Alana memandangi gedung apartemen di depannya, benar kah Azka tinggal di gedung ini? seorang Farel Azka Afrizal Wijaya, anak dari pengusaha batu bara tinggal di apartemen sederhana.
Karena tak Percaya Alana kembali menghubungi Azka.
Ladang duit to :
"Sekarang gue ada di lobi gedung xx, udah benar kan?"
Walau bersahabat cukup lama, dia belum pernah menginjakkan kaki ke apartemen Azka.
Si Manja to:
"Iya"
"Apartemen gue di lantai enam, no 169."
"Cepatan nggak usah kayak siput!"
"Nggak gue kunci langsung masuk aja!"
Alana kembali memasukan ponselnya ke dalam tas setelah membaca pesan dari sahabatnya, lalu berjalan melewati meja resepsionis kemudian masuk kedalam Lift, kebetulan di dalam dia hanya seorang diri.
Ting
Pintu lift terbuka menampilkan Alana di dalamnya, dengan langkah santai Alana menyusuri lorong gedung apartemen mencari di mana letak pintu rumah seorang Azka.
Dia mendorong pintu perlahan setelah di yakini apartemen itu milik Azka. "Benar nggak di kunci." gumam Alana.
Mata Alana terbuka lebar, mengeleng tak percaya ternyata rumah Azka tak seburuk yang di bayangkan, lihat rumahnya sangat rapi.
Tangannya dengan nakal menyentuh rak-rak di ruang tamu. "Gila nggak berdebu coy."
"Lah kok gue kayak orang kampugan gini sih." Alana mengaruk kepalanya merasa Aneh dengan respon yang dia keluarkan, padahal rumahnya tak kalah bersih.
"Azka yuhu, gue masuk nih ya." teriak Alana di depan pintu kamar, untung saja di dalam apartemen Aska hanya ada satu kamar jadi dia tidak harus bingung.
Pelahan tangannya meraih knop pintu kemudian memutarnya.
Ceklek
Yang dia dapati adalah Kamar Rapi dan tidak ada Azka di dalamnya. Pandangannya beralih pada pintu kamar mandi. Matanya seketika membulat, dengan susah dia menelan salivanya. Ini bukan yang pertama kalinya dia melihat perut Abs seorang pria tapi kenapa tubuh di depannya ini lebih mengiurkan?
Pemandangan di depannya sungguh mengoyahkan iman seorang Alana. Lihatlah ketampanan pria itu semakin bertambah saat mengerikan kan rambutnya dengan handuk.
Jika kalian mengira Alana akan berteriak itu tidak akan terjadi dia malah menikmatinya. Tanpa sadar Alana memotret tubuh atletis di depannya.
Cekrek
Ah Sial, kenapa ponselnya tidak dalam mode sailet? lihat gara-gara ponselnya itu dia tertangkap basah memandangi tubuh indah pria itu.
"Kamu!" suara dingin mengitrupsi.
"Pa-k Al-vi." ucap Alana susah payah dia juga terkejut.
Ya pria itu adalah pak Alvi, entah kanapa Pria itu bisa masuk kedalam rumah Azka.
Kaki Alana terus mundur saat pak Alvi terus berjalan maju ke arahnya yang masih bertelanjang dada dengan handuk melilit di pinggangnya.
Bruk
Punggun Alana menabrak sesuatu di belakangnya. Alana meruntuki rak buku yang dia tabrak. katakan pada Alana siapa yang berani memindahkan rak buku itu hingga menghalangi pergerakannya.
Pak Alvi mengunci pergerakan Alana, membuatnya semakin menelan ludah melihat Abs pak Alvi sedekat itu.
"Ngapain kamu masuk kerumah saya?" suara dingin itu kembali terdegar dengan tatapan penuh mengintimidasi.
Alana berdehem untuk menetralkan kegugupannya, berusaha tenang, kemudian membalas tatapan Pak Alvi.
"Harusnya Saya yang bertanya, kenapa pak Alvi ada di rumah teman saya?"
"Ini rumah saya!" tegas pak Alvi.
"Ini rumah teman saya!" tegasnya berusaha lepas dari kungkungan pak Alvi hingga membuat rak buku di belakangnya ikut goyang dan.
Bruk
Pak Alvi refleks menunduk untuk melindungi tubuh munggilnya dari tumpukan buku yang berjatuhan sementara Dia memeluk pinggang pak Alvi untuk melindungi diri.
"Ahhhhh mata gue nggak suci lagi." teriaknya melepaskan pelukannya kemudian berlari keluar dari kamar itu.
Jika hanya melihat perut Abs pak Alvi dia tidak akan sehebo itu dan teriak-teriak memalukan. Tapi yang dia lihat lebih dari itu, di mana pada saat pak Alvi merengukuh tubuhnya kemudian dia reflek memeluk pinggang pak Alvi.
Saat itu lah dia melihat lansung handuk yang di kenakan Pak Alvi melerot kebawah. Sumpah demi apapun dia tidak melihat anak pak Alvi, yang dia lihat hanya paha mulus, oh good otaknya sungguh terkontaminasi.
Alana berhenti melangkah saat mendegar teriakan mengelegar dari dalam kamar.
"Berhenti!" teriak pak Alvi setelah siap dengan pakaiannya.
Alana berbalik menunggu apa yang akan di lakukan pak Alvi padanya. Jujur sekarang dia sangat gugup, seberani apapun dia, jika berhadapan dengan wajah menyeramkan pak Alvi nyalinya menciut seketika.
"Kenapa pak?"
"Hapus foto saya di ponsel kamu!" perintah pak Alvi dingin.
"Sudah saya hapus." ujarnya
"Mana ponsel kamu!" Pak Alvi menegadahkan tangannya.
"Sudah ke hapus pak." jawabnya engang memberikan ponselnya.
"Ponsel kamu." ulang pak Alvi.
Alana menghela nafas pasrah, memberikan ponsenya pada pak Alvi, jika boleh jujur dia belum menghapus foto itu dari ponselnya. Entah dia mau apakan, mungkin sebagai ancaman jika pak Alvi macam-macam padanya.
Pak Alvi terus melangkah sembari mengotak-atik ponselnya, membuat dia mundur dan keluar dari pintu Apartemen. "Lain kali jangan masuk kerumah orang sembarangan." pak Alvi mengembalikan ponselnya.
"Tapi ini rumah teman saya."
"No apartemen?" Pak Alvi menaikan salah satu alisnya dengan tangan di masukkan kedalam saku celananya.
Alana dengan sigap memeriksa ponselnya setelah itu menjawab pertanyaan pak Alvi. "169 pak."
Brak
Pintu apartemen tertutup begitu saja dan menampilkam no apartemen di sana 196. Oh tidak Dia salah masuk rumah, mau di taro di mana mukanya sekarang.
"Azka sialan!" Makinya berjalan kembali menyusuri lorong, tak lama kemudian dia mendapati no pintu 169 tanpa abah-abah dia membuka pintu dengan brutal.
"Sialan lo Azka!" teriaknya ketika melihat Azka tengkurap di atas sofa tanpa memakai baju.
Jika kalian mengira Alana akan terpanah, oh itu tidak akan terjadi sudah biasa baginya melihat Azka dan kawan-kawan bertelanjang dada.
"Napa lo Al? datang-datang teriak-teriak sakit kuping gue." degus Azka masih dengan posisi yang sama.
Alana cemberut, melangkah mendekati Azka, kemudian meletakkan kantong obat yang di bawa tadi di atas meja, lalu duduk di hadapan Azka.
"Gara-gara lo gue salah masuk kamar tau!" kesal nya.
"Lah kok gue?" bingung Aska. "Al tolong obatin no punggung gue!" pintanya.
Walau kesal Alana tetap mengobati luka goresan Azka, tidak terlalu parah sih, tapi Azka tidak bisa mengobati sendiri secara goresannya ada di punggung.
"Kenapa nggak nelfon Salsa?" tanya Alana sibuk membersihkan luka Azka kemudian memberikannya obat merah.
"Kaya lo nggak tau aja Salsa giman Al."
"Lo sih, udah tau hati Salsa kayak gimana, lo kecewain, ginikan jadinnya." Dia malah menyalahkan Azka atas apa yang menipa sahabatnya itu.
"Pelan-pelan Al." ringis Azka saat Dia menekan lukanya terlalu kecang.
"Makanya jangan tawuran!"
"Membela kebenaran Al. Jangan omelin gue aja lo, noh abang-abang lo ikutan semua."
"Bdw lo masuk rumah siapa?" kepo Aska.
"Pak Alvi." jawab Alana acuh kini sibuk mengobati luka lebam di wajah Azka, posisi mereka sedang duduk berhadapan.
"Kok bisa! lo nggak di apa-apain kan?" Azka memeriksa tubuh Alana.
"Azka!" kesal Alana, saat Azka memperlakukannya seperti boneka di balik sana balik sini. "Gue nggak papa, cuma mata gue udah nggak suci lagi." cicitnya.
Percayalah wajah Alana terasa panas saat mengingat kejadian tadi, mungkin saat ini wajahnya sudah memerah padam.
"Liat apa lo?" Azka menaikan sebelah alisnya.
"Liat perut Abs nya pak Alvi." jujur Alana.
"Lebih bagus mana sama punya gue?" goda Azka.
"Azka!" kesal Alana menabok lengan Azka.
"Lo sih bego kok di pelihara, 169 sama 196 itu jauh beda." Azka gereget sendiri meladeni tingkah absurd sahabat kecilnya.
"Loh kok lo tau no apartemen pak Alvi?"
"Tau lah, dia tetangga baru gue." santai Azka.
...TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 241 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Alana salah nomor apartment..😂😂
2024-06-03
0
Suzieqaisara Nazarudin
Salah masuk ke rumah Pak Alvi kan..no 196,kamar Azka 169...🤭🤭😂😂😂
2022-10-13
1
Fenty Izzi
g pa2 al mubadzir juga lok g d lihat.. Khan udah terlanjur🤭😂😂
2022-08-21
0