7 Reinkarnasi Dewi Kenikmatan
Pemandangan di istana langit sangat terlihat mengagumkan, sejauh mata memandang tampak gumpalan-gumpalan awan putih bersih menghiasi istana tersebut. Langit yang biru seolah menambah pesona keindahan istana langit tersebut, sehingga keindahan tersebut merupakan anugrah daei sang pencipta yang tiada taranya.
Dari jauh tampak sepasang dewa dewi tengah asyik terbang berdampingan, namun sesekali sepasang dewa dewi tersebut melihat ke belakang dan kesamping kiri kanan. Seolah khawatir takut kalau ada yang mengikutinya.
“Luhrinjani kita bergegas ke tepi danau kebadian dibalik bukit itu” teriak dewa disebelahnya.
“Baik kakang Baladewa” jawab Luhrinjani, sambil tersenyum manis.
Kedua Dewa Dewi tersebut rupanya sedang dimabuk cinta, sehingga keduanya secara nyata terlihat dari setiap pandangan matanya saling mengasihi dan saling mencintai.
Luhrinjani memiliki wajah hampir berbentuk oval dihiasi dengan mata bulat yang indah, berbulu mata lentik dan alis yang melengkung seperti bulan sabit. Hidungnya tampak mancung, bibirnya terlihat tipis berwarna merah. Di pipi kanan kiri pipinya terlihat dengan jelas ada lesung pipit saat tersenyum, menambah pesona kecantikan Luhrinjani sehingga siapapun pria yang memandangnya akan terpana.
Tidak sampai disitu, Luhrinjani memiliki mahkota rambut panjang sepinggang yang berwarna hitam legam seperti mutiara hitam yang bersinar.
Bagian dadapun tampak berisi dan padat, sehingga banyak mata pria yang memandang ingin memegangnya atau bahkan lebih. Kemudian bagian pinggangnya tampak ramping, panggulnya tampak agak besar sangat seimbang dengan bagian dada yang menonjol dan padat. Dan yang tak kalah membuat pesona kecantikannya yaitu kulit tubuhnya yang tampak putih bersih seperti salju, bahkan bulu-bulu halus tangannyapun terlihat walau agak samar.
“Dinda kita kebawah pohon persik, yang agak lebat kelihatannya ada bangku tempat duduk dibawah pohon itu” tunjuk Baladewa setengah berteriak kepada Luhrinjani.
“Baik kakang” kata Luhrinjani sambil memandang ke tempat yang ditunjukan oleh Baladewa.
“”Tap..tap.tap.”” dua pasang kaki tampak dengan mudah turun mendarat ke bawah pohon persik, saking tingginya ilmu kedua Dewa Dewi ketika mereka mendarat menjejakan kakinya di bawah pohon persik tanpa kesulitan sedikitpun.
Kemudian kedua Dewa Dewi tersebut duduk di kursi batu pualam yang berada dibawah pohon persik. Sambil duduk berhadap hadapan keduanya dipisahkan meja batu berbentuk bulat. Diatas meja tersebut terlihat garis-garis kotak, sepertinya meja tersebut digunakan juga sebagai bidak catur. Keduanya saling bertatapan penuh makna, seolah tak ingin terpisahkan oleh ruang dan waktu.
“Dinda Luhrinjani dua pekan lagi kakang akan menghadap orang tuamu Dewi Rembulan, untuk meminta restu menikahimu” Kata balaedewa dengan sorot tajam namun penuh keyakinan, kalau orang tua Luhrinjani pasti akan merestuinya.
Luhrinjani yang tadi menatap Baladewa penuh dengan kasih sayang perlahan menundukan wajahnya, tampak rona merah di kedua pipinya. Kemudian tampak bulir-bulir bening dari kedua kelopak matanya sebagai tanda tangis bahagia. Perasaannya seolah terbuncah meluap-luap dari dirinya, sehingga tanpa sadar hingga mengeluarkan air mata bahagia. Pria yang sangat dicintai akhirnya akan melamarnya, secara langsung kepada ibunya Dewi Rembulan yang merupakan penguasa langit tingkat ke 4.
Sementara Baladewa sendiri merupakan putra dari Dewa Matahari yang menjadi penguasa langit ke 5. Wajah Baladewa sendiri mampu menggegerkan semua wanita yang ada di istana langit, baik istana langit 1, 2,3,4 dan kelima karena ketampanannya nyaris sempurna ketampanannya melebihi pria seusianya.
Sedangkan untuk tingkat langit ke 6 jarang sekali para penghuni kayangan yang ada dibawahnya bisa mencapainya, kecuali para penguasa di masing-masing tingkatan 1-5 yang bisa menembus ke tingkat langit ke 6. Itupun atas undangan dari penguasa langit ke 6 yang bernama Dewa Nata.
“Kenapa Luhrinjani?” tanya Baladewa, yang di balas dengan gelengan dan sedikit senyuman oleh Luhrinjani saat menjawab pertanyaan Baladewa. Walaupun sedikit menunduk, senyuman Luhrinjani sangat mempesona bahkan dimata Baladewa walaupun langit berguncang tak akan peduli dia akanbterus menatapnya.
“Apakah dinda senang mendengar kata-kata kakang yang akan melamar dinda kepada orang tua dinda?” Tanya Baladewa kembali seolah ingin sebuah kepastian jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan.
Tatapan yang tajam dari Baladewa seolah membius Luhrinjani, dirinya tak mampu berkata-kata. Semakin dalam gadis itu menundukan kepalanya, namun panacaran bahagia tampak dari wajahnya yang tersipu-sipu saat mendengar setiap kata yang disampaikan Baladewa.
Luhrinjani akhirnya hanya bisa mengangguk tanda setuju dan mau dirinya dilamar oleh Baladewa tanpa bisa berkata-kata, dirinya sudah mantap dengan pilihan hatinya bahwa pria yang akan hidup bersama selamanya saat ini ada dihadapnnya. Kebahagiaan jelas terlihat di raut wajahnya yang bersinar, karena sebentar lagi mereka akan memadu kasih tanpa ada yang bisa menghalangi dan memisahkannya.
Baladewa yang mendapatkan jawaban Luhrinjani matanya tampak berbinar-binar, walaupun itu hanya anggukan dari Luhrinjani. Tanpa disadari oleh Luhrinjani, kini Baladewa berada di belakangnya. Terasa ada hembusan napas di tengkuk Luhrinjani, tanpa sadar Luhrinjani hanya mampu memejamkan mata sambil tetap duduk dikursinya. Dengan sedikit membungkuk dari belakang tubuh Luhrinjani yang masih duduk dibangku, Baladewa berbisik ditelinga Luhrinjani.
“Kita akan hidup bahagia” lirih Baladewa berbisik di telinga Luhrinjani, kemudian Baladewa memegang kedua jari jemari kedua tangan Luhrinjani walaupun posisinya masih dibelakang Luhrinjani. Luhrinjani hanya mampu memejamkan mata menikmati dan membayangkan kehidupan bahagia bersama Baladewa disisinya.
Sesaat kemudian, Luhrinjani tersadar. Sambil berdiri matanya terbelalak kemudian berbalik, wajahnya kini berhadap-hadapan satu jengkal dari wajah Baladewa. Kemudian menepiskan pegangan kedua tangan Baladewa dari tangannya.
“Celaka kakang kita telah melanggar aturan langit” kata Luhrinjani, dengan bibir bergetar dan rasa takut di wajahnya berkata kepada Baladewa.
Baladewa terhenyak dan tersadar, namun sesaat kemudian Baladewa tersenyum memberikan rasa nyaman kepada Luhrinjani.
“Dinda tenang saja, sekalipun langit runtuh Kakang tidak akan meninggalkan Dinda. Kita tanggung bersama akibatnya apapun yang akan terjadi” kata Baladewa sambil tersenyum, menenangkan Luhrinjani. Kemudian memegang kembali kedua tangan Luhrinjani, kali ini Baladewa mendekatkan bibirnya mengecup kening Luhrinjani.
Luhrinjani hanya bisa diam kemudian memejamkan matanya menikmati kecupan dari Dewa calon suaminya. Tidak sampai disitu, Baladewa kemudian mencium pipi kiri – kanan Luhrinjani. Kemudian perlahan mulai mengecup bibir tipis Luhrinjani.
Namun ketika bibir kedua Dewa Dewi ini bertemu, secara mendadak alam istana langit ke 4 seolah waktu berhenti dan diam tidak bergerak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
😎 ȥҽɳƙαɱʂιԃҽɾ 😎
186
2021-09-15
1
XiaoLien
Aku mau liat ciuman yang bisa menghancurkan langit itu seperti apa ya.. hehe.
semangat up thor
2020-10-11
1
Rahandika alfariq
seperti lanjutan kisah bumi mataram..#212
2020-05-30
1