Hari pertama MOS sudah berakhir. Semua murid baru mulai membereskan tas mereka setelah mencatat apa saja yang harus mereka bawa untuk acara outbond besok dan perkemahan di hari terakhir MOS sebagai acara penutupan. Mereka juga sudah membentuk kelompok untuk outbond dan kelompok tenda.
Untuk kelompok outbond, setiap team terdiri dari empat perempuan dan empat laki-laki. Chaca dan Siva menjadi satu team bersama Reina, Alya, Agung, Satria, Aji dan Rizky. Sedangkan untuk kelompok tenda, Chaca dan Sivanya masih tetep satu team dan enam anggota lainnya adalah Indira, Aulia, Monica, Fanesa, Syakila dan Dayana.
Chaca sedikit lega karena kelompok nya bukanlah orang yang sombong. Mereka seperti apa adanya dan tidak membedakan status sama sekali.
Chaca dan yang lainnya keluar dari kelas. Ada yang sedang menunggu jemputan ada juga yang pulang menggunakan kendaraan masing-masing. Tapi tidak sedikit juga mata yang menatap rendah Chaca yang keluar dari pagar sekolah dengan berjalan kaki. Apa lagi dengan penampilannya yang sederhana.
Walau awalnya Chaca terlihat acuh tapi lama-lama dia merasa risih juga. Akhirnya Chaca mengambil jalan pintas yang tidak terlalu ramai untuk pulang. Tapi langkah nya terhenti saat terdengar suara klakson mobil di belakang nya.
DIN .... DIN ...
"Loe kok jalan kaki Cha? Gak dijemput?" tanya Siva
Chaca menggeleng pelan. "Rumah Chaca deket." jawab Chaca
"Mau sekalian gue anter gak??" ucap Siva menawarkan diri. Tapi lagi-lagi Chaca menggeleng kan kepalanya menolak tawaran Siva.
"Ya udah kalo begitu. Gue duluan ya. Sampai ketemu besok." Siva melambaikan tangan nya dan mulai melajukan mobilnya.
Chaca hanya melihat sepintas dan kembali berjalan. Jalan yang di lewati Chaca terasa sepi karena bukan jalan utama. Udaranya juga begitu segar, sehingga Chaca melambatkan langkahnya menikmati udara sore itu.
Dia memejamkan mata dan merentangkan kedua tangan nya. "Ah... Segar nya." gumam Chaca.
"Apa nya yang segar Cantik??"
Chaca membuka matanya saat mendengar seseorang bicara di depannya. Terlihat tiga orang pria yang berpenampilan urakan menghalanginya jalan Chaca.
"Udara disini sejuk ya. Tapi kakak tau lho tempat yang lebih bagus dari ini." Seru salah satu pria berkulit hitam yang terus menjilati bibirnya
"Kita juga bisa kasih kenikmatan tiada tara lho cantik." lagi-lagi pria urakan berambut kribo menggoda nya.
"Minggir!!!" teriak Chaca
"Duh.. Cantik-cantik kok galak sih. Tapi tambah gemes deh kakak. Pengen gigit rasanya." Pria berkulit hitam mulai memegang tangan Chaca tapi ditepis oleh gadis itu. Sedang pria berambut kribo dan teman nya tak hentinya mencolek dagu Chaca.
Sebenarnya Chaca bisa sedikit ilmu bela diri.Tapi tetep saja mereka bukan tandingan yang sepadan untuk Chaca yang hanya sendiri.
Pria berambut kribo mulai agresif dan mencengkeram lengan Chaca. Chaca refleks menggigit tangan pria itu dan menginjak kaki nya. Sedang dua teman pria itu Chaca hantam menggunakan tas selempang nya.
Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Chaca bergegas lari berlawanan arah dengan jalan ke rumah nya. Dia terus berlari sambil sesekali menoleh kebelakang.
"Gila!! Cepet banget tuh cewek larinya."
"Kita pencar aja. Kita tangkap di pertigaan." seru pria berkulit hitam. Mereka mengangguk setuju dan mulai berpencar
Sementara Chaca masih terus berlari. Merasa ketiga pria itu tertinggal jauh, Chaca berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya..
"Sial!!! Tau gini tadi Chaca lewat jalan utama aja." Gumam Chaca
"Mau lari kemana cantik??"
Chaca tersentak karena ketiga pria itu tiba-tiba berada di depan nya. Kini mereka mengelilingi Chaca. Namun tidak ada raut ketakutan di wajah gadis itu. Dia hanya sedang mencari cara agar lolos dari ketiga pria urakan itu.
"Lebih baik melakukan perlawanan walau akhirnya kalah dari pada jadi pecundang dan membiarkan mereka melakukan hal yang buruk." Serunya dalam hati.
"Ayo ikut kakak!! Kakak akan bikin kamu mendesah kenikmatan." Ketiga pria itu tertawa sambil terus menggoda Chaca.
"Gue bilang minggir!!!" Chaca mendorong pria berkulit hitam dan mulai memukul perut pria itu. Kedua teman nya pun tak luput dari serangan Chaca. Tapi karena kalah jumlah, akhirnya Chaca bisa dibekuk oleh mereka.
Dua diantaranya memegang tangan Chaca yang terus memberontak, sedang pria satunya mulai mendekati Chaca dan hampir merobek seragam Chaca.
Tapi tiba-tiba bahu pria itu di tarik seseorang hingga terjungkal ke aspal. Orang Itu menghajar pria itu dengan membabi buta hingga tak sadarkan diri. Dia orang lainnya yang melihat temannya babak belur dan pingsan akhirnya memilih melarikan diri.
Chaca mendekati orang itu yang ternyata seorang pemuda yang umurnya kisaran dengan kakak sepupu nya. "Terima kasih kak." Chaca membungkuk sedikit badannya saat mengucapkan terimakasih. Tapi pemuda itu tampak acuh dan melewati Chaca begitu saja.
Chaca menghela nafasnya. Dia mengambil tas selempang nya dan mendekati pemuda yang sudah ada diatas motor sport nya.
"Sekali lagi terimakasih kak." ucap Chaca lagu. Tapi tak ada respon dari orang itu. Hingga akhirnya Chaca memilih pergi meninggalkan pemuda itu. Tapi langkah nya terhenti karena motor sport pemuda itu berhenti di depan nya.
"Naik!!!" perintah pemuda itu.
"Apa???"
"Gue gak suka ulang kata-kata gue." ucapnya dengan wajah yang datar yang mengingatkannya pada seseorang.
Chaca terdiam dan menghela nafas nya. Walau pemuda itu sudah menyelamatkan nya tapi dia harus tetap waspada.
Melihat gadis itu tidak beranjak sama sekali, pemuda itu menarik tangan Chaca untuk duduk di belakang nya. Mau tidak mau Chaca mulai naik dan menjaga jarak dengan pemuda itu.
Pemuda itu men stater motor sport nya dan melaju dengan kecepatan sedang.
" Dimana??" Tanya pria itu. Tapi karena tidak terdengar karena terhalang helm full face nya, Chaca terpaksa menggeser duduknya mendekat
"Apa Kak???" tanya Chaca.
Pemuda itu tersentak kala merasa kan dua benda kenyal yang tidak sengaja menempel di punggung nya.
"Kakak tadi bilang apa ??" tanya Chaca lagi.
"Dimana?" tanya pria itu lagi.
Singkat padat dan gak jelas. Itulah yang Chaca dengar. Tapi Chaca mulai paham apa yang ditanyakan karena dia memang sudah biasa berhadapan dengan manusia seperti pemuda itu.
"Nanti di depan ada gang belok aja. Rumah Chaca satu-satunya yang berwarna ungu." terang Chaca.
Tidak ada lagi obrolan antara keduanya. Hingga mereka sampai di depan rumah berwarna ungu yang Chaca maksud.
Chaca turun dari motor pemuda itu dan mengucapkan terimakasih sekali lagi. Tapi pemuda itu acuh dan langsung menyalakan mesin motornya dan meninggal kan Chaca.
"Huh ... Dasar cowok aneh." Gerutu Chaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Dynamite
njirrr masih selid thor sdh ngajak travelling 🤣🤣🤣
2023-01-18
1