"Pekenalkan Saya guru kimia baru kalian sekaligus wali kelas kalian menggantikan ibu wati hingga semester akhir nanti."
Semua siswa di dalam kelas diam, mendegar kan atau lebih tapatnya memandang guru barunya dengan tatapan memuja.
Tapi tidak dengan Alana, sedari tadi gadis itu hanya menundukkan kepalanya, menyibukkan diri dengan buku-buku yang tak seharusnya dia kerjakan hanya untuk menghindari guru barunya itu.
"Nama Saya Alvino Vernando," ujar pria itu lagi, namun tatapannya tertuju pada salah satu gadis. "Kalian bisa panggil saya pak Alvi."
"Siap pak Alvi." seru siswa serempak.
Kelas XII Ipa 3 yang biasanya terkenal bar-bar dan susah di atur kini sunyi seketikan hanya dengan kahadiran guru baru itu. Selain tampan tatapannya penuh mengintimidasi membuat seluruh siswa kicep dan tak berani membantah.
Pak Alvi meletakkan buku yang di bawanya kemudian kembali berdiri di depan para siswa siswinya.
"Sebelum Saya masuk dalam inti pembelajaran, terlebih dahulu Saya akan menjelaskan hal-hal apa saja yang tidak di perbolehkan selama jam pelajaran Saya berlangsung." Pak Alvi memasukkan salah satu tangannya ke saku celana menambah kesan wauw pada penampilannya.
"Silahkan di catat jika tidak bisa mengingat!" Tatapan Alvi kembali tertuju pada gadis yang sibuk sedari tadi di mejanya.
"Pertama Saya tidak suka ada forum di dalam forum, yang artinya tidak ada yang boleh bercerita selama saja menjelaskan. Kedua, Siswa Siswi yang telat lewat dari lima menit tidak bisa mengikuti mata pelajaran saya, tidak menerima alasan apapun. Ketiga, selama mata pelajaran Saya berlangsung buku mata pelajaran lain di larang di atas meja." Tegas Alvi.
Setelah menegaskan peraturan-peraturan yang membuat siswa langsung ilfil padanya. Alvi langsung masuk ke materi, menjelaskan secara rinci mata pelajaran yang dia bawakan, kemudian memberi sedikit tugas pada siswa siswinya. Sungguh guru yang sangat tidak di sukai siswa, baru saja nongol sudah ada tugas.
Tak berlansung lama tatapan seluruh siswa tertuju pada salah satu gadis yang terkenal bar-bar ketika Pak Alvi berjalan ke arahnya.
"Al, woy lo ngapain? pak Alvi dari tadi manggil lo bodoh." Salsa berusaha menyadarkan temannya yang tidak tahu sedang apa.
"Apaan sih Sal, diam nggak lo!" kesal Alana.
Salsa seketika terdiam, bukan karena takut pada Alana tapi takut pada tatapan tajam pria yang sudah berdiri di samping temannya itu.
"Ngapain sih lo?"
Salsa mengeleng dan malah mengkode Alana agar berbalik, mengerti dengan kode Salsa Alana segera berbalik dan sangat tekejut mandapati om-om tadi pagi ada di hadapannya.
"Eh monyet!" kaget Alana.
Seketika teman sekelas Alana tertawa, bisa-bisanya Alana malah nyebut monyet tepat di depan guru kiler baru itu.
Tapi itu tak asing lagi bagi mereka, toh Alana memang terkenal absurd di kelas namun jangan ragukan otak pintarnya itu, hanya saja dia malas.
Tatapan Alvi semakin tajam membuat Alana kicep.
"Pa-pak." Alana cengegesan.
"Jelaskan ulang apa yang Saya jelaskan tadi." ujar pak Alvi.
Alana melirik Salsa namun yang di lirik hanya mengedikkan bahu acuh. Alana harus bagaimana ya Allah mana dia tidak tahu apa yang di jelaskan pak Alvi tadi karena sibuk menggambar, gambar tidak jelas hanya untuk menghilangkan kejenuhannya.
"Sa-saya tidak tahu pak." jujur Alana
Alana terperanjat saat bukunya di tarik begitu saja oleh pak Alvi. Menunggu reaksi apa yang di keluarkan guru kilernya itu.
Jantung Alana deg-deg gan, bukan deg deg gan berada di dekat pak Alvi melainkan deg-deg gan melihat lirikan tajam gurunya itu bergantian dengan buku yang di pegang pak Alvi.
Kenapa di saat situasi seperti ini penolongnya tidak datang? di mana Azka sebenarnya berada, situasinya tidak akan seperti ini jika saja ada Azka di sampingnya.
"Jadi gambar ini yang membuat kamu tidak fokus dengan mata pelajaran saya?"
"Maaf pak."
"Rela mengambil waktu jam pelajaran saya hanya untuk mengambar, gambar jelek seperti ini?" ucap Pak Alvi tajam dan menusuk.
Tangan Alana terkepal, baru kali ini ada seseorang yang mempermalukannya, nafasnya naik turun mencoba mengontrol emosinya agar tidak meledak apa lagi mendengar tawa membahana teman-temannya kembali terdengar.
Ingatkan Alana untuk memberi pelajaran pada teman-temannya seusai pelajaran.
Bukannya takut dia malah menatap tajam gurunya dengan tatapan tak kalah tajamnya. Namun seketika tatapannya meredup kala mengingat pesan bunda tersayangnya.
Jaga nama baik Ayah dan bunda ya sayang.
"Siapa yang kamu gambar ini? Saya?" Pak Alvi tersenyum remeh. "Kancing kemeja Saya ada tiga, bukan dua, dan lagi jam tangan saya ada di sebelah kiri bukan kanan, rambut saya rapi tidak seberantakan ini." Pak Alvi melempar buku ke atas meja.
"Apa harus pak Alvi mengomentari gambar Saya? apa bapak kurang kerjaan?" Akhirnya Alana bersuara setelah berhasil bergulat dengan pikirannya.
***
Alana tidak henti-hentinya misu-misu sendiri sembari melahap bakso hangatnya di kantin setelah melewati mata pelajar membosankan guru kiler barunya itu.
"Kenapa harus jadi wali kita sih," kesalnya.
"Tampan tau Al, gue sih mau-mau aja." Salsa senyum-senyum sendiri membayangkan betapa indahnya pahatan wajah pak Alvi, mungkin saat menciptakan pak Alvi Allah sedang berbahagia.
Alana memutar bola mata jengah, tampan apanya, judes iya, kiler iya. Pak Alvi tidak termasuk dalam kriteria tampan menurut kamus Alana.
Hidup Alana sudah di kelilingi oleh pria tampan setiap harinya, belum lagi 6 bias nya yang selalu membuat oleng setiap hari.
"Tampan tai ayam," kesal Alana.
"Gini ni kalau punya teman selera rendah." Ejek Salsa.
"Enak aja lo, selera gue sekelas member Astro ya." sungut Alana tak terima di katakan selera rendah.
Kantin yang tadinya tenang tiba-tiba riuh ketika 6 panggeran SMA Angkasa memasuki kantin dengan gaya cool nya masing-masing, di sana Azka memimpin dengan wajah datarnya.
Sontak Alana bangkit dari duduknya, mengangkat mangkuk baksonya kemudian berjalan terburu-buru menghampiri 6 pria itu di pojok kantin meninggalkan Salsa seorang diri.
Jangan tanyakam tatapan tak suka dari pengemar 6 inti Avegas itu saat Alana dengan tak tahu malunya duduk di antara mereka ber 6.
"Azka!" suara cempreng itu berhasil mengalihkan 6 inti Avegas. "Dari mana aja lo, gue tungguin dari tadi juga." gerutunya.
Tak
Alana mendaratkan mangkok bakso dengan selamat di meja kantin kemudian ikut duduk di antara Azka dan Keenan.
"Hati-hati Al." peringat Keenan.
"Hm." gumam Alana kembali memakan baksonya yang tinggal setengah.
Menghiuraukan tatapan tak percaya dari 6 laki-laki tampan di sekitarnya.
"Teman lo mana?" tanya Dito
Uhuk
Alana tersedak ah benar di mana Salsa? Dia melupakan sahabatnya itu.
...TBC...
...****************...
Alana enaknya di apain nih, masa sama sahabat sendiri lupa? hadeu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 241 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Kalian tuh pada syirik semua nya,Karna gak bisa deketin bodyguardnya Alana(GENG AVEGAS)🤣🤣🤣
2024-06-03
0
Yenisia Afila
terlalu bar-bar jadi tokoh utama wanita😁
2024-05-07
0
Amora
siap bunda 😘💕
2024-03-14
1