Alvi tak pernah menyangka jika muridnya akan berubah pikiran secepat itu. Dia kira rencananya tidak akan berjalan lancar. Tapi lihatlah gadis itu kini tengah berdiri di sampingnya dengan senyuman yang selalu dia perlihatkan pada orang-orang di sekitarnya.
Dia juga baru tahu jika gadis yang di maksud kakek Farhan adalah muridnya sendiri, bahkan gadis itu secara tidak langsung mempermudah segalanya.
Dia mengangguk mantap kala kakek Farhan menitipkan pesan untuk menjaga Alana, yang mengira adalah pacarnya. Tapi tanpa ragu dia menganggukan kepalanya, melempar senyuman. Melepaskan kepergian kakek Farhan memasuki ruang operasi.
Namun bukan berarti perasaanya lega, malah semakin kalut kala melihat lampu ruang operasi menyala, menandakan sebentar lagi operasi akan di mulai.
Dia bersedekap dada di ruang operasi, mengatur ekspresi agar tidak terlihat resah, walau dia hanya seorang diri di sana.
Atensinya sedikit teralihkan dengan segelas plastik kopi tepat di depan dadanya di pengangi oleh tangan mangil. Di liriknya senbenar pemilik tangan munggil itu.
Ternyata Alana tengah berdiri di sampingnya dengan senyumam mengembang.
"Minum dulu pak!" ujar Alana.
Dia menggangkat tangannya untuk menerima segelas kopi pemberian gadis itu.
"Biar rileks nunggunya." lanjut Alana di balas angukan olehnya.
"Terimakasih." ujarnya dengan wajah datar.
Sekali lagi gadis itu melempar senyumnya. Entah dia juga tidak mengerti mengapa orang-orang begitu mudah tersenyum, sementara dia sekedar berbicara pada orang baru saja sangat sulit jika tidak penting.
"Duduk dulu pak." ajak Alana.
Ah ternyata gadis itu juga bisa bersikap serius di situasi seperti ini.
Dia bergeming.
"Masih lama pak, mending kita duduk dulu." lanjut Alana lagi.
Kita? itu berarti muridnya itu akan menunggu kakek Farhan untuk menemaninya? tapi untuk apa? dia tidak membutuhkan seseorang untuk menemaninya.
Tanpa menunggu jawabannya, gadis itu terlebih dulu duduk di kursi tunggu. Merasa kaki yang mulai pegel dia juga ikut duduk di samping Alana dengan jarak satu kursi.
Hening melanda keduanya, dia fokus pada lampu di dalam ruang operasi yang bisa dia lihat dari celah jendela bagian atas. Sementara Alana tengah sibuk bermain dengan ponselnya, entah apa yang di lakukan gadis itu dia juga tidak tahu.
Namun lama kelamaan suara gadis itu mulai terdengar, tapi bukan mengajaknya bicara melainkan memaki atau mengerutu sendiri di depan benda pipih yang di gengamnya.
Dia mengedikkan bahu acuh.
"Pak!"
Dia menoleh kala Alana memanggilnya, merespon dengan alis terangkat. Seakan bertanya kenapa?
Gadis itu menyodorkan ponselnya dengan wajah mengkerut menahan kesal. "Bantuin!" ujur Alana terdengar memerintah.
Dia bergemin memandangi benda pipi yang menayangkan sebuah gambar entah gambar apa.
"Katanya pintar, lulusan Jerman, game gini aja nggak bisa." cibir Alana padanya.
Baiklah setelah lama mengamati, dia mulai ngeh, ternyata gambar yang di perlihatkan Alana adalah sebuah game jadul atau apalah itu, yaitu game Tebak Gambar.
Di raihnya benda pipih itu, kemudian mengetikkan sesuatu untuk menebak apa isi gambar di dalamnya dan.
Cling!
Terdegar sorakan dari mulut gadis di sampingnya dengan penuh senyuman. "Ih benar. Pak Alvi the best." Alana mengacungkan dua jempol ke arahnya.
Dia mengedikkan bahu acuh, kembali menebak gambar selanjutnya, larut dalam permainan dan melupakan perasaan khawatir dalam dirinya.
Tanpa sadar dia juga membuka suara, menjelaskan jika Alana bertanya tentang gambar yang di lihatnya.
***
Alana berniat pergi setelah membantu pak Alvi berbohong pada kakeknya, tapi diurungkan kala melihat pak Alvi tengah menatap nanar ruang operasi di depannya. Walau ekspresi yang di perlihatkan pak Alvi datar tak memperlihatkan apapun. Tapi dia mengerti bagaimana khawatirnya seseorang jika orang yang kita sayang tengah bertarung nyawa.
Apa lagi saat mengingat perkataan kakek tadi sore yang mengatakan Pak Alvi hanya punya dirinya seorang membuat simpatinya semakin besar.
Apa lagi saat mengingat Oma buyutnya di rumah yang juga sering sakit-sakitan dan tengah dirawat oleh tante Fany dan Om Daren.
Memutuskan untuk tinggal menemani pak Alvi setidaknya hingga operasi selesai. Dan benar kata orang, sekali kita berbohong, kita akan terus bohong untuk menutupi kebohongan lainnya.
Terbukti saat dia berpamitan pada Keenan, dia harus berbohong, mengatakan akan menginap di rumah Salsa dan sudah di jemput, saat Keenan ngotot ingin mengantarnya pulang.
Sebelum menemui pak Alvi di menyempatkan diri membeli kopi cap plastik di kantin rumah sakit.
Dia tidak menyangka pak Alvi akan menerima pemberianya dan mengucapkan terimakasih, lalu ikut duduk bersamanya walau terhalang jarak satu kursi, tapi dia tidak mempermasalahkan itu.
Untuk menghilangkan ke gabutan dan mengalihkan pikiran pak Alvi, dia iseng meng instal salah satu game yang menurutnya bisa membuat orang berfikir.
Kemudian berpura-pura meminta bantuan pak Alvi. Tepat sasaran, rencanya berhasil, kini pak Alvi fokus pada layar ponselnya menebak satu persatu gambar yang muncul walau tak mengeluarkan suara apapun.
"Lah ini gambar apa, kok nggak nyambung gitu?" ujarnya pura-pura bodoh menunjuk gambar di layar ponselnya dengan kening mengerut.
"Ini kayu patah, terus yang ini gambar hati." tanpa di sangka pak Alvi menyahuti pertanyaan koyolnya dengan serius dan malah menjelaskan gambar yang sedang di padanginya.
Dia hanya mengut-mangut pura-pura mengerti.
"Jadi kalau katanya di gabungkan akan berbunyi..."
"Patah Hati!" serunya di balas anggukan oleh pak Alvi.
Bagi Alana berkomunikasi dengan pak Alvi bukanlah hal yang sulit, dia sudah terlatih sejak SMP. Samuel sepupunya yang tampan namun terkesan dingin itu sebelas dua belas dengan pak Alvi, namun hanya dia dan tante Fany yang bisa mengimbangi sifat Samuel yang terkesan cuek.
Ceklek
Pintu ruang operasi terbuka menampilkan sosok dokter bertubuh kekar, berjubat putih dengan masker yang melekat pada wajahnya. Pak Alvi berdiri dan menghampiri dokter tampan itu.
"Bagaimana?" tanya pak Alvi pada sang dokter.
Dokter itu tersenyum ke arah pak Alvi. "Alhamdulillah, proses operasi berjalan lancar. Kondisi yang stabil membuat semunya berjalan lancar. Semuanya di luar dugaan yang sudah di perkirakan."
Dokter itu tersenyum menepuk pundak pak Alvi. "Sepertinya pak Farhan mempunyai harapan yang sangat tinggi, hingga membuatnya bertahan sampai akhir. Saran saya, sebisa mungkin turuti semua ke ingin pak Farhan jika ingin semuanya baik-baik saja."
"Pak Farhan sebentar lagi akan di pindahkan ke ruang rawat, kamu bisa menemuinya di sana." ujar sang dokter kemudian berlalu setelah melempar senyuman ke arahnya.
Mendengar bahwa kakek Farhan dalam kondisi baik-baik saja walau belum sadar akibat obat bius, di mumutuskan untuk pulang kerumah naik taksi online walau sudah tak memungkinkan karena malam semakin larut, beberapa menit lagi jam 12 malam.
...TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 241 Episodes
Comments
Desii Bune Arka
tAmbah in kan ... batin avi gt biar enak
2022-10-09
1
Suzieqaisara Nazarudin
"Turuti semua keinginan kakek Farhan kalo pengen dia cepat sembuh" Gimana Alvi dengan pacar boongan kamu, terperangkap nih kayaknya🤣🤣🤣🤣
2022-09-06
0
Fenty Izzi
syukurlah kakek selamat... alvi pinter... mengalihkan perhatian alvi dengan permainan... agar kecemasan nya hilang😉👍
2022-08-22
0