Trenggani menjelaskan bahwa pedukuhan saat ini yang telah porak poranda bisa dijadikan sebuah tempat padepokan untuk melatih anak-anak menjadi penari, agar menjadi penari-penari handal bersama dirinya meraih impian sebagai penari terhebat.
Untuk mempercepat proses perbaikan pedukuhan tersebut, dibutuhkan tenaga-tenaga perampok yang kini berada di bawah kendali Rinjani disamping bergotong royong dengan penduduk yang masih tersisa.
Selain itu, Trenggani juga menjelaskan bahwa untuk merubah sifat para perampok tidaklah mudah seperti membalikan telapak tangan. Hari ini mungkin mereka patuh karena takut mati, tapi saat kita lengah mereka akkan berbalik menyerang kembali penduduk. Sehingga perlu waktu untuk menyadarkan mereka agar menjadi orang baik kembali.
Kemudian masalah anak lebah yang saat ini tertanam di perut para perampok, seiring waktu berjalan mereka akan juga tumbuh menjadi lebah-lebah dewasa secara bertahap. Semakin mereka bertumbuh, maka jangkauan keberadaanku di sampingmu juga akan dirasakan bisa semakin jauh.
“Apakah kau mengerti Rinjani” Trenggani menutup pembicaraan yang hanya bisa di dengar oleh rinjani melalui fikirannya.
“Saya mengerti Ratu, tapi masih ada yng mengganjal dalam hati saya” jawab Rinjani. Trenggani tampak terkejut sesaat saat dirinya di panggil Ratu, karena tidak seperti biasanya Rinjani memanggil ratu walaupun kenyataannya dirinya merupakan Ratu lebah.
“Katakan apa yang mengganjal hatimu, apakah kau tidak salah panggi? Panggil saja diriku dengan nama jangan panggil Ratu” balas Trenggani, dalam fikiran Rinjani.
“Sebagai penghormatan ku kepadamu, biarkan engkau ku panggil Ratu. Karena usiaku yang sesungguhnya baru akan mencapai 10 tahun” beber Rinjani menjelaskan bahwa walaupun tubuh dirinya seperi gadis remaja tapi umurnya barunmau mendekati 10 tahun.
Rinjanipun melanjutkan apa yang mengganjal dalam hatinya, yaitu mengenai anak lebah yang tertanam dalam tubuh para perampok bila benar lebah tersebut masih hidup dan bertumbuh.
“Baiklah aku tidak keberatan kau panggil Ratu. Anak lebah itu akan tetap hidup didalam tubuh perampok yang kelak akan menjadi anak buahmu, jangkauannyapun akan semakin jauh seiring dengan bertumbuhnya lebah-lebah tersebut. Bila saat ini anak-anak lebah tersebut merasakan keberadaan diriku sejauh 400 tombak, satu bulan kemudian mereka akan meraskan keberadaanku 10 kali lipat atau sejauh 4000 tombak dan satu bulan berikutnya sejauh 40000 tombak. Itu merupakan jarak terjauh yang akan lebah-lebah itu rasakan keberadaanku di sampingmu” jelas Trenggani, merinci apa yang menjadi ganjalan hati Rinjani.
“Saya mengerti sekarang Ratu, terimakasih atas segala bantuanmu” kata Rinjani dalam fikirannya, kini dirinya mengerti dengan adanya lebah-lebah di tubuh para perampok Rinjani akan memanfaatkannya sekaligus juga menyadarkan para perampok untuk menjadi orang baik.
Rinjani tampak menyunggingkan senyum, kini dirinya punya rencana untuk kedepannya harus bagaimana.
Di pertengahan pedukuhan ......
Janu tampak sedang bersitegang dengan salah seorang perampok yang saat ini telah bertekuk lutut kepada Rinjani.
“Kamu telah membuat warga pedukuhan ini sengsara”... teriak Janu sambil menghampiri salah satu perampok. ‘Plaaakk’’’’ tamparan Janu telak mengahantam pipi salah satu perampok, dari sudut bibir nya tampak menetes darah tanda perampok tersebut terluka.
Perampok yang memiliki tubuh lebih kekar dari Janu hanya bisa mengepalkan tangan tanda menahan kemarahan, perampok itu sesaat menatap Janu kemudian menunduk.
“Kalau saja aku tidak takut mati sama iblis wanita itu, sudah ku bunuh kau penduduk lemah” gumam perampok itu dalam hatinya. Sebelumnya Rinjani berpesan, agar para perampok jangan ada satupun yang melawan atau mengusik penduduk pedukuhan tersebut.
“Apa kamu liat-liat hah...” kata Janu saat perampok itu sempat melihat Janu walaupun sesaat, membuat Janu semakin bertambah emosi.
Janu kemudian mengangkat tangannya kembali hendak memberikan bogem mentah, di saat tangannya hendak mengahajar lagi, sebuah suara terdengar dari belakang Janu.
“Paman Janu hentikan, tahan emosimu mereka sudah mengakui kesalahnnya” kata Rinjani di belakang Janu.
Rinjani yang saat itu baru selesai bicara dengan Trenggani mendengar ribut-ribut antara Janu dan salah seorang perampok, langsung melesat ke arah suara tersebut. Dan melihat Janu akan memukul kembali perampok yang tidak melawan tersebut.
“Ba..ba..ba...ik tuan pendekar.....” ucap Janu, yang merasa kaget dengan kedatangan Rinjaninyang berada di belakangnya.
“Lanjutkan semua pekerjaan kalian, sore ini semuanya harus sudah selesai” ucap Rinjani mengingatkan kepada Janu dan para perampok yang kaget dengan kehadiran Rinjani di tempat tersebut.
Menjelang sore, semua pekerjaan yang diperintahkan Rinjani telah selesai. Penduduk dan para perampok telah membersihkan puing-puing rumah yang hancur, mereka juga telah membuat kuburan masal untuk ratusan penduduk dan belasan perampok.
Mereka semua berkumpul di halaman salah satu rumah yang cukup besar, rumah tersebut belum sempat di hancurkan. Halaman itu cukup luas, sehingga bisa menampung ratusan orang kini duduk bersila menunggu Rinjani.
Para penduduk yang jumlahnya puluhan berada di sebelah kiri, sedangkan ratusan perampok berada di sebalah kanan. Dari jumlah saja sudah tampak jauh sampai 3 kali lipat, seandainya sajabratusan perampok itu tidak di taklukan Rinjani mungkin ratusan perampok akan dengan mudah membatai semua penduduk.
Rinjani tampak keluar dari dalam rumah tersebut di temani oleh Winar, anak perempuan yang berhasil masih hidup belum dibantai oleh para perampok.
“Paman Janu kemari, duduk di samping kiriku. Kardan dan Cibang kalian kemari juga duduk disamping kanan ku” perintah Rinjani. Janu kemudian menghampiri Rinjani terbungkuk-bungkuk karena takut membuat kesalahan, begitupun Karndan dan Cibang berjalan dengan teebungkuk-bungkuk tidak berani memandang Rinjani. Stelah ketiganya duduk sesuai dengan yang di perintahkan, Rinjanipun kemudian berkata.
“Hari ini kunamai pedukuhan ini dengan Nama Lembah Penari Khayangan. Kalian para perampok yang telah tunduk kepadaku, tidak boleh ada satupun yang berani meninggalkan pedukuhan ini sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Tapi bila kalian ingin mencoba kabur dari sini silahkan, begitu kalian pergi sejauh 400 tombak maka lebah yang ada di tubuh kalian akan bereaksi dan kalian akan mati. Apa kalian mengerti” tanya Rinjani, kepada ratusan perampok yang ada di hadapannya.
Ratusan perampok yang kini ada dihadapan Rinjani hanya bisa tertunduk, tidak berani menolak ke inginan Rinjani bila mereka masih sayang nyawanya masing-masing. Namun dalam hati mereka mengomel sendiri.
‘Apes ga bisa kemana-mana’... ‘bakal lama nih ga bisa merampok’... ‘pasti bakal di suruh-suruh terus’.... ‘nasib perampok yang di takuti kini hanya tinggal nama’..... begitulah isi hati para perampok yang tidak berani mereka utarakan karena takut Rinjani marah dan merka.
“Celaka gimana kalau ingin berak, ga bisa jauh dari tuan pendekar....””duut”” gumam salah seorang perampok dari tengah-tengah kerumunan sambil kentut. Perampok yang berada di sebelahnya sampai mendelik melotot kepada temannya agar jangan bersuara walaupun pelan karwna takut terdengar Rinjani.
Tapi sayang, perampok yang bergumam itu walaupun pelan tapi terdengar jelas di telinga rinjani. Karena suasana saat itu sedang hening, sehingga kentut perampok itu terdengar oleh semua yang ada di situ.
Muka perampok itu spontan langsung berwarna merah karena menahan malu, sesaat kemudian mukanya berganti pucat saat Rinjani berkata.
“....
.....
Selamat malam dan selamat malam, penulis hanya mengingatkan. Jaga kesehatan diri kita, keluarga dan orang-orang terdekat yang kita kasihi. Semoga kita terhindar dari vorus corona.... Amiin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
😎 ȥҽɳƙαɱʂιԃҽɾ 😎
77
2021-09-15
0
Rayhan Pahlevi
joss ahh
2020-10-14
0