eps 5

Anisa terkejut dengan sapaan seseorang dari belakang tempat Anisa dan Diana duduk.

“Permisi mbak,” sapanya, Anisa dan Diana sontak menoleh ke belakang.

“Iya kenapa mas ?,” tanya Anisa.

“Maaf mbak saya mau ambil tempat duduk yang kosong, disebelah sana ada tamu kekurangan tempat duduk,” ujarnya. Ternyata dia adalah salah satu orang yang buka kedai di pantai ini.

“Ooo… iya mas silahkan diambil,” kata Diana sambil membantu menyodorkan tempat duduk yang kosong.

“Nis… kamu kenapa kok kayak gelisah waktu mas-mas itu nyapa, kayak terkejut banget, lagi bengong ya ?,” tanya Diana. Diana penasaran dengan respon Anisa tadi.

“Ah…masak, kayaknya aku biasa aja tu, perasaanmu aja kalik karena terlalu perhatian padaku." Anisa menyangkal pertanyaan Diana supaya Diana tak tau apa yang Anisa cemaskan.

Sebenarnya Anisa masih was-was takut kalau-kalau Ais tiba-tiba muncul menyapanya, itu sebabnya saat mas pemilik kedai menyapa, Anisa terkejut.

“Udah yuk kita balik, cuuusss… ke kedai kopi,” ajak Anisa supaya cepat peri dan hilang rasa wa-wasnya.

“Oke deh yuk cuuusss… udah panas juga disini,” ujar Diana sambil beranjak dari tempat duduknya.

Anisa tak menyangka kekhawatirannya akhirnya terjadi juga, setiba Anisa di parkiran, dia melihat Ais duduk-duduk di dekat mobil truk Tentara dengan dua orang temannya.

Anisa menunduk berharap Ais tak melihatnya, tapi karena ulah Diana yang gak bisa liat cowok dikit aja, tiba-tiba Diana bicara dengan sedikit keras.

“Loh Nis! itu bukannya abang yang nganter kakek yang kesrempet motor ya, bener kan Nis ??," kata Diana.

Karena mendengar Diana berbicara agak keras Ais dan dua temannya menoleh ke arah Anisa dan Diana parkir motor.

“Huuusss… Diana pelanin dong ngomongnya mereka jadi noleh semua kan!!," kata Anisa lirih.

“Hehehe… iya maaf Nisa yang cantik, tapi bener kan Nis ??,” tanya Diana lagi karena penasaran.

“ Iyaaa… Diana centil, puuaass!!,” jawab Anisa sambil memakai helm, entah kapan Ais beranjak dari tempat duduknya, tiba-tiba sudah di depan Anisa dan Diana. Ais menyapa mereka.

“Assalamu’alaikum mbak-mbak, sudah mau pulang nih??." Sapa Ais

“Astaghfirullah !!,” ucap Anisa dan Diana terkejut.

“Aduuhhh… bang ngagetin aja, gak ada suara langkah kaki tiba-tiba nongol,” ceplos Diana.

“Kaget ya maaf..maaf... hehehe…, sudah mau pulang ya??." Ais mengulangi pertanyaannya.

“Iya bang… abang yang kemarin malam nganter kakek kesrempet motor kan??." Tanya Diana, memastikan lagi.

“Iya mbak, Alhamdulillah mbaknya inget ya...” jawab bang Ais, sambil melirik ke arah Anisa yang duduk di bagian belakang motor.

“Giman bisa lupa sama cowok ganteng bang, iya kan Nis ??." Anisa pura-pura tak mendengar perkataan Diana. Anisa memainkan ponselnya, Anisa sudah tau akan seperti ini jadinya kalau Diana bertemu lagi dengan Ais.

Diana suka ceplos - ceplos, tapi cuma sekedar candaan, meskipun hanya candaan terkadang Anisa merasa malu juga dengan tingkah laku Diana.

“Biasa saja kok mbak, mbak siapa namanya ??, kalok yang belakang saya sudah tahu mbak Anisa kan.” Ais menoleh ke arah Anisa.

“ Aku Diana bang, loh kok abang tau nama Anisa bang ?," tanya Diana.

“Ituu..., waktu aku disuruh nganterin KTPnya bang Ais sama bu Tuti,” sahut Anisa dengan muka

datar.

“Oh... jadi kalian sudah kenalan to…,” ledek Diana.

“Bukan kenalan Din, aku tau namanya juga dari KTP, terus bang Ais tau namaku karna baca nametag yang masih

aku pakai,” kata Anisa menjelaskan pada Diana.

“Ooo… I see… I see…,” sahut Diana sambil mengangguk – anggukkan kepalanya.

"Ooo…kalok gitu kita kenalan sekarang ya, kenalin saya Ais, mbak yang di depan mbak Diana ya, kalok yang di belakang mbak siapa namanya ?," kata  Ais dengan nada pelan. Diana menoleh ke belakang sambil senyum-senyum.

“Nisa namaku Nisa…, ayo Din keburu tambah panas nih,” ajak Anisa ingin cepat beranjak dan

mengakhiri percakapan.

“Maaf ya bang tuan putrinya takut kepanasan, kapan-kapan ngobrol lagi,” kata Diana.

“Iiihh…Diana apaan si…," kata Anisa sambil memukul pelan pundak Diana.

“Oo... begitu, silahkan hati-hati dijalan,” kata  Ais sambil sedikit tertawa.

Diana menyalakan mesin motor dan muali berjalan, saat itu Anisa menoleh kearah Ais yang sedang berjalan kembali ke tempat dua temannya duduk, ternyata Ais masih melihat Anisa, Ais tersenyum pada Anisa sambil menganggukan kepalanya.

Sampai sini dulu, lanjut di epst 6

Jangan lupa like dan komennya, terimaksi…

Terpopuler

Comments

Amara Agustina

Amara Agustina

trs terang aku lbh senang baca novel yg pemainnya seperti dikehidupan nyata.gak melulu tentang ceo yg kejam dingin arogan...
salah satunya novel ini..aku suka bacanya...makasih kak ditunggu cerita selanjutnya.semoga tetap menginspirasi ya kak...salam dr saya🙏🙏

2023-01-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!