Sandiwara

Selamat membaca!

Merasa menjadi pengganggu di antara Rendy dan Maharani, Celine pun segera menutup box makanannya dan berlalu pergi setelah sempat mengucapkan kata permisi pada istri atasannya agar terkesan sopan.

Maharani segera tersadar dari lamunannya yang sedari tadi terus bergelut dengan rasa sakitnya saat ini.

"Kamu yakin bertanya kenapa aku datang ke sini tanpa memberitahumu, Mas? Bukankah dulu kamu pernah mengatakan, aku boleh sesering mungkin main ke kantor ini untuk menemanimu di ruang kerja dan membawa makan siang untukmu. Kenapa sekarang kamu terlihat tidak senang melihat kedatanganku, Mas?" tanya Maharani dengan suaranya yang terdengar bergetar.

Rendy menghela napasnya yang berat, ia sangat takut bila Maharani akan berpikir yang tidak-tidak tentang dirinya bersama Celine. Terlebih saat ini sang istri telah melihat mereka tertangkap basah berada di satu ruangan yang sama. Pria berwajah tampan itu tampak mengusap dahinya dengan kasar untuk mengusap keringat dingin yang mulai membasahi dahinya.

"Ran, kamu jangan salah paham dulu ya. Aku bertanya seperti tadi karena aku kaget aja kamu datang tiba-tiba. Bukankah kamu bilang akan ke rumah Mama hari ini?" tanya Rendy dengan suaranya yang lembut, ia segera melangkah untuk mendekati istrinya yang saat ini masih berdiri diambang pintu.

"Aku tidak jadi ke rumah Mama karena aku ingin melihat sesibuk apa suamiku bekerja di kantornya, hingga sikapnya berubah dingin selama satu bulan ini dengan alasan penat karena pekerjaannya yang padat. Bahkan aku sendiri hampir tidak mengenali suamiku yang biasanya hangat dan penuh perhatian!" Maharani langsung mengungkapkan isi hatinya yang selama ini membuatnya gelisah dan tak dapat tidur dengan nyenyak di setiap malamnya.

Kedua tangan Rendy menyentuh bahu Maharani, lalu jemarinya mengusap wajah istrinya dengan penuh kelembutan. "Sayang, maafkan aku jika perubahan sikapku telah membuat kamu sedih dan kecewa, tapi sungguh, aku benar-benar lelah karena begitu banyak pekerjaan sebelum memasuki bulan Ramadan ini."

"Lalu kenapa kamu tidak menyempatkan waktu untuk sarapan di rumah sebelum pergi ke kantor, Mas? Kenapa kamu harus sarapan bersama wanita lain?"

"Sayang, tenang dulu ya. Aku tadi sarapan bersama Celine karena kebetulan dia memang membawa bekal untuk sarapan di kantor, Celine bawa dua box makanan jadi yang satunya untuk aku dan satunya lagi untuk dia. Kita sarapan satu ruangan karena sambil membahas soal pekerjaan dan beberapa meeting yang akan di adakan pada hari ini. Kamu percaya 'kan sama aku, sayang?"

"Benarkah seperti itu, Mas?" tanya Maharani untuk memastikan rasa curiga yang hampir meluluhlantakkan hatinya.

"Itu memang kenyataannya, sayang. Memangnya kamu berpikir apa sih tentang aku. Apa jangan-jangan kamu menuduh aku selingkuh, hanya karena aku makan satu ruangan bersama sekretarisku?" tanya Rendy seraya mengulas senyum yang menghiasi wajah tampannya.

Maharani merasa lega setelah mendengar penjelasan suaminya. "Maafin aku ya, Mas. Tadi aku berpikir bahwa kamu memiliki wanita lain sampai kamu berubah terhadapku dan aku pikir wanita itu adalah Celine."

"Astaghfirullah, kenapa kamu bisa berpikir seperti itu, sayang? Mana mungkin aku berani berpaling darimu, apalagi sampai tega mengkhianati istriku yang cantik ini. Sayang, dengarkan aku ya. Di dunia ini aku hanya mencintai kamu satu-satunya dan tidak ada wanita lain yang bisa menggantikan posisi itu, jadi tolong percayalah pada suamimu ini!" jawab Rendy dengan tegas, lalu setelahnya ia merengkuh tubuh molek sang istri dan mendekapnya begitu erat.

Maharani merasakan hatinya yang sempat terluka kini berangsur pulih seperti sedia kala, setelah mendapatkan pelukan hangat dari suaminya.

"Maafin aku ya, Mas. Sekali lagi aku minta maaf karena sempat tidak percaya padamu dan mencurigai kamu yang tidak-tidak. Aku bersikap seperti itu karena aku sangat takut kehilanganmu, Mas. Aku juga mencari tahu alasan kenapa kamu berubah karena aku sangat merindukan kamu yang dulu, kamu yang selalu memberikan pelukan hangat ini untukku setiap hari."

Jawaban Maharani membuat Rendy dapat bernapas dengan lega. "Aku juga sangat merindukan kamu, sayang. Sekarang aku mulai merasa bila aku terus mengikuti hasratku yang gila dalam bekerja, bisa-bisa aku semakin tidak punya waktu untuk kamu. Bagaimana kalau besok kita pergi liburan ke London selama satu Minggu?"

Maharani begitu bahagia saat mendengar sang suami mengajaknya pergi berlibur ke luar negeri. Ia segera melepaskan diri dari pelukan Rendy dan menangkup kedua sisi wajah pria itu dengan erat. "Sungguh kamu akan mengajak aku liburan ke London, Mas?" tanya wanita berusia 25 tahun itu dengan begitu antusiasnya.

Dengan cepat Rendy pun menganggukkan kepalanya untuk memberikan jawaban atas pertanyaan Maharani.

"Makasih banyak, Mas. Aku enggak nyangka banget kamu akan mengajakku liburan ke kota impianku yang selama bertahun-tahun ini aku idam-idamkan untuk dapat pergi ke sana bersamamu, Mas."

Rendy tertawa kecil melihat sikap bahagia Maharani saat ini. "Iya sama-sama, sayang. Aku memang sudah menyiapkan liburan kita berdua ke London sejak jauh-jauh hari. Ini adalah kejutan dari aku untuk anniversary pernikahan kita yang ke lima tahun. Tadinya tuh sebenarnya aku tidak ingin memberitahu soal liburan kita, tapi berhubungan hari ini kamu marah jadi terpaksa aku harus beritahu kamu sekarang juga agar kamu tidak marah lagi sama aku."

Maharani sangat bahagia mendengar penuturan yang diucapkan oleh suaminya, ia pun jadi sangat menyesal karena sempat berpikiran buruk tentang pria yang telah menemaninya selama lima tahun ini.

"Tapi Mas, anniversary pernikahan kita yang ke lima tahun itu 'kan masih bulan depan. Kok jadi secepat ini kamu mengajak aku liburan?" tanya Maharani dengan mengerutkan kedua alisnya.

"Ya, enggak apa-apa dong kita percepat, sayang. Bulan depan itu 'kan sudah masuk bulan puasa. Kalau kita pergi sekarang 'kan kita bisa fokus puasa selama satu bulan penuh. Kamu setuju 'kan, sayang?" tanya Rendy sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Setuju banget dong, Mas. Oh, ternyata ini adalah bagian dari rencana kamu buat kasih aku kejutan. Makasih ya, Mas, kamu masih tetap menjadi suami yang penuh dengan kejutan untuk membuat aku bahagia. Aku sangat mencintaimu, selamanya."

"Sama-sama, sayang. Aku juga sangat-sangat mencintaimu melebihi apapun yang ada di dunia ini." Rendy pun kembali memeluk tubuh Maharani untuk melampiaskan rasa rindunya yang selama satu bulan ini terpendam karena sesuatu yang belum bisa ia katakan dengan sejujurnya kepada Maharani.

Beberapa detik kemudian, Maharani mulai mengurai pelukan hangat itu dengan perlahan, hingga keduanya kembali berdiri saling berhadapan. "Mas, hari ini aku boleh 'kan temani kamu kerja di sini? Aku bosan di rumah terus."

"Boleh dong, sayang, tapi sekarang Mas harus ke ruangan Celine sebentar ya untuk meminta dia mengatur ulang schedule meeting aku mulai hari ini sampai satu Minggu ke depan. Kamu aman 'kan aku tinggal sebentar saja di sini?" tanya Rendy seraya mengusap lembut surai hitam milik Maharani yang dibiarkan tergerai bebas.

"Aman kok, tapi kamu jangan lama-lama ya." Maharani pun mulai menghempaskan tubuhnya untuk duduk di atas sofa.

Sedangkan Rendy segera melangkah keluar dari ruangannya, meninggalkan Maharani seorang diri di dalam sana. Langkahnya begitu tergesa menuju ruangan Celine yang masih berada di satu lantai yang sama.

Pria itu masuk begitu saja ke dalam ruangan tempat Celine bekerja tanpa mengetuknya lebih dulu. Napasnya terdengar terengah akibat melangkah dengan begitu terburu-buru.

"Mas, kamu kenapa?" tanya Celine yang segera bangkit dari posisi duduknya, ia merasa bingung dengan raut wajah cemas yang ditampilkan oleh pria itu.

Rendy segera menutup pintu itu rapat-rapat dan tidak lupa menguncinya untuk berjaga-jaga, agar tidak ada seorang pun yang masuk ke dalam ruangan itu.

"Cel, meeting hari ini kamu bantu Angga untuk menghandle semuanya ya!" titah Rendy dengan dadanya yang naik turun begitu cepat.

"Lho, memangnya kamu mau kemana, Mas? Kenapa bukan kamu saja yang memimpin meeting seperti biasanya, kenapa harus Angga sih?" tanya Celine sambil melangkah mendekat ke arah pria yang datang ke ruangannya.

"Kamu lihat sendiri 'kan, tadi Maharani datang ke kantor bahkan saat ini dia sedang menunggu di ruangan kerjaku dan mulai besok sampai satu Minggu ke depan aku tidak akan datang ke kantor, urusan perusahaan sementara waktu akan dihandle oleh Angga selama aku pergi liburan bersama Maharani ke London, kalau kamu ada perlu apa-apa langsung bicarakan saja pada Angga ya!"

"Apa! Kamu mau liburan sama Maharani ke London selama satu Minggu? Kamu serius bicara seperti ini sama aku, Mas? Apa kamu tidak mengerti perasaan aku yang sedang mengandung anak kamu! Aku lebih membutuhkan kamu daripada Maharani yang sampai saat ini belum memberikan kamu keturunan, Mas!" tanya Celine dengan suaranya yang lantang karena merasa kesal atas pengakuan pria, yang sudah berstatus sebagai suami sirihnya sejak satu bulan yang lalu.

...🌺🌺🌺...

Bersambung✍️

Berikan komentar positif kalian ya dan jangan lupa jika berkenan berikan hadiah juga untuk novel ini.

Follow Instagram saya : ekapradita_87

Terpopuler

Comments

Herlin Aktifa

Herlin Aktifa

bau busuk lama2 ya kecium dong

2023-07-05

2

wiwik

wiwik

🤦🏼‍♀️🤦🏼‍♀️🤦🏼‍♀️maharani jangan luluh dulu,selidiki dulu🙈

2023-02-21

0

Hairani Siregar

Hairani Siregar

Ow ow ow ada main dgn sekertaris. baru nikah 1 blan langsung bunting berapa bulan tuh thor.

2023-02-01

1

lihat semua
Episodes
1 Berubah
2 Kecurigaan
3 Sandiwara
4 Mendua
5 Sebuah Rencana
6 Melepas Kerinduan
7 Ketakutan Rendy
8 Kesedihan Maharani
9 Semakin Curiga
10 Rahasia Terkuak
11 Maafkan Aku
12 Poligami
13 Talak
14 Pertemuan
15 Menerima Tawarannya
16 Memulai Hidup Baru
17 Bayangan Rendy
18 Doa Maharani
19 Bimbang
20 Kejujuran
21 Jalan Hijrah
22 Kehilangan
23 Rahasia Celine
24 Cerita Vania
25 Diam-diam Mengagumi
26 Rahasia Terkuak
27 Kemarahan Rendy
28 Kedatangan Rendy
29 Keputusan Maharani
30 Kabar Buruk
31 Doa Dion
32 Perhatian Dion
33 Kabar Baik
34 Menunggu Petunjuk
35 Rencana Maharani
36 Menghapus Jejakmu
37 Hampir Usai
38 Rencana Rendy
39 Balas Dendam
40 Teka-Teki Vania
41 Kecewa
42 Awal Baik
43 Keraguan
44 Jawaban Maharani
45 Dengan Hati
46 Sebuah Harapan
47 Lebih Mudah Tersenyum
48 Gugup
49 Tetap Bahagia
50 Sah Sah
51 Kemarahan Nina
52 Saling Melengkapi
53 Malam Indah
54 Pagi Pertama
55 Dendam
56 Kedatangan Pengacara
57 Surat Wasiat
58 Diintai
59 Rencana Nina
60 Dendam Salah Sasaran
61 Perasaan Tidak Enak
62 Tak Sadarkan Diri
63 Kepanikan Nina
64 Doa Penuh Harap
65 Cemas Yang Mencair
66 Cemburu
67 Momen Haru
68 Dinner Istimewa
69 Beragam Pertanyaan
70 Romantis
71 Sebuah Rencana
72 Memberi Kesempatan
73 Siasat Anjani
74 Menyelamatkan
75 Anindya Putri
76 Usaha
77 Bahagia
78 Kedatangan
79 Pergi Kau!
80 Tipu Daya
81 Tantangan Anjani
82 Terharu
83 Ungkapan Hati
84 Tamparan Keras
85 Hati Yang Luluh
86 Sebuah Rencana
87 Bahagia dan Rahasia
88 Rahasia Anjani
89 Tertunda
90 Bagaikan Petir
91 Keterpaksaan
92 Mencari Alasan
93 Melepas Rindu
94 Berharap
95 Kondisi Anindya
96 Bisik Penyesalan
97 Penuh Haru
98 Masa Lalu Anjani
99 Tak Terduga
100 Senyum Terakhir
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Berubah
2
Kecurigaan
3
Sandiwara
4
Mendua
5
Sebuah Rencana
6
Melepas Kerinduan
7
Ketakutan Rendy
8
Kesedihan Maharani
9
Semakin Curiga
10
Rahasia Terkuak
11
Maafkan Aku
12
Poligami
13
Talak
14
Pertemuan
15
Menerima Tawarannya
16
Memulai Hidup Baru
17
Bayangan Rendy
18
Doa Maharani
19
Bimbang
20
Kejujuran
21
Jalan Hijrah
22
Kehilangan
23
Rahasia Celine
24
Cerita Vania
25
Diam-diam Mengagumi
26
Rahasia Terkuak
27
Kemarahan Rendy
28
Kedatangan Rendy
29
Keputusan Maharani
30
Kabar Buruk
31
Doa Dion
32
Perhatian Dion
33
Kabar Baik
34
Menunggu Petunjuk
35
Rencana Maharani
36
Menghapus Jejakmu
37
Hampir Usai
38
Rencana Rendy
39
Balas Dendam
40
Teka-Teki Vania
41
Kecewa
42
Awal Baik
43
Keraguan
44
Jawaban Maharani
45
Dengan Hati
46
Sebuah Harapan
47
Lebih Mudah Tersenyum
48
Gugup
49
Tetap Bahagia
50
Sah Sah
51
Kemarahan Nina
52
Saling Melengkapi
53
Malam Indah
54
Pagi Pertama
55
Dendam
56
Kedatangan Pengacara
57
Surat Wasiat
58
Diintai
59
Rencana Nina
60
Dendam Salah Sasaran
61
Perasaan Tidak Enak
62
Tak Sadarkan Diri
63
Kepanikan Nina
64
Doa Penuh Harap
65
Cemas Yang Mencair
66
Cemburu
67
Momen Haru
68
Dinner Istimewa
69
Beragam Pertanyaan
70
Romantis
71
Sebuah Rencana
72
Memberi Kesempatan
73
Siasat Anjani
74
Menyelamatkan
75
Anindya Putri
76
Usaha
77
Bahagia
78
Kedatangan
79
Pergi Kau!
80
Tipu Daya
81
Tantangan Anjani
82
Terharu
83
Ungkapan Hati
84
Tamparan Keras
85
Hati Yang Luluh
86
Sebuah Rencana
87
Bahagia dan Rahasia
88
Rahasia Anjani
89
Tertunda
90
Bagaikan Petir
91
Keterpaksaan
92
Mencari Alasan
93
Melepas Rindu
94
Berharap
95
Kondisi Anindya
96
Bisik Penyesalan
97
Penuh Haru
98
Masa Lalu Anjani
99
Tak Terduga
100
Senyum Terakhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!