Belum sempat Alvi duduk di samping brangkar, kakeknya terlebih dahulu bersuara.
"Kakek mimpi tadi malam." ujar kakek Farhan.
"Mimpi apa." tanyanya sembari menarik kursi ke samping berangkar kemudian mendudukinya.
"Dalam mimpi kakek, kakek melihat dua kutub magnet yang berbeda arah namun saling melengkapi membuat dua kutub magnet itu bersatu karena perbedaan. Kakek ingin kamu seperti itu Ndo."
Dia mengernyit, entahlah pura-pura bodoh atau memang dia tidak mengerti arah pembicaraan kakek Farhan.
"Bisa langsung ke intinya saja!" pintanya.
Kakek Farhan tertawa mengejek ke arahnya. "Kakek tahu kamu mengerti apa yang akan kakek katakan. Kamu ahli dalam Matematika dan kimia, pribahasa seperti ini tidak sulit untuk kamu pecahkan."
"Kek Alvi."
"Kakek ingin kalian menikah." ujar kak Farhan.
Dia terdiam. Menikah? itu tidak pernah ada dalam rencananya, pura-pura pacaran saja sudah membuang waktunya apa lagi jika harus menikah?
"Alvi dan Alana berbeda Kek." sangahnya.
"Justru karena kalian berbeda, kalian bisa saling melengkapi. Seperti kutub yang ada di mimpi kakek."
Dia melepaskan gengaman tangan keriput kakek Farhan, kemudian berdiri menjauh, mengusap wajahnya kasar. "Alvi nggak mau nikah sama Alana kek, kami memang pacaran tapi tidak ada rencana sejauh itu." salaknya lagi.
Kakek Farhan memegangi kepalanya berbarengan dengan keluarnya darah di kedua hidung, tubuh kejang-kejang, membuatnya tersadar dengan apa yang baru saja dia katakan.
Dia berjalan mendekat, meraih kedua bahu kakeknya. "Kakek!" paniknya.
"Kakek mohon menikahlah dengannya Ndo!" ujar kakek dengan suara lirih, di balas gelengan olehnya.
"Kakek!" kini suara itu bukan berasal darinya melainkan seorang gadis yang baru saja datang dengan sebotol air mineral di tangannya.
Gadis itu menyimpan air meneral yang di bawanya kemudian beralih menggenggam tangan keriput sang kakek. "Kakek!" panggil Alana tak kalah cemas darinya, sembari salah satu tangan gadis itu membersihkan cairan merah yang keluar dari lubang hidung sang kakek.
"Ka-kamu ma-u kan memenuhi keinginan kekek Ndo?"
Alana meliriknya dengan raut wajah khawatir. Mungkin mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi antara dia dan kakeknya.
Dia mengeleng tak sanggup jika harus menyanggupi keinginan kakek Farhan. Dia mendapati Alana tengah menatapnya dengan tatapan tajam, kemudian beralih mentap kakek Farhan yang masih terbata-bata mengucapkan sesuatu.
"Ka-kamu ma-u berjanji kan?"
Alana mengangguk dengan mantap, tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi, membuatnya mengerang frustasi.
"Alana janji."
Setelah Alana mengucapkan janji, tubuh kakek Farhan terkulai lemas. Berbarengan dengan datangnya dokter Angga masuk ke dalam ruangan.
Alana menyingkir mempersilahkan dokter Angga memeriksa ke adaan kakek Farhan. Dia dapat melihat bagaimana paniknya Alana. Gadis itu mendudukkan diri di sofa, mungkin mencoba menenangkan diri dari ketegangan yang baru saja terjadi, sembari memandangi kakek Farhan yang tengah di tangani oleh dokte Angga. Sementara Dia duduk di samping brangkar terus mengenggam tangan kakek Farhan.
Setelah mengetahui bawah keadaan kakek Farhan baik-baik saja dan hanya terkena serangan panik, gadis itu pamit undur diri sama padanya. Dia hanya menatap jenggah gadis di hadapannya, merasa kesal karena Alana menyanggupi permintaan kakek Farhan yang terdengar konyol baginya.
***
Pulang sekolah dia tidak pulang kerumah melainkan ikut bersama Samuel pulang ke rumah Oma Buyut. Secara Samuel dan orang tuanya tinggal di sana. Karena di antara cucu menantu Oma buyut, hanya Tante Fany yang tidak terlalu sibuk, membuatnya punya waktu merawat Oma Buyut.
Dia di sambut hangat oleh Tante Fany dan Oma Ajeng.
"Cucu Oma tumben mampir kesini." seloroh Oma Ajeng memeluknya.
"Kangen Oma buyut." ujarnya cemberut.
"Nggak kangen sama Oma Ajeng nih ceritanya."
"Kangen juga." Dia memeluk erat tubuh Oma Ajeng yang sudah terlihat tua.
Setelah menjenguk Oma buyut yang hanya bisa terbaring di tempat tidur, dengan selang infus di tangan kirinya. Dia ke dapur bertemu tante Fany.
Makan bersama Samuel setelah itu pamit pulang.
"Nggak mau bermalam di sini gitu? besok berangkat sekolah bareng Samuel." tawar Tante Fany di jawab gelengan olehnya.
Setelah berusaha keras menolak tawaran Samuel untuk mengantarnya pulang. Akhirnya dia sampai juga ke rumah sakit Muara Bunda. Ya dia menolak di antar oleh Samuel karena berniat menjengguk kakek Farhan terlebih dahulu sebelum benar-benar pulang kerumah.
Namun yang didapati bukan keadaan membaik Kakek Farhan, malainkan dia melihat kakek Farhan kejang-kejang, dia mendekat dan mengengam tangan kakek Farhan, tak lama kemudian keadaan kekek kembali membaik.
Entahlah, dia juga tidak tahu kenapa, tapi dia merasa kehadirannya mampu membuat mondisi kakek Farhan lebih baik. Oh ayolah Alana jangan berfikir bahwa keberadaanmu sangat penting di hidup orang lain.
Ketika menyadari keberadaan pak Alvi di ruangan itu, dia menyingkir memberi ruang untuk pak Alvi mengobrol dengan kakeknya. Saat mendengar kakek Farhan mengeluh kehausan dia segera meraih gelas kaca di atas nakas yang hendak di raih pak Alvi, dan sialnya di sana tidak ada iar minum.
Dia berpamitan untuk membeli air mineral di luar sekaligus memberi ruang untuk pak Alvi bersama kakek Farhan. Dan sama saat dia baru datang, dia melihat sekali lagi kakek Farhan kejang-kejang, kali ini berbarengan dengan keluarnya darah di lubang hidung kakek Farhan membuatnya panik seketika.
Tanpa pikir panjang dia berjanji untuk menyanggupi keinginan kakek Farhan. Tapi yang menjadi pertanyaan saat ini, janji apa yang telah ia buat hingga membuat pak Alvi menghunusnya dengan tatapan yang begitu tajam?
Dia menelan ludah berkali-kali setelah mengetahui yang sebenarnya. Dia menyesali perbuatanya, kenapa dia mengiyakan begitu aja permintaan kakek Farhan.
Dia melirik pak Alvi yang tengah fokus menyetir setelah memberitahu apa keinginan kakeknya. Tentu saja dia tidak terima. Dia menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan.
"Ini semua gara-gara pak Alvi!" salaknya dengan tatapan nyalang ke arah pak Alvi yang hanya di balas lirikan oleh gurunya itu karena fokus menyetir. Entahlah fokus menyetir atau menghindar dari kemarahannya.
"Kenapa malah nyalahin saya?" sela pak Alvi tak terima.
"Tentu saja ini semua salah pak Alvi, andai saja pak Alvi nggak ngajak saya buat jadi pacar pura-pura bapak ini semua tidak akan terjadi!" tunjuknya penuh amarah.
"Saya nggak mau nikah sama bapak, cukup kita akhiri semuanya di sini! saya sudah terlalu jauh masuk kedalam kehidupan bapak!"
"Ini tidak akan terjadi jika kamu nggak menerima tawaran saya untuk berbohong. Dan masalah ini tidak akan panjang jika saja kamu tidak melakukan hal bodoh seperti tadi!" ujar pak Alvi terdengar menyalahkannya dan dia tidak terima itu.
"Bapak nyalahin saya!"
...TBC...
Maaf author nggak up semalam🙏 so nggak punya ide😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 241 Episodes
Comments
Suzieqaisara Nazarudin
Kamu kan tau pak Alvi Alana itu hatinya terlalu baik...
2022-10-13
3
Suzieqaisara Nazarudin
Aaahhh kakek Farhan mah emang pinter mampaatin situasi,kakek tau pak Alvi gak bakalan menikah kalau gak dipaksa ya kan kek???🤭🤭😂😂😂🤣🤣😜😜
2022-10-13
1
Suzieqaisara Nazarudin
kode tuh kode Alvi..dua kutub itu Alana sama pak Alvi tuh..🤣🤣🤣🤣😜😜
2022-10-13
1