Jam pelajaran telah berakhir 5 menit yang lalu, bukannya pulang Alana malah berlarian menyusuri koridor sekolah mencari seseorang.
Dia semakin mempercepat langkahnya ketika melihat orang yang di cari baru saja keluar dari ruang guru.
"Pak Alvi!" panggilnya sontak membuat pak Alvi berhenti.
Pak Alvi menaikkan alisnya menunggunya untuk bicara.
"Bisa temanin saya ke kantor polisi!" pintanya.
Setelah berfikir semalaman, dia memutuskan untuk melapor polisi sesuai saran Salsa dan Azka. Dan satu-satunya saksi malam itu hanya pak Alvi jadi mau tidak mau, Alana harus membawa pak Alvi ke kantor polisi untuk menemaninya.
"Saya sibuk." tolak pak Alvi melanjutkan langkahnya.
Bukan Alana namanya jika menyerah begitu saja, dia mencekal lengan pak Alvi. "Saya mohon pak bantu saya, hanya bapak satu-satunya saksi semalam." mohonnya dengan pupi eyyesnya.
"Saya nggak punya urusan sama kamu, semalam saya juga cuma lewat." ujar pak Alvi datar kemudian menghempaskan tangan Alana lalu pergi begitu saja.
Alana memandangi punggung lebar pak Alvi menghilang memasuki sebuah ruangan, sepertinya perpustakaan.
Satu ide terlintas di otak cerdas Alana. Jika tidak bisa membujuk pak Alvi secara halus, maka dia akan membawa pak Alvi secara paksa ke kantor polisi.
Dengan seringai liciknya dia berjalan menuju parkiran. Dia menghampiri mang Joko satpam sekolah di pos jaga.
"Mang joko!"
Mang Joko terperanjak akibat panggilan Alana yang tidak santai. "Eh neng Alana, nungguin deng Azka apa Ken?" tanya pak Joko, pasalnya Alana sering nongkrong di pos jaga hanya untuk menunggu Azka dan kawan-kawan untuk mengantarnya pulang.
"Nggak mang, Alana mau nanya, mobil guru kimia baru di sekolah baru ini yang mana ya?"
"Guru kimia di sini banyak neng."
"Is mang, guru yang kiler, dan menyebalkan itu loh yang mukanya udah tua." jelas Alana.
Mang joko mengangguk mengerti. "Oh pak Alvi toh neng, noh di sana." tunjuk Mang joko pada mobil hitam dekat mobil sport biru.
"Makasih mang." Alana menepuk pundak mang Joko dan di balas anggukan oleh pemilik pundak. "Kalau Azka sama yang lain nyanyain bilang Alana udah pulang ya." pesannya.
"Siap neng." Mang Joka memberi hormat pada Alana seperti sedang upacara.
Alana memperbaiki tas punggung warna birunya, kemudian melangkah mendekati mobil hitam yang di tunjuk mang Joko. Dia mengelilingi mobil itu, menganguk-angguk seperti menilai sesuatu.
"Mahal juga mobil pak Alvi." gumam Alana.
Sembari menunggu pemilik mobil, Alana iseng ngintip masuk kedalam mobil, ingin tahu seperti apa ke adaan mobil guru kiler nan dingin modelan pak Alvi.
"Gila modelannya aja cool gitu, isi mobilnya boneka warna pink." ejek Alana terkikik geli. "Singa berhati hello kitty nih namanya."
Alana sibuk mengomentari mobil hitam itu hingga tak menyadari kehadiran pemilik mobil.
"Ekhem."
Alana sontak menoleh dan mendapati pak Alvi di sana, senyumnya mengembang. "Hay pak Alvi." sapanya sok akrab.
"Ternyata pak Alvi nggak sedingin yang saya kira, suka boneka juga ya pak." ledek Alana masih dengan senyumnya. Hingga dia lupa apa tujuannya kesini.
"Ngapain kamu berdiri di samping mobil saya?"
"Pak sekali ini saja, bantuin saya ya, temenin saya ke kantor polisi!" Alana kembali membujuk pak Alvi kali ini dia menunjukkan wajah memelas seperti yang biasa dia lakukan pada Ayahnya jika mengiginkan sesuatu.
"Minggir!" tegas Pak Alvi.
Dia menghela nafas kasar, ternyata membujuk pak Alvi lebih sulit dari yang di bayangkan. Segala jurus merayu dan membujuk sudah ia keluarkan, lalu apa lagi yang harus ia lakukan agar pak Alvi mau menolongnya.
Alana memiringkan kepalanya, kemudian menyeringai, mengangkat salah satu kakinya lalu mendaratkan di kap depan mobil hitam itu.
"Pak Alvi nggak boleh pergi sebelum bantu saya!"
"Minggir saya bilang!" geram pak Alvi.
Bukannya minggir Alana malah menedang-nendang kecil kap mobil cingclong itu dengan sepatu cantiknya.
"Pak Alvi ikut saya ke kantor polisi atau saya tendang lebih keras mobil bapak!" ancam Alana tanpa takut, toh jika mobil pak Alvi lecet ada Ayah Kevin yang akan mengurusnya.
"Silahkan tendang semau kamu, saya tidak peduli, lagian itu bukan mobil saya." ujar Pak Alvi datar berhasil membuat Alana menelan ludahnya kasar.
Jika itu bukan mobil pak Alvi? lalu mobil siapa yang Alana tendang sedari tadi, oh Alana harap bukan mobil pak Agus si guru kiler itu.
Dia menarik kakinya, berdiri tegap mencoba menetralisir rasa paniknya di hadapan pak Alvi. Jika kalian bertanya Alana malu? tentu saja dia sangat malu, dia susah mengejek, mengacam pak Alvi tapi dia malah salah mobil.
Persetan dengan rasa malu, sekarang urat malu Alana hilang begitu saja saat mengingat tujuan utamanya ngemis-ngemis pada pak Alvi.
"Pak saya mohon." pinta Alana sekali lagi.
Terdengar helaan nafas dari pak Alvi. "Saya tidak bisa, saya harus kerumah sakit."
"Nggak papa." ujarnya mengeleng. "Saya bisa ikut kerumah sakit dulu." Mata Alana berbinar bukankah ini suatu harapan setelah sekian lama membujuk manusia es di depannya.
Tunggu jika mobil hitam itu bukan milik pak Alvi lalu yang mana? bukannya mang joko tadi menyurunya kesini. Oh shit, apa mang joko membohonginya. semoga tidak, jika itu terjadi telinga mang joko akan pecah akibat ocehannya besok.
"Masuk!" perintah pak Alvi menunjuk mobil sport biru dengan dagunya.
Mata Alana membulat sempurna, jadi dia salah mobil? kenapa otaknya sering tidak bekerja jika sudah berhadapan dengan pak Alvi? kenapa pelet manusia es ini sangat kuat?
Tidak ingin membuang waktu, Alana Balik badan hendak memutari mobil untuk masuk kedalam mobil pak Alvi, sebelum teriakan pak Alvi mengiturpsi dan menubruk tubuhnya.
"Awas!" teriak Pal Alvi, menahan tubuh Alana agar tidak melangkah, mengunci pergerannya di depan pintu kemudi. Pak Alvi tidak bisa membayangkan jika spion mobil sport mahalnya patah akibat ulah muridnya yang sangat ceroboh.
Bukan hanya pak Alvi yang kaget, bahkan Alana juga tertegung saat akan terjatuh, akibat tali tas sialan miliknya nyangkut di kaca spion milik pak Alvi.
Jantung Alana berdisko seperti sedang mengadakan konser di dalam sana, bukan takut ganti rugi, tapi wajah pak Alvi yang begitu dekat dengan wajahnya, bahkan hidungnya hampir menyentuh telinga milik pak Alvi yang sedang memperhatikan spion mobilnya.
Belum lagi tangan pak Alvi yang melingkar di pinggangnya, sungguh posisi yang sangat intim bagi seorang Alana.
Alana mengerjap beberapa kali, kemudian mendorong tubuh kekar pak Alvi agar menjauh dari nya. Dekat-dekat dengan pak Alvi bisa-bisa membuatnya mati muda.
Lihatlah manusia di depannya sungguh pelit ekspresi, sedari tadi ekspresinya datar-datar saja, tidak terlihat marah atau tersipu membuat Alana lebih waspada.
"Kita berangkat sekarang!" ujar pak Alvi kemudian masuk kedalam mobilnya.
Alana mengangguk kemudian ikut masuk kedalam mobil biru pak Alvi. Mobil ini sungguh mengabarkan kepribadian pak Alvi dilihat dari interior yang terlihat menawan tapi terkesan dingin dan menyeramkan membuat bulu kuduk Alana meremang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 241 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Padahal calon isterinya inih,apa saat ini pak Alvi belom tau kalo Alana itu calonnya??🤔🤔🤔
2024-06-03
0
Teh Yen
xixiiii kejadian tak terduga yg bikin jantung engg karuan yah Al 🤭🤭🤭
2023-03-23
1
Fenty Izzi
pepet terus😁
2022-08-22
1