“Pagiiii….semuanya,” suara Dokter Andre menyapa, Anisa, Diana dan pak Adi, tersenyum.
“Wah Dokter Andre makin semangat ni kayaknya, semalam mimpi bagus ya Dok,” tanya Diana.
“Iya, mimpi masa depan,” Dokter Andre tersenyum sambil melihat Anisa.
Anisa yang sedang berdiri dekat mobil ambulance ikut tersenyum tipis.
Diana meringgis mendengar jawaban Dokter Andre, “okee…yuk sekarang berangkat kita, siapa tau masih bisa ketemu bang Rizal,” ujar Diana.
“Ooo…iya ngomong-ngomong soal bang Rizal, kamu beneran chat bang Rizal ?,” tanya Anisa sambil naik kedalam mobil ambulance.
“Iya dong, kita banyak ngobrol, pokoknya nyambung deh, teruuss…,” Diana mendekat dan berbisik pada Anisa.
"Dii sela - sela kita ngobrol, bang Rizal ngomongin bang Ais juga lo… mau tau tidak ?," kata Diana membuat Anisa penasaran.
“Nggak ah…, aku gak mau tau,” jawab Anisa menyembunyikan rasa penasarannya.
“Beneran niihhh…..,” kata Diana.
“Sssuuuuttt… ada Dokter Andre, aku gak enak sama dia,” kata Anisa dengan suara lirih.
“Kita berangkat ya, semua sudah siap kan…, sudah di cek?," tanya Dokter Andre.
“Sudah beres semua Dok,” jawab Diana.
Merekapun berangkat, sampai di tempat perkemahan, Anisa melihat bang Ais sedang berganti jaga dengan temannya.
“Bang Rizal…,” sapa Diana. Bang Rizal menoleh di susul dengan bang Ais.
“Eh... Diana sama Anisa sudah datang, ada Dokter juga, pagiii…. Dok,” sapa bang Rizal, bang Ais hanya menganggukan kepalanya sambil tersenyum ke Dokter Andre.
“Pagiii…. Juga, mas-masnya berganti sift jaga ya?," tanya Dokter Andre.
“Iya Dok, baru saja selesai mau balik ke Asrama,” jawab bang Ais.
“Ooo…., bagus deh,” kata Dokter Andre. Bang Ais dengan polosnya langsung bertanya, “apanya yang bagus Dok?."
“Apanya yaa…, saya hanya asal bicara aja kok hehehehe…,” ujar Dokter Andre.
Anisa dan Diana nyengir karena tahu apa yang dimaksud Dokter Andre, Anisa melihat ke arah Ais, tiba-tiba Anisa seperti mematung karena Ais melihatnya dengan tatapan yang tidak biasa, tanpa senyuman seperti ingin mengatakan sesuatu.
Anisa yang tersadar langsung berpamitan, “maaf saya duluan ya, bawaannya berat hehehe…, yuk Diana”. Kata Anisa.
“Iyaa..., bang Rizal hati-hati ya pulangnya,” kata Diana ke bang Rizal.
“Siap…dek Diana…” jawab bang Rizal.
Ais masih tetap menatap Anisa, sedangkan Dokter Andre memperhatikan Ais.
“Eeehheeemmm…, Dokter Andre berpura - pura batuk, "mas Ais dari tadi kayaknya menatap ke Anisa ya!!,” kata Dokter Andre.
Ais agak terkejut, “Ooohhh… ituuu..., iya! terlihat begitu ya Dok,” tanya Ais.
Dokter Andre tidak suka dengan tatapan Ais pada Anisa. “Iya! terlihat sekali, biasa aja mas liatinya nanti Anisa salah mengartikan tatapan mas Ais, saya ke pos dulu ya mas.” Ujar Dokter Andre.
Belum sempat Ais menjelaskan, Dokter Andre sudah berjalan, terlihat sekali Dokter Andre kesal dengan Ais.
Bang Rizal yang menyadari itu langsung berkata pada Ais, “Ais, kayaknya tu Dokter kesal deh sama kamu, kelihatan banget dari nada ngomongnya,” kata Rizal.
“Masak si…gak perhatian aku hehehe…,” jawab Ais berpura - pura tak mengerti.
“Jelas lah gak perhatian, dari tadi perhatianmu cuma ke Anisa aja.” Ujar Rizal.
“ Bisa aja kamu zal, kamu tu!!, kayaknya makin deket sama Diana jangan-jangan ada apa-apa ni...," kata Ais.
“Masih proses menuju itu... hehehe…doakan aja lah,” jawab Rizal.
“Serius zal?? Kamu serius sama Diana??, tanya Ais penasaran.
“Iyaaa…mana pernah aku main-main, kamu kayak gak kenal aku aja, kamu tuu… kalau mau serius cepet diseriusin entar keburu ada yang ngambil, aku gak bercanda lo… ini info dari Diana,” Kata Rizal memberi saran pada Ais.
“Ya... ampun bahkan kamu udah chatan sama Diana, waaahhh… gercep kalik ya…, jujur aku pun pengen lebih deket sama dia, cuma aku belum ada waktu, susah ngajak dia ngobrol,” kata Ais.
“Mau aku tanyain no hpnya ke Diana?."
"Jangan dulu, aku mau minta sendiri aja, sudah yuk pulang."
Ais dan Rizal pulang mengendarai motor, Dokter Andre masih terlihat kesal dengan kejadian tadi.
“kenapa Dok, kok mukanya di tekuk gitu??” tanya Anisa.
“Kesal aja, ada yang menatap kamu seperti itu, gak suka saya!” kata Dokter Andre.
Anisa terdiam dan menatap Diana yang sedang menyiapkan alat-alat di atas meja, Diana pun terdiam melihat Anisa, mereka salimg menatap menggunakan bahasa isyarat.
“Jangan-jangan memang mas Ais itu suka sama kamu ya Nis?," tanya Dokter Andre.
“Dok kan saya sudah pernah jawab pertanyaan itu,” jawab Anisa.
Setelah itu Dokter Andre diam tak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya selama berjaga, hingga saat istirahat siang Anisa izin ke kamar mandi, tak lama dokter Andre menyusulnya, betapa kagetnya Anisa saat keluar kamar mandi, Dokter Andre berdiri tidak jauh dari pintu masuk kamar mandi, dia menghampiri Anisa dan menarik lengan bajunya.
“Maaf Nis bisa duduk sebentar.” Kata Dokter Andre.
“Bisa Dok,” Anisa mencoba menenangkan dirinya.
Dokter Andre duduk di depan Anisa, begitu dekat dan menatapnya, “ Anisa tak bisakah kamu menerimaku, aku benar-benar tak suka ada yang menatapmu seperti mas Ais tadi Nis, aku cemburu, aku yakin dia suka sama kamu.
“Mas Andre, gini… saya sebeneranya gak mau yang namanya pacaran, buat apa?, jujur saya tidak pernah yang namanya pacaran.” Kata Anisa.
“Terus mau Anisa apa?? Langsung nikah?? Oke…akupun sudah siap kok, aku juga tidak main-main dengan perasaanku, malam ini juga aku bisa bertemu orang tua Anisa.” Ujar Dokter Andre.
“Haaa…!! Bukan gitu juga mas…,Anisa belum siap aja kalau harus cepat nikah, kita jalanin aja seperti ini dulu sambil kita mengenal satu sama lain mas…, aku ini anak tunggal, jadi aku tidak mau buru-buru, aku pengen cari suami yang mau menerima ibuku, karena ibuku Cuma punya aku mas, ayahku sudah meninggal, mas mau setelah nikah tinggal dengan ibukku?," kata Anisa menjelaskan.
“Kalau soal tinggal dengan ibumu itu bukan masalah besar buatku, kenapa enggak!! kalau itu bisa membuatmu bahagia.” Dokter Andre berkata dengan menatap Anisa terlihat dia sangat sungguh-sungguh.
“Mas Andre bisa saja bicara seperti itu tapi apa keluarga mas Andre juga berfikiran sama dengan Mas Andre?.”
“Soal keluargaku mereka membebaskanku, aku anak ke 3, dirumah orang tuaku sudah ada kakakku, bahkan aku berencana jika nikah punya rumah sendiri tidak tinggal dengan orang tuaku.” Jawab Dokter Andre.
“Baik, silahkan mas Andre datang kerumah temui ibuku, ambil hati ibukku, jika ibuku setuju aku akan menerima lamaran mas Andre, tapi satu hal aku minta mas Andre tidak melarangku berteman dengan siapapun termasuk
bang Ais selama proses ini.”
“Bang Ais?, tidak bisakah dia pengecualian, Anisa… dia bener suka kamu, dari temen-temen Nisa yang cowok, dia yang paling aku khawatirkan karena tatapnya ke kamu beda banget.”
“Dia temanku mas… dan sejauh ini dia tidak berkata aneh-aneh kok, oke!!, kita sepakat ya…”
Anisa berdiri dan berjalan kembali ke pos, Dokter Andre pun berdiri berjalan cepat menyusulnya dan dia berkata, “baik aku setuju, terus kapan aku bisa kerumahmu?."
“Itu terserah mas aja, meskipun aku tak dirumah juga tidak apa-apa kok, silahkan mas ambil hati ibukku tapi yang tulus ya, bukan hanya karena aku, ibukku yang menilai mas Andre nantinya,” Anisa tersenyum dan menghampiri Diana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments