidak muncul sedari tadi.
"Diam-diam bae lo Al, napa sih?" tegur Salsa saat melihatnya bertopang dagu di atas meja.
"Bunda nggak jadi pulang, gue sendirian lagi di rumah, mana sepi lagi, kan gabut." jujur Alana.
"Aelah, ntar gue bermalam di rumah lo, kebetulan mama gue ada dinas." ucapan Salsa sontak membuat Alana duduk tegap.
"Serius lo?"
"Hm." gumam Salsa melanjutkan acara ngemil kuaci di atas meja.
"Sal, lo nggak liat abang-abang gue?"
Salsa ter kekeh geli mendengar penuturan Alana.
"Kesambet lo Sal?"
"Nggak, nggak, lucu aja dengar lo manggil mereka abang Al, gue yakin jika Ray dengar, lo bakal di ledek habis-habisan sama dia." jawab Salsa masih dengan tawanya.
Alana melempar salah satu kulit kuaci, kesal melihat tawa Salsa, ya dia akui, di antara mereka berempat, Rayhan, Keenan, Samuel, dia yang paling tua, tapi apa salah jika dia ingin manggil mereka Abang.
Dia menepuk-nepuk punggung tangan Salsa. "Sal, gila, Azka ciuman noh." tunjuk Alana, membuat Salsa refleks menoleh kebelakang.
Hahahha
"Lo gamon ( gagal move on) ya?" tawa Alana, berhasil mengerjai Salsa padahal Azka sedari tadi hilang entah kemana.
Jam pulang sekolah telah tiba tiga puluh menit yang lalu, namun Alana dan Salsa masih setia di dalam kelas. Alana sibuk dengan buku-bukunya sedangkan Salsa sibuk dengan ponselnya.
"Udah belum Al?" tanya Salsa
"Bentar lagi nih." jawabnya masih fokus dengan buku-buku di atas meja.
"Makanya kalau di suruh mencatat ya catat, jangan baca novel mulu." sungut Salsa, sudah dia bilang tadi ibu Siti akan mengumpulkan catatan sepulang sekolah tapi yang di lakukan Alana hanya membaca novel.
"Nih selesai." Alana berdiri memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.
Dia dan Salsa menuju ruang guru untuk memberikan buku catatan teman-tamannya pada ibu Siti. Bukannya sok rajin atau apalah itu hingga dia mau mengantar buku teman-temannya. Tak lain dan tak bukan hanya untuk mengulur waktu biar catatannya ikut terkumpul, biasa otak cerdas Alana mulai bekerja.
"Azka!" Teriak Alana sembari berlari ke arah parkiran saat melihat beberapa anggota geng Avegas yang kebanyakan siswa SMA Angkasa.
Tak lupa dia menarik tangan Salsa untuk ikut dengannya.
"Kalian mau kemana? kok rame-rame, ikut boleh?" tanyanya setelah sampai di parkiran.
Bukannya menjawab para anggota geng Avegas hanya saling pandang hingga suara berat Samuel terdegar.
"Nggak boleh!"
"Noh nggak boleh kata manusia kaku." seloroh Rayhan meledek ke arah Alana, bagi Rehyan ada kebahagian tersendiri membuat kakak sepupunya itu kesal.
"Bang Ken boleh ya, Alana bosan di rumah terus, mana bunda nggak ada." Alana mengoyang-goyangkan lengan kekar Keenan.
Bukannya nenjawab Keenan malah mengacak-acak rambut Alana gemas. "Lo pulang naik apa? di jemput sama mang dadang?" tanya Keenan, yang sudah tahu bahwa motor Alana di culik, dan dia tidak mempermasalahkannya.
Jangan lupakan senyum manis Keenan yang membuat siapa saja jungkir balik jika melihatnya.
"Omo, omo bang, manis banget Njir senyum lo, insinyur gue liatnya." decak alay Rayhan.
"Insekyur bego." timpal Risky.
"Sama aja lah tuh." seloroh Rayhan.
"Bedalah." sahut Dito.
Kembali pada Alana yang masih setia menunggu respon dari para sepupunya itu. Bukan karena dia benar-benar ingin ikut, tapi melihat anggota geng Avegas berkumpul membuat nya yakin mereka akan tawuran lagi.
"Sal, lo pulang sama siapa?" Tanya Azka yang melihat Salsa sedari tadi menunduk di belakang Alana.
"Pepet teros Ka!" teriak Dito, namun tak di gubris oleh Azka
"Gue pulangnya sama Salsa." Alana menjawab pertanyaan Keenan.
"Udah gue pesanin taksi." ujar Samuel yang kini duduk di atas motornya.
"Bang El mah gitu, jarang ngomong, sekalinya ngomong nyebellin." gerutu Alana sungut-sungut kesal sama tindakan yang di ambil Samuel. Namun Samuel hanya menampilkan wajah datarnya, sebelas dua belas dengan pak Alvi.
Gagal deh rencanya untuk mengulur waktu, padahal dia mau Keenan atau salah satu inti Avegas mengantarnya, dan tentu saja Azka yang mengantar Salsa pulang.
"Pulang lo sana, buang-buang waktu saja lo, tangan gue udah gatal pengen tonjok orang." ujar Rayhan mengusap-ngusap tangannya yang terkepal. Berhasil mengundang tatapan tajam dari tiga pria waras Inti Avegas, siapa lagi kalau bukan Samuel, Keenan, dan Azka.
Rayhan meringis,
"Loh sih bego." Risky monoyor kepala Rayhan.
"Tuh kan, benar dugaan gue kalian bakal tawuran lagi, nggak capek apa!" Tetapan Khawatir jelas terlihat di mata Alana.
"Gue janji nggak bakal ada yang luka Al." kini Azka ikut bicara setelah lama menatap Salsa yang masih menunduk tanpa niat memberi respon padanya.
"Janji?" todong Alana
Merek serempak mengangguk.
...TBC...
Jangan lupa Vote and komen ok👌😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 241 Episodes
Comments
Fenty Izzi
🌹🌹🌹😘😘😘
2022-08-22
0
Neneng Hernawati
Thor maaf bukanya di cerita cinta s
dan masa lalu papanya salsa sudah meninggal....ko di sini salsa bilang mama papanya sedang keluar ini typo apa gimana ya??🙏🙏
2022-06-17
3
Susan Handayani
ngapain s pd tawuran g ada guna nnt ujung"nya pd bonyok"🤪🤪🤪
2022-01-11
0