“Perhatian semuanya kalian para perampok siapa yang berani kabur, akan ku bunuh walaupun bersembunyi sampai ke lobang semut pasti akan ku kejar” Rinjani dengan lantang beekata di hadapan para perampok yang masih bersujud kepada Rinjani.
Kemudian Kardan dan Cibang menghampiri Rinjani dengan terbungkuk-bungkuk, kemudian berlutut sambil menyampaikan apa yang tadi telah di perintahkan Rinjani. Kardan telah melepaskan semua ikatan di tubuh penduduk yang hendak mereka bantai tadi, sambil sedikit bergetar Kardan berkata.
“Orang dewasa berjumalah 55 orang, 20 pria dan 25 wanita. Semmentara anak-anak beejumlah 17, 10 anak perempuan dan 7 anak laki-laki” dengan menundukan kepala Kardan melaporkan pekerjaannya kepada Rinjani.
“Hemm... bagus” kata Rinjani, dalam hatinya dia bersyukur karena masih mampu menyelamatkan penduduk puluhan orang, walaupun hanya sebagian kecil karena jumlah penduduk di pedukuhan tersebut mencapai ratusan orang sebelum di bantai para perampok.
“Sa..sa..sa..ya juga melapor tuan pendekar, jumlah teman saya semuanya ada 187 orang. Yang mari 14 orang termasuk pimpinan kami wakil komandan perampok lembah tengkorak ke 9” kata Cibang, yang datang dengan berlutut sambil memberikan berkata bergetar kepada Rinjani.
Rinjani tampak berkerut, kalau saat ini yang mati wakil ke 9 berarti ada berapa masih banyak kelompok perampok lainnya. Sungguh sangat melelahkan di dunia luar seperti ini, kejahatan merajalela dimana -mana.
Rinjani kemudian menyuruh ratusan perampok yang berlutut sambil bersujud tidak berani mengangkat wajahnya itu untuk bangun, kemudian disuruh berbaris dan melepaskan semua senjata tajam yang dibawanya.
Setelah berbaris mereka di suruh duduk tidak boleh ada yang berdiri, wajah para perampok kini terlihat lega karena nyawa mereka tidak jadi melayang di bantai Rinjani.
“Jangan ada yang berani bergeser sejengkalpun dari tempat duduk kalian, jangan sampai nyawa kalian melayang kalau tidak mendengar perintahku” teriak Rinjani dihapan ratusan perampok yang sudah bertekuk lulut.
Para perampok tentu tidak ingin meembuat kesalahan sehingga mereka menuruti semua perintah Rinjani, daripada nyawa mereka yang harus melayang. Kini merekapun harus patuh pada Rinjani, tidak sedikitpun memikirkan atau berfirasat akan kalah oleh seorang wanita muda yang kini tampak garang seperti malaikat pencabut yang siap mencabut nyawa mereka.
Rinjani kemudian melangkah ke arah kerumunan penduduk yang kini sudah tampak lebih tenang, walaupun masih ada wajah-wajah muram karena keluarga kerabay dan keeluarga-keluarga mereka dibantai oleh para perampok. Namun mereka kini punya harapan baru, saat mereka diselamatkan oleh sosok wanita muda yang belum dikenal.
“Anak manis siapa nammu” tanya Rinjani, sambil menghampiri dan berjongkok di hadapan seorang anak perempuan yang kira-kira usianya 8 tahun.
“Winar bibi pendekar” jawab anak kecil itu, tanpa rasa takut karena yakin wanita yang ada dihadapnnya merupakan orang yang baik.
“Jangan panggil bibi, panggil kakak Rin aja ya..” jawab Rinjani, yang meminta agar gadis kecil itu memanggil namanya.
“Baik bi..bi... eh kakak Rin” sahut Winar, hampir keceplosan memanggil bibi kembali kepada Rinjani.
Rinjani kemudian memegang bahu Winar dan mengangkatnya untuk berdiri bersama dan meminta berdiri di sampingnya. Dengan ramah Rinjani berkata kepada para penduduk, untuk kembali bangkit.
Dia juga mengingatkan bahwa apa yang sudah terjadi merupakan takdir, yang tidak perlu di tangisi berkepanjangan.
“Paman siapa namumu” tanya Rinjani, kepada salah seorang pria yang sudah cukup umur karena terlihat dari rambutnya yang sudah memutih sebagian.
“Janu tuan pendekar” kata pria itu menjawab pertanyaan Rinjani.
“Baiklah paman Janu, paman yang memimpin para penduduk laki-laki untuk memberihkan puing-puing rumah yang sudah hancur dan juga memguburkan mayat -mayat penduduk yang berserakan. Untuk para wanitanya memasak makanan, untuk makan bersama nanti saat selesai bekkerja” perintah Rinjani.
Tanpa di perintah dua kali, para penduduk yang pria langsung ambil bagian memersihkan puing-puing rumah yang dihancurkan para perampok juga mengumpulkan mayat-mayat yang berserakan. Kebanyakan mayat-mayat tersebut sudah tidak utuh akibat tebasan senjata tajam para perampok.
Rinjani kemudian berfikir, kalau dikerjakan penduduk tidak akan selesai dua hari tapi kalau dikerjakan secara bersama-sama dengan para perampok pastinya akan selesai lebih cepat.
“Hemm gimana caranya supaya para perampok itu tidak melarikan diri, padahal ada rencana bagus setelah ini” gumam Rinjani dalam hatinya.
“Jangan khawatir Rinjani, serahkan padaku. Suruh para perampok itu membuka semua mulutnya, nanti akan ku masukan anak-anak lebah yang masih putih ke mulut perampok itu. Nanti setelah di telan, anak lebah akan bereaksi dalam tubuh mereka. bila mereka menjauh lebih dari 400 tombak dari dirimu anak lebah akan berusaha keluar dari tubuh mereka karena tidak bisa merasakan keberadaanku” suara Ratu lebah atau trenggani terdengar dalam fikiran Rinjani.
Tanpa menunggu lama Rinjani kemabali melangkah ke kumpulan perampok yang dari tadi hanya mampu memandang Rinjani, tanpa mampu berani bicara ataupun bergeser dari tempat duduk mereka walaupun hanya sejengkal.
“Semuanya dengarkan perintahku, pada hitungan ke 3 kalian semua membuka mulut lebar-lebar. Jangan berani ada yang membantah kalau masih sayang nyawa kalian.satu.... dua.... tiga..” teriak Rinjani dengan lantang.
Secara serantak ratusan perampok tersebut membuka mulutnya tanpa berani melawan perintah Rinjani, sekejap kemudian Rinjani mengangkat tangannya. Seolah seperti hujan salju, dari tangan Rinjani keluar benda putih melesat dengan cepat menuju ke arah mulut para perampok. Saking cepatnya benda tersebut melesat, ketika meraka sadar hendak menutup mulutnya sudah terlambat karena benda tersebut sudah masuk kedalam perut mereka.
“Dalam tubuh kalian saat ini telah tertanam lebah beracun, bila kalian berusaha lari menjauh dan kabur di jarak 400 tombak lebih lebah tersebut akan bereaksi dan kalian akan merasakan sakit yang luar biasa dan mati mengenaskan” beber Rinjani, menjelaskan apa yang telah memasuki tubuh mereka.
Ratusan wajah para perampok tampak pucat, mereka tidak menyangka hidupnya kini bisa di kendalikan oleh seorang wanita belia yang memiliki kesaktian luar biasa. Wajah mereka bertambah pucat, karena kini mereka merasakan ada yang bergerak-gerak dalam perut mereka walaupun terasa halus.
“Sekarang kalian bantu para penduduk membereskan puing-puing rumah yang telah kalian hancurkan, kemudian juga bantu mereka menguburkan mayat-mayat penduduk yang telah kalian bunuh. Hasil jarahan kalian kumpulkan semuanya, hewan yernak dan bahan makanan pokok berikan kepada penduduk wanita buat di masak dan sisanya buat hari-hari berikutnya. Setelah selesai bekerja kalian juga pastinya akan merasa lapar” perintah Rinjani dengan lantang kepada ratusan perampok yang ada di hadapannya.
Ratusan perampok hampir terkejut mendengar perintah Rinjani, karena walaupun nyawa mereka berada di genggaman Rinjani tapi pendekar muda ini masih berbaik hati akan memberi makan mereka saat usai bekerja.
“Baik tuan pendekar” serentak para perampok, saat mendengar perintah dari Rinjani.
“Kamu Kardan dan Cibang awasi teman-temanmu jangan sampai ada yang bentrok sama penduduk, bila ada penduduk yang kesal kepada kalian jangan sampai kalian melawan. Atau kalain akan menanggung akibatnya. Cepat laksanakan perintahku” teriak Rinjani memerintahkan mereka agar segera bekerja.
Tak ingin membuat Rinjani marah, kemudian mereka bergegas menjalankan perintah yang di berikan oleh Rinjani. Walaupun kesal para perampok ini tidak bisa melawan kepada Rinjani, yang saat ini mampu mengontrol semua perampok karena ada anak lebah yang tertanamdi tubuh mereka.
Rinjani keemudian menghela nafas saat 187 perampok yang ada di hadapnya telah berbaur dengan penduduk untuk membereskan puing-puing dan menguburkan mayat-mayat yang berserakan.
‘Apa yang harus ku lakukan’ fikir Rinjani.
Kemudian Rinjani teringat sebuah syair dari kitab sastra yang dipelajarinya.
“Berbuat kebajikan tidak di ukur oleh banyaknya, tetapi dengan tulus iklas meskipun hanya sebesar biji padi”
Sesaat kemudian muncul suara di fikiran Rinjani, yang membuat hatinya tenang kembali.
“Jangan khawatir Rinjani, aku punya rencana kedpannya” ujar suara dalam fikiran Rinjani, yang merupakan suara Ratu lebah bernama Trenggani yang saat ini selalu memberikan jalan keluar bagi Rinjani.
Trengganipun menjelaskan rencana kedepannya, apa yang harus dilakukan terhadap ratusan perampok yang kini menjadi bertekuk lutut dan menjalankan setiap perintah Rinjani.
********
Cerita ini sengaja di buat agak detail sedikit, selagi penulis diberi kesehatan pastinya akan di up terus.
Kami ingatkan agar para pembaca setia menjaga kesehatan, di tengah wabah penyakit yang kini melanda negeri kita.
Semoga bacaan ini bisa menemani selama Lock Down.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
😎Zen Kamsider😎
97
2021-09-15
0
NurHafni
Aamiin thor.
psti...lnjut lg...makin seru ceritanya
2020-05-29
1