eps 9

Diana menatap Anisa sambil tersenyum dan  mereka mulai melaksanakan shalat, setelah selesai shalat Anisa melipat Mukena dan bergegas memakai sepatu di susul Diana.

“Permisi ya… aku ambil sepatuku,” kata Ais pada Anisa karena sepatunya ada di dekat tempat Anisa duduk.

“O... iya bang, maaf…maaf… silahkan,” jawab Anisa sambil bergeser dari tempatnya duduk.

Ais duduk tidak jauh dari Anisa dan Diana duduk.

“Bang boleh dong kenalin akunya sama temen bang Ais, tu yang lagi duduk berjaga hihihi…., “ kata Diana meringis.

"Kumat dah Diana ihh…, maafkan temenku ini bang,” kata Anisa sambil melirik Diana.

“Iya tidak apa-apa banyak teman lebih asik kan??, nanti abang kenalin pas ada waktu ya,” Ais tersenyum.

“Ya sudah Abang duluan ya, karena harus gantian sama temen, nanti kalok ada waktu ngobrol lagi ya mbak nisa.” Ais berdiri dari tempat duduknya.

“Ehem… jadi ngobrolnya sama Nisa aja bang??, saya tidak di ajak ni??,” protes Diana sambil sedikit nada ngeledek.

“Eehh… enggak gitu, ya sama Diana juga lah, katanya mau kenalan sama Rizal.” jawab Ais.

“Kiraian cuman Nisa aja, tadi dengerku cuman nyebutin nama Nisa aja si,” kata Diana.

“Udah yuk balik, kita ditunggu Dok Andre lo..,” kata Anisa mencoba mengalihkan pembicaraan Diana dan Ais.

“Yuk bang saya duluan yaa…," Anisa menganggukan kepala sambil senyum, Ais pun membalas senyuman Anisa.

Mereka kembali ke pos mereka masing-masing.

“Oiya Nis, tadi ada salah satu peserta minta obat belum saya tulis di buku register, minta tolong di tulis ya Nis saya shalat dulu, yuk pak Adi,” kata Dokter Andre.

“Nggih Dok,” jawab pak Adi.

“Baik Dok, obatnya apa saja Dok,” tanya Anisa.

“Itu sudah saya tulis di resep, saya taruh di bawah botol supaya tidak terbang, saya tinggal dulu,” jawab Dokter Andre.

Terik panas matahari sudah mulai terasa, tapi para peserta tidak ada satupun yang pingsan atau terluka mungkin karena sudah terseleksi dari sekolah jadi yang datang memang yang benar-benar punya stamina bagus. Mereka semua tampak serius dalam menjalani setiap kegiatan apalagi para Pembina sangat tegas dan disiplin.

Anisa teringat saat masa sekolah, Anisa suka sekali ikut perkemahan sampai pernah ibunya melarang, menyuruh Anisa berhenti ikut perkemahan karena takut terjadi apa - apa pada Anisa, karena Anisa anak satu - satunya.

Semenjak kepergiaan ayah Anisa, ibuk Anisa memang memutuskan tidak menikah lagi, ingin fokus membesarkan Anisa seorang diri, dan sekarang jadilah Anisa seorang Perawat, ini karena memang di surat terakhir ayahnya, ia berpesan, “kelak jika adek sudah tiba waktunya untuk masuk kuliah, karena adek wanita masuklah ke jurusan kesehatan, supaya bisa menolong banyak orang."

Dokter Andre datang membawa bungkusan keresek, “ini Nis saya belanja cemilan, ternyata ada kantinnya, ini saya belikan minuman yang biasa kamu beli juga.”

“Ya ampun Dokter Andre repot - repot, tau aja lagi panas makasi lo Dok.”

“Saya gak dibelikan juga dok??,” tanya Diana.

“Ada kok itu di kresek, tapi saya gak tau minuman apa yang Diana suka jadi saya belikan es teh botol,” kata Dokter Andre.

“Gak pa - pa Dok yang penting dingin, panas banget Dok disini,” kata Diana.

Anisa tidak melihat pak Adi karena penasaran Anisa bertanya pada Dokter Andre, “Dok pak Adi kemana kok gak bareng dokter??," tanya Anisa.

“Oohh… itu, pak Adi saya suruh istirahat saja di ambulance kasihan dia, toh gak ada yang darurat juga, tadi sudah saya belikan kopi juga.”

Dokter Andre memang selalu perhatian dengan semua teman kerjanya, mau teman jaga UGD atau teman jaga seperti ini dia selalu memperhatikan teman-temannya.

Kita bertiga berjaga sambil berbincang-bincang karena memang tidak ada yang berkunjun ke pos mungkin karena hari pertama masih semangat semua, posisi Anisa duduk di tengah-tengah antara Diana dan Dokter Andre. Kita di tugaskan berjaga hanya sampai sore hari.

Anisa melihat Ais dan temannya juga masih berjaga, namun posisi mereka duduk sambil berbincang, namun masih tetap mengawasi sekitaran pintu masuk.

“Waahh… Ais coba lihat disana, cewek yang kamu taksir duduk sebelahan sama dokter ganteng, ngobrol-ngorol, senyum-senyum dari tadi,”kata Rizal menggoda Ais sambil melihat kearah pos P3k.

"Sudah tau,” jawab bang Ais dengan muka datar tanpa ekspresi.

“Sudah tau?, berarti dari tadi meratiin kesana ya…,” kata Rizal lagi.

Tak ada jawaban dari Ais, dia hanya terdiam dan menatap kerah Anisa seperti agak kesal.

 

Lanjut eps 10

Terima kasi sudah baca jangan lupa like dan komen.

Terpopuler

Comments

Amara Agustina

Amara Agustina

ais cemburu ya😅😅

2023-01-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!