Alana dan Salsa berjalan menyusuri koridor SMA Angkasa menuju kantin setelah jam istirahat berbunyi tadi. Langkahnya terhenti di ambang pintu ketika melihat rombangan Inti Avges tengah asik ngobrol di sudut ruangan, di mana tempat favorit mereka berada.
Alisnya bertautan, saat tak melihat ketua Avegas di sana? Dia mengira Azka bolos bersama mereka, tapi ternyata tidak.
Dia menoleh ke arah Salsa. "Lo nggak papa kalau kita gabung sama mereka?" tanyanya di jawab anggukan oleh Salsa.
"Nggak papa kali." jawab Salsa dengan senyuman.
Dia dan Salsa menghampiri inti Avegas kemudian ikut duduk bersama mereka.
"Hay Al." sapa Risky mengoda.
"Berani lo sama gue!" sungut Rayhan, gini-gini dia masih sayang sama sepupu laknatnya, apa lagi dia tahu Risky tak jauh beda darinya. Sama-sama playboy kelas kakap.
"Nyari Azka lo Sal?" kini Rayhan beralih pada Salsa.
Salsa menggeleng kemudian tersenyum. "Ikut Alana aja." jawabnya singkat.
"Kalian udah makan?" Keenan akhirnya bersuara.
"Belum Bang, nggak punya uang." bohong Alana, itung-itung dapat teraktiran dari ladang duit satu ini.
"Wah parah tuh Om Kevin ninggalin anak gadis tanpa uang. Is...is ta patut ta patut." cibir Rayhan sembari mengelengkan kepalanya.
"Bilang aja lo pengen di traktir." cibir Dito tukan julid.
Alana cengegengesan. "Tau aja lo To."
"Yaudah pesan aja nanti gue yang bayar." seperti dugaannya, Keean selalu siap siaga soal traktir.
"Mantap tuh." Antusian Ray. "Ki, pesan yang banyak noh, mumpung Ken berbaik hati neraktir kita-kita, jarang-jarang lo dia gini." Ray mendorong Risky, menyuruhnya memesan makanan untuk mereka ber 7.
"Giliran gratisan gercep banget lo." cibir Dito.
"Gratis memang nikmat To." sindir Keenan dengan senyuman khasnya, sementara Samuel hanya berdiam diri dengan ponsel di gengamannya entah melakukan apa.
Tidak ada yang membuka suara saat makan, biasa Sameul tidak suka keributan di meja makan, dan semua tidak mempermasalahkan itu. Mengingat apa tujuannya bergabung dengan mereka-mereka, Dia sontak menatap Keenan wakil dari Avegas.
"Azka mana?"
Uhuk
"Napa lo Ray?" sinis Alana, biasa mereka tidak pernah akur. Ray mengeleng kemudian melanjutkan acara makannya.
"Azka mana?" ulangnya.
Namun yang di tanya masih sibuk dengan bakso di didepannya. Dia beralih menatap Samuel, ada yang aneh dari mereka semua.
"El, Azka mana?"
Yang ditanya menghentikan makannya "Di rumah sakit."
"What?" kagetnya
Bukan hanya dia, bahkan Salsa yang sibuk sendiri dengan nasi gorengnya kini ikut kaget mendegar mantannya di rumah sakit.
"Alay banget dah lo." sinis Ray.
Dia menghiraukan ucapan Rayhan, kemudian kembali natap Samuel. "Kok bisa?"
"Pas kita-kita pulang menuju basecamp, Azka hampir aja nambrak ibu-ibu lagi nyebrang depan sekolah Madrasah. Karena nggak mau ibu-ibu itu terluka yaudah dia ngehindar kemudian nambrak pembatas jalan sama tian listrik. Tapi nggak usah khawatir, dia nggak papa cuma luka di lengan sama kening aja nggak ada yang serius." jelas Keenan agar Alana tidak panik atau khawatir.
Dan dia lihat dari sorot mata Salsa, sepertinya ada ke khawatiran di dalamnya.
Alana menganguk mengerti, petanyaannya sudah terjawab. Rencanya pulang sekolah Dia akan mengajak Salsa menjenguk Azka di rumah sakit. Itung-itung bawa penyemangat hidup Azka. Dia tahu betul Sahabat laki-lakinya itu masih cinta sama Salsa.
"Makasih Bang traktirannya."
Alana bangkit dari duduknya, hendak pergi namun suara Samuel kembali terdengar.
"Al!" Samuel menggantung kalimatnya. "Agustus kan?"
Alana yang mengerti arah pertanyaan Samuel segera mengangguk dengan wajah sumbringan, sepupunya yang satu ini sangat peka.
"Nanti gue Transfer." suara Samuel kembali terdengar.
Di satu sisi ada laki-laki yang menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. Sepupunya itu kalau ngomong selalu membuatnya bingung, siapa lagi kalau bukan Rayhan si playboy kelas kakap.
Sesuai rencananya, Dia dan Salsa berkunjung ke rumah sakit setelah pulang sekolah, berbekal petunjuk dari Keenan, akhirnya dia menemukan ruang inap Azka.
Dia mengembangkan senyumnya saat mendapati mami Azka menyuapi pria itu bubur, walau terlihat jelas dari mimik wajah ketua geng Avegas terpaksa memakannya.
Tidak ada yang bisa menolak keinginan mami Azka baik papi Azka sekalipun, berdebat adalah keahlian tante Tari, secara mami Azka seorang perngacara terbaik di kota ini.
"Sore Mami."
"Sare tante."
Sapanya berbarengan dengan Salsa, kemudian berjalan bergantian menyalami wanita paruh baya itu.
"Eh ada calon mantu ternyata." sapa tante tari padanya.
Dia melirik Salsa tak enak hati, tapi percayalah di dalam lubuk hatinya tak pernah sekalipun dia menganggap Azka sebagai seorang laki-laki yang harus dia cintai.
"Sorry Sal." bisiknya di balas senyuman manis dari sahabatnya itu. Entah dia juga tidak tahu bagaimana perasaan Salsa sekarang.
Dia meringis. "Mami bisa aja." Dia menarik tangan Salsa. "Kenalin, Salsa mant...."
Perkataannya mengatung di udara saat suara Salsa mengitrupsi. "Salsa tante, teman sekelas Azka." ujar Salsa cepat.
Mami Tari mengangguk mengerti seraya tersenyum ramah. "Bening, seperti arti namanya 'Air mata surga' ."
"Bisa aja Tante." Salsa tersipu malu.
Dia memandangi Salsa, mami Tari, dan Azka secara bergantin lalu bergumam. "Awal yang baik." tentu saja hanya bisa di degar olehnya saja.
Ketiganya larut dalam cerita yang menyenangkan ala wanita yang biasanya membahas tentang fasion dan apalah itu. Mami Azka sekali-kali menanyakan kabar bundanya, dan juga menanyakan keluarga Salsa.
Mami Tari menitipkan Azka padanya karena masih ada uruan penting yang harus di selesaikan secepatnya. Dia hanya mengangguk menyetujui permintaan mami Tari, toh jikapun dia pulang, akan sendirian di rumah, karena hari ini orang tua Salsa sudah pulang.
Pilihan yang tepat di rumah sakit mengerjai Azka habis-habisan, jarang-jarang melihat Azka selemah itu.
Dia meneliti Azka yang sedari tadi memandangi Salsa dengan tatapan yang sulit di artikan, serumit itukah pecintaan kedua sahabatnya ini?
"Huh!" desahnya. "Nggak pada bosan apa diam-diam terus dari tadi, mulut gue udah gatal pengen ngoceh." ujarnya yang tidak tahan dalam keheningan itu bukan tipenya.
Dia melirik Salsa belum ada pergerakan dan masih sibuk dengan ponselnya, kemudian beralih pada Azka yang kini bergerak menyandarkan punggung ke sandaran brankar rumah sakit susah payah dengan tangan kiri di perban juga kening.
Dia berjalan duduk di samping brangkar kemudian berbisik. "Ajak bicara Ka, kesempatan nih buat di manja-manja."
Azka tersenyum tipis masih dengan tatapan ke arah Salsa. "Mungkin dia masih marah Al. Dia datang aja gue udah senang." lirih Azka.
"Waalaikumussalam, gue di rumah sakit Iyo."
Sontak Alana berbalik memandang Salsa yang tengah menerima telfon.
"Bukan gue."
"......"
"Habis mangrib ya?" Salsa masih sibuk bertelfonan dengan seseorang.
"......"
"Yaudah jemput gue di rumah sakit, nanti gue sherlok. Ini sekalian mampir jengukin teman."
Setelah selesai menelepon, dia melontarkan petanyaan pada Salsa. "Siapa Sal?" tentu saja pertanyaannya mewakili Azka.
"Rio, anak Taruna Bakti." jawab Salsa sibuk merapikan pakaiannya.
"Teruna Bakti?" beo Alana. "Ngapain dia nelfon lo?" Dia menyipitkan matanya.
"Ngajak nonton habis magrib."
"Kok bisa? kalian kenal? kok gue nggak tau." kerutan di keningnya semakin banyak.
"Kenal, dia pacar gue." santai Salsa.
Mata alan sontak membulat, dengan mulut terbuka, sekilas melirik Azka yang sudah memasang wajah datar padahal tadi masih tersenyum.
"Kapan? kok gue nggak tau!" hebonya tanpa memperdulikan ini rumah sakit atau bukan.
"Beberapa minggu yang lalu, sorry Al nggak sempat cerita ke elo." Salsa mengaruk tengkuknya tak enak hati, lupa mengatakan pada Alana bahwa dia punya pacar.
"Gue pamit ya, Rio udah di bawah." pamit Salsa menujuk ponsel yang dipegangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 241 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Tuh kan daru sini juga udah tau kalo tante Tari mamanya Azka pengen ngejodohin Alana ama Azka deh,mantu pilihan katanya🤭🤭😅😅😅
2022-11-18
0
Suzieqaisara Nazarudin
Alasan putus Azka ama Salsa itu apa sih thor..keknya Azka masih sayang tu ama Salsa..🤔🤔
2022-09-06
0
Fenty Izzi
pasti kayak d tusuk2 tuh hatinya azka🥺
2022-08-22
0