eps 19

Satu minggu sudah berlalu, hari ini minggu ke dua Anisa berjaga di pos kesehatan perkemahan, banyak yang Anisa lalui termasuk hatinya yang masih tidak jelas. Hatinya semakin bimbang menerima Dokter Andre karena kata-kata Ais dan pernyataannya bahwa diapun punya rasa pada Anisa.

Anisa terus bertanya dalam hatinya, semakin ia memikirkannya semakin jelas bahwa hatinya memilih Ais, karena sosoknya yang sama persis dengan almahrum ayahnya, namun Anisa masih sering teringat sakitnya kehilangan ayah yang membuatnya berfikir ulang lagi.

Anisa masih mencoba untuk bisa menerima Dokter Andre, Diana sahabatnya bahkan ibu Anisa menyerahkan sepenuhnya pada Anisa asal, ia bahagia bukan karena ego atau keterpaksaan.

Di minggu ke dua ini, Anisa tak melihat Ais berjaga dengan Rizal karena biasanya Ais dan Rizal satu sift jaga, mungkin karena belum jadwalnya atau mungkin dia bertukar jaga dengan temannya fikir Anisa.

Anisa berjaga seperti biasanya tak begitu banyak peserta yang datang ke pos kesehatan.

“Jadi ngantuk ya..” ujar Diana sambil menutup mulutnya karena menguap.

“Hehehe….iya lebih santai banget ketimbang jaga di UGD Puskesmas,” ujar Dokter Andre.

“Betul…jadi kangen jaga di UGD ya…” sambung Anisa.

“Ngomong-ngomong bagaimana kelanjutan kalian?, Dok Andre dan Anisa, sudah ada kepastian belum?,”

tanya Diana.

“kalau saya si sudah pasti Din, mau sekarang nikahpun saya siap banget.” Nada bicara Dokter Andre seperti menegaskan.

Anisa hanya bias tersenyum.

“Waaah… mantap Dok, gimana Nis tinggal nunggu kamu aja ni… jangan cuman senyum-senyum aja.” Ujar Diana.

“kenapa dibahas disini si…, nanti aja lah.” Jawab Anisa.

Dokter Andre langsung menatap Anisa dan mengatakan, “nah gitu tu Din kalau sudah ditanya serius pasti menghindar.”

“Hehehe…gak pa-pa Nis toh gak ada yang denger orang-orang juga pada jauh tu…,” kata Diana.

“Iyaaa…maaf…, kasih saya waktu sampai perkemahan ini berakhir ya Dok, saya janji saat itu saya akan kasi jawaban ke Dokter.” Tegas Anisa.

“Nah tu Dok sudah ada kemajuan, tunggu seminggu lagi semangaaaatttt….Dok,” Diana mengepalkan tangannya memberi semangat Dok Andre.

Dok Andre tersenyum pada Anisa, “Alhamdulillah…, iya Din saya tetap semangat nunggu kok, oo…iya gimana dengan ibu Anisa?? Beliau suka tidak sama saya??,”

“Ibu suka kok sama semua orang termasuk Dokter, ibu saya bilang Dokter baik tapi keputusan diserahkan pada saya, karena saya yang akan menjalaninya nanti.” Jawab Anisa.

"Terus mas Ais juga masih sering kerumah Anisa?,” tanya Dokter Andre.

“Kalau kerumah jarang, tapi ibu sering bertemu bang Ais di rumah paman saya, karna bang Ais memang hampir setiap hari kalau tidak ada kerjaan, dia main ke rumah pamanku, kadang juga nganterin ibu pulang kerumah kalau paman saya tidak bisa mengantar, kalau saya memang hampir tidak pernah ketemu bang Ais. jawab Anisa.

“Eeemmm…begitu, berarti deket juga dia sama ibumu ya,” kata Dok Andre.

“Mungkin…,” jawab Anisa. memang sejak bang Ais menyatakan perasaannya pada Anisa, Anisa tak pernah bertemu dengan Ais, bahkan hari ini juga dia tak datang berjaga, no hpnya pun aku tak punya, padahal kita sepakat untuk tetap berteman.

“Kenapa Dok?, Merasa tersaingi ya?,” ejek Diana.

“Eemmm…entah kenapa saya merasa begitu Din, karena sepertinya dia juga suka sama Anisa dan dia selangkah lebih maju dari saya, duluan mas Ais yang kenal ibu Anisa .” ujar Dok Andre.

“Semangat Dok, jangan hanya karena itu jadi menciut…, kan Anisa sudah bilang ibunya menyerahkan keputusan pada Anisa.” Diana memberi semangat pada Dokter Andre, padahal dia lebih mendukung Anisa dengan Ais.

Suasana jadi tak nyaman, Anisa mengalihkan pembicaraan.

“Eehh…iya Dokter Andre sudah tahu belum kabar Diana.” Aku melirik Diana sambil senyum tipis.

“Anisa…jangn bilang dulu laaahhh…,” ujar Diana sambil agak merengek.

Anisa tertawa melihat ekspresinya, Diana agak malu-malu wajahnya sedikit memerah.

“Ada apa, kabar apa soal Diana kok saya gak tau?,” Dokter Andre penasaran.

“Berita bahagia itu tetep harus di sampaikan Din, Diana bertunangan kemarin Dok.” Kata Anisa.

“Asiiikkk…, ternyata diam-diam Diana mendahului ya, sama siapa?, Saya gak pernah liat Diana dekat dengan cowok.”

“Itu Dok yang lagi berdiri disana,” kata Anisa menoleh kearah Rizal.

Wajah Diana semakin memerah.

“Maksudnya sama mas Rizal?," Dokter Andre terkejut.

“Iyaaa.. Dok, kita juga sudah menentukan tanggal pernikahan, insya Allah dekat- dekat ini Dok, minta doanya ya Dok,” kata Diana sambil malu-malu.

"Pasti…,kita kan teman saling mendoakan yang terbaik, doakan saya juga biar bisa nyusul kamu ya…,” jawab Dokter Andre.

Hp Anisa bergetar, Anisa ambil dari saku dan membukanya, ada chat masuk tapi tidak ada nama, Anisa buka dan Anisa baca isinya , "dik Anisa, abang sudah tidak bertugas jaga di perkemahan ada tugas lain yang harus abang kerjakan jadi abang diganti sama teman abang yang mungkin saat ini dia sedang berjaga dengan Rizal, nanti abang akan temui adek kalau sudah selesai tugas, ini no hp abang tolong simpan ya, abang dapat no adek dari ibu, abang rindu adek kita hanya bisa bertemu saat bertugas, dan biasanya abang liatin adek dari kejauhan.” Tulis Ais.

Dek!!! jantung Anisa seketika berdetak cepat…, wajah Anisa berubah seperti orang sedang cemas, Dokter Andre yang melihat Anisa langsung bertanya.

“Kenapa wajahmu memerah Nis, kepanasan ya?," tanya Dokter Andre penasaran.

“Eehhh…, tidak Dok, ini teman  berpamitan mau ada kerjaan di luar kota,” jawab Anisa sambil memasukkan hpnya ke kantong baju.

Diana sepertinya menyadari siapa yang Anisa maksud, dia tersenyum dan berlagak kalau dia juga mendapat pesan itu.

“Ooo…iya, dia juga pamit sama aku kok, nanti dia pulang bawa oleh-oleh katanya, trus dia bilang gak usah cemas," kata Diana.

“hehhehe…., iya Din," Anisa menyembunyikan rasa cemasnya.

Dokter Andre jadi tidak curiga sama sekali berkat kata-kata Diana.

“kalian ini!!! temannya kerja di luar kota itu harusnya di doakan supaya lancar, bukan malah minta oleh-oleh.” Ujar Dok Andre yang tak menyadari bahwa yang chat adalah Ais.

“Iya Dok sudah pasti kalau doanya, iya kan Nis..?,” tanya Diana.

“haaa….ooo…iya pasti…,”jawab Anisa agak sedikit gugup.

Sudah istirahat siang Dokter Andre dan Anisa pergi untuk shalat, lalu bergantian dengan Diana.

Diana shalat dengan rizal yang bergantian juga dengan teman Tentaranya, Anisa dan Dok Andre makan makanan siang di pos.

“Lihat Diana sudah punya imam, gak nyangka ya padahal baru kenal sebentar udah mantap mau nikah.” Ujar Dokter Andre seperti menyindir Anisa.

“nyindir niiihhh….,” kata Anisa sambil membuka bungkusan nasi di meja.

“Eehhh….kesindir ya, maaf…maaf…, bukan gitu maksudku  tapi bagus juga kalau Nisa kesindir hahaha….,” Dokter Andre tertawa sampai matanya tak terlihat karena matanya yang sipit.

“Hheeeemmmm….., sudah!! makan mas…keburu gak enak nasinya,” jawab Anisa sedikit kesal.

“Hehehe…jangan marah dong, kan bercanda Nis.” kata Dokter Andre.

“Hhiiiiii…..” Anisa nyengir memperlihatkan gigi.

“Hahahah……” dDokter Andre tertawa agak keras karena melihat Anisa.

“Mas Andre sama Dokter April teman sekolah ya??." Dokter April adalah Dokter gigi di Puskesmas tempat Anisa kerja.

“Iya… dia teman dari kecil, kita sekolah sama-sama, terus pas lulus SMA dia tidak lulus ujian Dokter umum, akhirnya dia ambil ujian Dokter gigi dan dia lulus, begitu.”

“Oooo….pantesan akrab banget sama mas Andre, waktu pertama kali mas di pindah ke Puskesmas, orang-orang kira kalian pacaran.”

“Hahaha…., kenapa?? Kamu cemburu sekarang?."

“Hhaaa….” Jawab Anisa sambil mengerutkan alisnya, Dokter Andre tersenyum melihat Anisa.

“Eeehheeemmm…., inget jangan mesra-mesraan.” Kata Diana baru selesai shalat.

“Siapa yang mesra-mesraan, kamu gak liat kita lagi makan, niii…nasimu.” Anisa mengulurkan

nasi bungkus ke Diana.

“Lah itu Dokter Andre memandangimu sambil senyum-senyum penuh cinta,” kata Diana sembari duduk dan membuka bungkusan nasi yang Anisa berikan.

Dua peserta ada yang datang, “maaf mengganggu makan siangnya kak, mau minta perban sama betadinnya.”

Anisa berhenti makan dan berdiri, “iya tidak apa-apa dek…, siapa yang luka??,” tanya Anisa.

“Kami kak dikit kok.” Mereka menunjukkan lukanya.

“Sini duduk dulu biar kakak bersihkan.” Kata Anisa.

Mereka duduk dan Anisa mulai membersihkan lukanya, meneteskan sedikit betadin dan terakhir membalutkan perban supaya lukanya tak terkena debu atau kotoran.

“Ooo…tergores aja ya dek?," tanya Dokter Andre, ia berdiri di dekat Anisa.

“Iya Dok,” jawab mereka sambil senyum-senyum melihat Dokter Andre.

“Oke…sudah selesai.” Ujar Anisa.

“Terima kasi kak, terimakasi Dokter kami permisii….” Mereka kembali ke kelompok.

“Iyaa…sama-sma,” jawab Anisa dan Dokter Andre.

Anisa membereskan sisa makan siangnya, lalu duduk kembali di kursi, Anisa mengeluarkan hp dari saku bajunya, Anisa buka chat Ais.

Anisa berbicara dalam hati, “dibalas gak ya, ah balas saja lah.”, Anisa mulai mengetik.

“Abang tugas diman?diluar kota ya?.” Tulis Anisa.

Lama Anisa menunggu tak ada balasan dari Ais, mungkin masih sibuk fikir Anisa. Anisa mulai penasaran, dia bertanya pada Diana melalui chat.

“Din, bang Ais tugas keluar kotanya kemana??.” Tanya Anisa di chat.

Diana menoleh kerah Anisa, Anisa membalas dengan senyuman dan mengatakan, “balas,” namun tanpa ada suara. Diana mulai mengetik.

“Kata bang Rizal, bang Ais gak bertugas cuman ambil cuti pulang kampung sebentar menemui orang tuanya mungkin sekitar lima harian, tadi pagi dia pulang naik kereta.” Jawab Diana.

“Ooo…begitu, kenpa gak bilanga aja si pulang kampung kenapa bilang ke aku lagi bertugas.” chat Anisa dan Diana masih berlanjut.

“Kalau itu aku gak tau, kamu tanya aja langsung sama bang Ais.” Kata Diana.

“Aku sudah balas chatnya Cuma bang Ais belum baca, mungkin dia masih diperjalanan.”

“Kalian serius amat si liatin hp, lagi main game ya??.” Dokter Andre tak menyadarinya karena hpku dan Diana dalam mode getar saja.

“Gak Dok, habis rada bosan mau ngapain hehehe…” jawab Anisa.

“Masih 2 jam lagi, saya mau ke kantin dulu ya,” kata Dokter Andre.

“Oke Dok,” kata Diana.

Hp Anisa bergetar, Anisa cepat-cepat membuka Hpnya.

“Din ini bang Ais sudah balas chatku.” Ujar anisa pada Diana.

“Ya udah tanyakan apa yang ingin kamu tanyakan, gak usah di pendam-pendam,” jawab Diana.

Anisa membaca balasan dari Ais dia bilang, “iya abang lagi keluar kota, ini sudah deket dengan tujuan.”

“Kata bang Rizal abang pulang kampung?, kenapa bilang bertugas?,” balas Anisa ingin tahu kenapa Ais bohong padanya.

Tak lama Ais membalas lagi, “ aduh Rizal gak bisa jaga rahasia jadi ketuan deh, maaf ya…, abang memang pulang kampung abang mau ketemu orang tua abang, lebih jelasnya nanti aja waktu abang balik, abang akan cerita secara langsung sama dek Anisa.”

“Orang tua abang ada yang sakit ya.” tanya Anisa lagi karena Anisa masih penasaran.

“Tidak dek Nisa, Alhamdulillah mereka sehat, nanti aja ya... abang kasih tau setelah abang ketemu dengan orang tua abang, nanti abang chat dek Anisa”

“Ya sudah, hati-hati ya bang, masih jauh ya perjalanan?," tanya Anisa.

“Lagi bentar kok, ini sudah naik mobil angkot menuju rumah,” jawab Ais.

Setelah mengetahui penjelasan dari Ais, Anisa memang masih penasaran namun Anisa merasa lega mengetahui kabar Ais yang baik-baik saja. Anisa sudahi chat dengan Ais, dia masukkan kembali hpnya ke saku.

“Apa kata bang Ais?,” Diana bertanya pada Anisa.

“Kata bang Ais dia pulang pengen ketemu orang tuanya, aku tanya apa orang tuanya sakit, dia bilang tidak, trus dia bilang nanti aja abang Ais kasih tau, dia bilang mau ketemu orang tuanya dulu.”

“Mungkin karena lama gak pulang jadi dia kangen sama orang tunya kalik ya,” ujar Diana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!