Sinar matahari sudah mulai tampak meninggi, kurang lebih sudah mencapai satu tombak. Perlahan-lahan Rinjani membuka kelopak matanya, dengan tubuh yang masih lemas berusaha untuk memikirkan apa yang terjadi atas dirinya.
“Seluruh tubuhku terasa sakit, apa yang terjadi” gumam Rinjani sesaat setelah siuman dari pingsannya.
Rinjani mencoba mencerna keadaan, sambil memandang langit-langit atap rumah. Sontak dirinyapun teringat kepada Neneknya yang berusaha membuka aliran Qi Murninya. Walaupun masih terbaring, Rinjani berusaha memutar kepalanya.
“Neneeeeek.....!!!!!!” teriak Rinjani saat melihat disampingnya tergeletak tubuh Neneknya yang sudah tidak bernyawa, spontan Rinjanipun bangun dan memeluk tubuh Nenenknya.
“Nenekkkk kenapa ini terjadi,,, Rinjani tak sanggup hidup sendiri..... Rinjani masih butuh Nenek..” ungkap Rinjani, sambil menangis tersedu-sedu. Air matanya sudah tidak mampu di bendung lagi, membasahi pipi Rinjani.
Badannya bergetar mengingat orang yang paling di kasihinya saat ini sudah tidak bernyawa.
Walaupun sudah menghembuskan napas terakhir, wajah Rutini masih terlihat segar terlebih lagi meninggalnya Rutini seolah bahagia karena terlihat ada senyuman kepuasan telah berhasil membukakan aliran Qi murni cucunya.
Entah berapa lama Rinjadi menangis, matanya terlihat sembab. Seolah tidak mempedulikan keadaan dirinya sendiri, saking terpukulnya nenek yang paling disayanginya sudah tidak bernyawa.
Masih dengan membisu, perlahan Rinjani mulai mengangkat tubuh neneknya. Kemudian di baringkan dengan penuh kasih sayang, saat itu matanya tertuju pada lengan Nenneknya yang memegang beberapa lembar kertas berbentuk buku.
“Memegang catatan apa nenek” gumamnya, Rinjani mengambil buku tersebut. Namun kemudian menyimpannya, karena dirinya harus segera menguburkan Neneknya.
Sekitar kurang dari satu tombak lagi matahari akan terbenam, Rinjani telah selesai menguburkan neneknya. Kemudian dirinya kembali ke rumah, untuk memebersihkan diri. Dengan berjalan gontai, Rinjani masih tidak percaya neneknya sudah tiada.
Setelah membersihkan diri, Rinjani masuk kedalam kamarnya untuk berganti pakaian. Setelah selesai Rinjani duduk bersila di atas tempat tidurnya, dirinya teringat sebuah kalimat dalam kitab satra yang di pelajarinya.
“Hidup adalah perjuangan untuk kematian, hidup yang sesungguhnya baru di mulai setelah kematian” demikian bunyi kalimat tersebut.
“Semoga kematian nenek diterima oleh penguasa seluruh alam dan langit” gumam Rinjani, yang seolah mengiklaskan kepergian neneknya.
Rinjani kemudia memusatkan fikiran, mengalirkan tenaga dalam yang ada di tubuhnya secara perlahan. Rinjani sangat terkejut, ketika tenaga dalamnya sampai di antara kedua alisnya. Fikirannya seolah bisa melihat apa yang berada di antara kedua alis matanya, seperti kolam yang sangat dalam dan luas namun belum ada airnya.
Saat Rinjani memusatkan fikirannya, tubuh Rinjani seolah tersedot masuk ke alam lain. Alam yang kini dimasuki Rinjani seolah tak berpenghuni, namun terang seperti siang hari walupun terasa tidak ada matahari.
Rinjani hanya mampu mengamati, pemandangan di hadapannya yang terbentang sangat luas. Banyak pepohonan dan bunga-bunga wamar di alam tersebut, beberapa lebah tampak hinggap di atas bunga yang bermekaran. Alam itu tampak nyata, seperti hamparan taman bunga yang sangat luas. Namun bunga yang tumbuh hanya bunga mawar beraneka warna,pepohon menjulang tinggi yang rapat tampak di kanan kiri taman tersebut seolah membentengi taman bunga yang luas.
Rinjanipun terus melangkah ke tengah taman bunga tersebut, karena telinganya mendengar ada aliran air yang mengalir dari kejauhan. Butuh waktu seperti berjam-jam Rinjani mencari sumber suara gemerciknya air, alangkah terkejutnya Rinjani saat melihat ada aliran air terjun di tengah-tengah taman bunga tersebut. Walaupun tidak tinggi, air terjun tersebut merupakan sumber kehidupan bagi semua tumbuhan yang ada di situ.
“Selamat datang wahai manusia di Alam Sejuta Bunga..” terdengar jelas suara itu di telinga Rinjani, yang membuat Rinjani terkejut dan bingung dari mana suara itu berasal.
“Si..si..siapa kau” jawab Rinjani, sambil memutarkan pandangan ke kiri dan ke kanan kemudian ke belakang, namun Rinjani tidak menemukan orang yang barusan bicara. Hati Rinjani mulai cemas, fikirannya mulai was-was karena tidak menemukan asal suara tersebut.
“Jangan takut wahai manusia, aku berada di depanmu” kata suara itu lagi, Rinjanipun spontan memandang ke depan namun tetap tidak menemukan asal suara tersebut.
Pandangan matanya membentur satu tangkai bunga mawar berwarna kuning keemasan yang berjarak sekitar 3 meter dari jaraknya berdiri, pohon bunga mawar tersebut berada di pinggir aliran air terjun. Diatas bunga tersebut tampak ada seekor lebah yang agak besar dari lebah biasanya, bila diamati dengan seksama seluruh kaki lebah tersebut berwarna putih.
Seluruh badan dan sayapnya berwarna kuning seperti emas murni, bila sepintas tidak akkan terlihat kalau di atas bunga tersebut ada lebah karena bunga mawarnya berwarna kuning keemasan.
“Iya aku disini, didepanmu kemarilah manusia. Aku merupakan penguasa Taman Alam Sejuta Bunga” kembali Rinjani mendengar suara dari arah depannya.
“Apakah kau lebah yang bisa bicara denganku” kata Rinjani, sambil melangkah maju. Walaupun masih dengan rasa was-was di hatinya.
Pohon bunga Mawar di taman tersebut rata-rata tingginya hampir satu dada Rinjani, sehingga saat Rinjani mendekat ke arah lebah yang ada atas bunga tersebut secara perlahan rubah merubah wujudnya.
“Wussss..... slap...”” kini lebah tersebut telah berubah wujud menjadi manusia tapi memiliki sayap.
Rinjani sampai terkejut dibuatnya, reflek tanpa sadar Rinjani mundur satu langkah. Keemudian memperhatikan perubahhan wujud tersebut. Pakaiannya berwarna kuning keemasan seperti pakaian bidadri kayangan, di pinggangnya terselip beberapa selendang yang yang berwarna putih. Sayap nya berwarna kuning terang bercahaya, di kepalanya ada mahkota kecil beegambar lebah.
“Hanya manusia yang ditakdirkanlah yang bisa datang kesini, salah satunya dirimu yang memiliki batu mustika berlian hijau. Karena taman sejuta bunga ini ada di dalam batu mulia tersebut. Perkenalkan nama saya Trenggani ratu lebah sejuta bunga ” kata Ratu Lebah menjelaskan.
“Saya Rinjani”.... jawab Rinjani yang masih bingung dan terkejut.
“Jangan terkejut Rinjani.. akan saya jelaskan kepadamu semuanya, mari kita duduk di dekat telaga itu” kemudian Trenggani melangkah lebih dulu menuju ke dekat telaga, Rinjani mengikutinya. Kemudian mereka berhenti di salah satu batu yang cukup luas untuk duduk, kini mereka duduk berhadap-hadapan.
Kemudian Trenggani menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dengan Rinjani, hingga bisa masuk ke dalam Taman Sejuta Bunga yang entah berada di mana.
Taman Sejuta Bunga, merupakan taman bunga yang sangat luas. Namun bunga yang ada di taman tersebut hanya bunga mawar tidak ada bunga yang lain, bunga mawar yang ada di taman itu memiliki 6 warna berbeda. Yaitu Merah, Putih, Kuning Emas, Biru, Hitam dan Ungu.
“Warna merah memiliki khasiat untuk memperhalus kulit tubuh, warna putih berkhasiat untuk mengarumkan aroma tubuh, warna biru untuk menetralisir racun, warna hitam mengandung racun, warna ungu untuk menambah tenaga dalam dan warna kuning emas untuk menambah energi Qi Murni” Trenggani menjelaskan warna-warna bunga mawar yang tumbuh ditaman tersebut.
“Selain bunga mawar, disini juga hidup jutaan lebah yang memiliki sarang di sepanjang pepohonan menjulang tinggi yang berada di pinggir kanan kiri taman” Trenggani terus menjelaskan kepada Rinjani keadaan Taman Sejuta Bunga tersebut.
“Berada dimanakah diriku ini sebenarnya” tanya Rinjani, kepada Trenggani.
“Berada di dalam batu permata berlian hijau yang ada di gelangmu” jelas Trenggani.
Rinjani terbelalak, karena setaunya permata berlian hijau yang ada di gelangnya hanya sebesar kacang kedelai. Tapi di dalamnya sangat luas, sepanjang mata memandang hanyalah taman bunga.
“Baiklah sepertinya kita di sini sudah hampir dua belas hari, sebaiknya engkau kembali ke dunia mu. Ambil beberapa tangkai bunga mawar berwarna emas, lalu konsumsilah secepatnya untuk mengisi energi Qi dalam tubuhmu. Oh iya satu lagi, lebah-lebah yang ada di sini bisa engkau jadikan senjata saat di perlukan” Kata Trenggani mengakhiri pembicaraan, Rinjani hanya mampu tetsentak saat mendengar sudah 12 hari di taman tersebut.
“Bagaimana aku akan kembali..” tanya Rinjani kepada Trenggani.
“Cukup memikirkan berada dimana saat engkau berada sebelum sampai di sini. Satu jam di duniamu, sama dengan satu hari disini” Kata Trenggani seolah mengetahuo keterkejutan Rinjani.
Rinjanipun kemudian mengambil 3 tangkai bunga mawar emas sebelum memikirkan berada dimana dirinya terakhir sebelum tersesat ke alam taman sejuta bunga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
😎 ȥҽɳƙαɱʂιԃҽɾ 😎
80
2021-09-15
0
Elyta Mardhiana
maaf Thor, apa Rinjani bisa bertemu Chen Gege ?
2020-10-07
4
nrasyaaaa
Hai mampir ya ke cerita2 baru aku
2020-09-06
0