Pemandangan di istana langit sangat terlihat mengagumkan, sejauh mata memandang tampak gumpalan-gumpalan awan putih bersih menghiasi istana tersebut. Langit yang biru seolah menambah pesona keindahan istana langit tersebut, sehingga keindahan tersebut merupakan anugrah daei sang pencipta yang tiada taranya.
Dari jauh tampak sepasang dewa dewi tengah asyik terbang berdampingan, namun sesekali sepasang dewa dewi tersebut melihat ke belakang dan kesamping kiri kanan. Seolah khawatir takut kalau ada yang mengikutinya.
“Luhrinjani kita bergegas ke tepi danau kebadian dibalik bukit itu” teriak dewa disebelahnya.
“Baik kakang Baladewa” jawab Luhrinjani, sambil tersenyum manis.
Kedua Dewa Dewi tersebut rupanya sedang dimabuk cinta, sehingga keduanya secara nyata terlihat dari setiap pandangan matanya saling mengasihi dan saling mencintai.
Luhrinjani memiliki wajah hampir berbentuk oval dihiasi dengan mata bulat yang indah, berbulu mata lentik dan alis yang melengkung seperti bulan sabit. Hidungnya tampak mancung, bibirnya terlihat tipis berwarna merah. Di pipi kanan kiri pipinya terlihat dengan jelas ada lesung pipit saat tersenyum, menambah pesona kecantikan Luhrinjani sehingga siapapun pria yang memandangnya akan terpana.
Tidak sampai disitu, Luhrinjani memiliki mahkota rambut panjang sepinggang yang berwarna hitam legam seperti mutiara hitam yang bersinar.
Bagian dadapun tampak berisi dan padat, sehingga banyak mata pria yang memandang ingin memegangnya atau bahkan lebih. Kemudian bagian pinggangnya tampak ramping, panggulnya tampak agak besar sangat seimbang dengan bagian dada yang menonjol dan padat. Dan yang tak kalah membuat pesona kecantikannya yaitu kulit tubuhnya yang tampak putih bersih seperti salju, bahkan bulu-bulu halus tangannyapun terlihat walau agak samar.
“Dinda kita kebawah pohon persik, yang agak lebat kelihatannya ada bangku tempat duduk dibawah pohon itu” tunjuk Baladewa setengah berteriak kepada Luhrinjani.
“Baik kakang” kata Luhrinjani sambil memandang ke tempat yang ditunjukan oleh Baladewa.
“”Tap..tap.tap.”” dua pasang kaki tampak dengan mudah turun mendarat ke bawah pohon persik, saking tingginya ilmu kedua Dewa Dewi ketika mereka mendarat menjejakan kakinya di bawah pohon persik tanpa kesulitan sedikitpun.
Kemudian kedua Dewa Dewi tersebut duduk di kursi batu pualam yang berada dibawah pohon persik. Sambil duduk berhadap hadapan keduanya dipisahkan meja batu berbentuk bulat. Diatas meja tersebut terlihat garis-garis kotak, sepertinya meja tersebut digunakan juga sebagai bidak catur. Keduanya saling bertatapan penuh makna, seolah tak ingin terpisahkan oleh ruang dan waktu.
“Dinda Luhrinjani dua pekan lagi kakang akan menghadap orang tuamu Dewi Rembulan, untuk meminta restu menikahimu” Kata balaedewa dengan sorot tajam namun penuh keyakinan, kalau orang tua Luhrinjani pasti akan merestuinya.
Luhrinjani yang tadi menatap Baladewa penuh dengan kasih sayang perlahan menundukan wajahnya, tampak rona merah di kedua pipinya. Kemudian tampak bulir-bulir bening dari kedua kelopak matanya sebagai tanda tangis bahagia. Perasaannya seolah terbuncah meluap-luap dari dirinya, sehingga tanpa sadar hingga mengeluarkan air mata bahagia. Pria yang sangat dicintai akhirnya akan melamarnya, secara langsung kepada ibunya Dewi Rembulan yang merupakan penguasa langit tingkat ke 4.
Sementara Baladewa sendiri merupakan putra dari Dewa Matahari yang menjadi penguasa langit ke 5. Wajah Baladewa sendiri mampu menggegerkan semua wanita yang ada di istana langit, baik istana langit 1, 2,3,4 dan kelima karena ketampanannya nyaris sempurna ketampanannya melebihi pria seusianya.
Sedangkan untuk tingkat langit ke 6 jarang sekali para penghuni kayangan yang ada dibawahnya bisa mencapainya, kecuali para penguasa di masing-masing tingkatan 1-5 yang bisa menembus ke tingkat langit ke 6. Itupun atas undangan dari penguasa langit ke 6 yang bernama Dewa Nata.
“Kenapa Luhrinjani?” tanya Baladewa, yang di balas dengan gelengan dan sedikit senyuman oleh Luhrinjani saat menjawab pertanyaan Baladewa. Walaupun sedikit menunduk, senyuman Luhrinjani sangat mempesona bahkan dimata Baladewa walaupun langit berguncang tak akan peduli dia akanbterus menatapnya.
“Apakah dinda senang mendengar kata-kata kakang yang akan melamar dinda kepada orang tua dinda?” Tanya Baladewa kembali seolah ingin sebuah kepastian jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan.
Tatapan yang tajam dari Baladewa seolah membius Luhrinjani, dirinya tak mampu berkata-kata. Semakin dalam gadis itu menundukan kepalanya, namun panacaran bahagia tampak dari wajahnya yang tersipu-sipu saat mendengar setiap kata yang disampaikan Baladewa.
Luhrinjani akhirnya hanya bisa mengangguk tanda setuju dan mau dirinya dilamar oleh Baladewa tanpa bisa berkata-kata, dirinya sudah mantap dengan pilihan hatinya bahwa pria yang akan hidup bersama selamanya saat ini ada dihadapnnya. Kebahagiaan jelas terlihat di raut wajahnya yang bersinar, karena sebentar lagi mereka akan memadu kasih tanpa ada yang bisa menghalangi dan memisahkannya.
Baladewa yang mendapatkan jawaban Luhrinjani matanya tampak berbinar-binar, walaupun itu hanya anggukan dari Luhrinjani. Tanpa disadari oleh Luhrinjani, kini Baladewa berada di belakangnya. Terasa ada hembusan napas di tengkuk Luhrinjani, tanpa sadar Luhrinjani hanya mampu memejamkan mata sambil tetap duduk dikursinya. Dengan sedikit membungkuk dari belakang tubuh Luhrinjani yang masih duduk dibangku, Baladewa berbisik ditelinga Luhrinjani.
“Kita akan hidup bahagia” lirih Baladewa berbisik di telinga Luhrinjani, kemudian Baladewa memegang kedua jari jemari kedua tangan Luhrinjani walaupun posisinya masih dibelakang Luhrinjani. Luhrinjani hanya mampu memejamkan mata menikmati dan membayangkan kehidupan bahagia bersama Baladewa disisinya.
Sesaat kemudian, Luhrinjani tersadar. Sambil berdiri matanya terbelalak kemudian berbalik, wajahnya kini berhadap-hadapan satu jengkal dari wajah Baladewa. Kemudian menepiskan pegangan kedua tangan Baladewa dari tangannya.
“Celaka kakang kita telah melanggar aturan langit” kata Luhrinjani, dengan bibir bergetar dan rasa takut di wajahnya berkata kepada Baladewa.
Baladewa terhenyak dan tersadar, namun sesaat kemudian Baladewa tersenyum memberikan rasa nyaman kepada Luhrinjani.
“Dinda tenang saja, sekalipun langit runtuh Kakang tidak akan meninggalkan Dinda. Kita tanggung bersama akibatnya apapun yang akan terjadi” kata Baladewa sambil tersenyum, menenangkan Luhrinjani. Kemudian memegang kembali kedua tangan Luhrinjani, kali ini Baladewa mendekatkan bibirnya mengecup kening Luhrinjani.
Luhrinjani hanya bisa diam kemudian memejamkan matanya menikmati kecupan dari Dewa calon suaminya. Tidak sampai disitu, Baladewa kemudian mencium pipi kiri – kanan Luhrinjani. Kemudian perlahan mulai mengecup bibir tipis Luhrinjani.
Namun ketika bibir kedua Dewa Dewi ini bertemu, secara mendadak alam istana langit ke 4 seolah waktu berhenti dan diam tidak bergerak.
Ditempat lain.....
Di istana langit tingkat 1, tampak suasana mencekam karena dilanda Gempa mengguncang, tak ayal para penghuni istana langit ke satu berhamburan keluar rumah masing menyelamatkan diri untuk menghindari dari bangunan yang sewaktu-waktu akan rubuh akibat gempa.
“Kurang ajar siapa yang berani melanggar aturan langit” kata Dewa Roh sambil berdiri dari singgasana istananya. Dewa roh merupakan penguasa langit kesatu yang merasakan gempa hingga mengoncang singgasananya. Kebetulan penguasa istana langit kesatu saat itu tengah mengumpulkan para jendral dan hulubalang di aula istananya.
Sekejapan mata kemudian entah dari mana datangnya tampak ada sinar berwarna kuning keemasan dihadapan Dewa Roh, sinar itu kemudian membentuk sesosok tubuh berkilauan karena kebesaran baju jirah warna kuning kemeesan yang sangat terang.
“Dewa Nata!!! sembah hormat hamba Dewa Roh, beserta seluruh penghuni kepada penguasa seluruh langit” kata Dewa Roh sambil berlutut dan melipat kedua tangan diatas kepala mereka, serentak kemudian diikuti oleh seluruh yang hadir di Aula istana langit tersebut.
“Dewa Roh, bangunlah kita belum terlambat masih bisa menyelamatkan seluruh para penghuni istana langit tingkat ke satu. Kerahkan semua pasukanmu untuk menaikan para roh ke atas awan, karena istana langit kesatu sebentar lagi akan porak poranda dan tidak akan bisa ditempati lagi dalam waktu yang lama” kata Dewa Nata dengan penuh wibawa memberitahukan bencana yang akan terjadi di istana langit kesatu.
Dengan wajah tampak pucat, Dewa Roh kemudian menjawab “baik, kami akan melakukan sekuat tenaga untuk meenyelamatkan seluruh penghuni istana kesatu walaupun roh kami taruhannya hingga hancur” kata Dewa Roh dengan nada bergetar, membayangkan apa yang akan terjadi dengan seluruh tempat istana langit ke satu.
“Panglima Awan aku memanggilmu” kata Dewa Nata tampak perlahan berbicara, namun suaranya mampu menembus hingga ke tingkat langit ke 6.
Busss....ada suara hembusan angin, dalam sekejap mata muncul sesosok dewa dihadapan Dewa Nata. Kini dihadapan Dewa Nata sambil berlutut dan menyembah diatas kepala tampak pria tampan menggunakan jirah baju perang berwarna perak yang bersinar terang.
“Hamba menghadap penguasa seluruh langit” kata Panglima Awan, begitu sampai dihadapan Dewa Nata.
“Perintahkan seluruh awanmu untuk menyelamatkan para penghuni langit ke satu, mungkin ada jutaan roh yang harus diselamatkan. Jadikan setiap awan menjadi bahtera untuk para roh, kemudian bawa terbang tinggi diantara langit kesatu dan kedua” perintah Dewa Nata dengan suara yang sangat berwibawa.
“Hamba mengerti, siap melaksanakan perintah” jawab Panglima Awan, tanpa berani membantah ataupun bertanya atas perintah yang diberikan kepadanya oleh penguasa langit.
“Dewa Roh, perintahkan seluruh prajuritmu untuk menjadi nahkoda di bahtera awan milik Panglima Awan” kata Dewa Nata memerintahkan sabdanya kepada penguasa langit ke satu yaitu Dewa Roh.
“Setelah semua para penghuni langit ke satu selamat, semua akan hidup diatas awan tergantung antara langit kesatu dan ke dua selama 7000 ribu tahun. Sepertinya kerusakan yang akan ditimbulkan memerlukan waktu selama 7000 tahun untuk memperbaikinya. Ini sudah kehendak yang maha Agung penguasa dari seluruh penguasa benda hidup dan mati. Segeralah kalian semua bergegas sebelum seluruh wilayah istana langit ini luluh lantak” kata Dewa Nata memberikan sabdanya, sekejap kemudian langsung menghilang dari pandangan mata entah kemana.
Tanpa menunggu lama, Panglima Awan kemudian memanggil seluruh pasukan awannya. Puluhan ribu awan dari langit tiba-tiba melesat, seperti gunukan-gunukan kapas awan-awan tersebut melesat dengan cepat menuju ke istana langit kesatu.
“Dewa Roh, perintahkan setiap satu prajurit roh untuk menaiki satu awan sebagai pemimpin. Satu awan mampu menampung 1000 roh, jangan sampai terlambat sesuai sabda penguasa langit dewa nata” kata panglima awan memerintahkan kepada Dewa Roh, untuk bergegas keluar istana dan menaiki awan-awan yang sudah dipersiapkan Panglima Awan.
“Baik Dewa, perintah Dewa kami laksanakan secepatnya” jawab Dewa Roh, walaupun dirinya penguasa langit istana ke satu namun tak ada apa-apanya dibandingkan dengan kekuatan dan kesaktian Panglima Awan yang sekali jentikan kuku saja mampu membuat dirinya dan roh nya hancur berkeping-keping.
Tanpa diperintah dua kali, dewa roh kemudian memerintahkan seluruh jendral dan para punggawa istana langit kesatu untuk keluar istana. Sambil melesat terbang keluar istana Dewa Roh tampak takjub, dari jauh tampak puluhan ribu awan bergumpal-gumpal menuju halaman istana yang sudah dipenuhi oleh puluhan ribu prajuritnya.
Hari itu sebenarnya akan ada titah dari penguasa istana langit kesatu, sehingga seluruh prjurit roh dikumpulkan di halaman istana.
Sebelum titah disampaikan, Dewa Roh mengumpulkan terlebih dahulu para jendral dan punggawanya di aula kerjaan. Baru saja mereka berkumpul, terjadi gempa yang mengguncang dan munculnya penguasa seluruh istana langit yaitu Dewa Nata.
Saat Dewa Roh datang dihadapan puluhan ribu prajuritnya, sontak seluruh prajurit berlutut siap menerima titah dari penguasa langit kesatu.
“Hormat kepada penguasa langit kesatu, kami siap menerima titah penguasa” serentak puluhan ribu prajurit, sambil semuanya menundukan kepala.
“Berdirilah semuanya, kali ini kita akan menghadapi bencana yang tidak tau seperti apa dahsyatnya. Namun akan dipastikan seluruh tempat dan wilayah di istana langit ini akan luluh lantak tak tersisa. Kalian semua lihat diatas ada awan bergumpal-gumpal, setiap prajurit menaiki satu awan untuk menyelamatkan 1000 roh yang ada di istana langit ini. Bersiaplah kalian menaikinya”titah Dewa Roh kepada para prajuritnya.
Para prajurit yang mendengar titah tersebut tampak berwajah pucat, entah kekuatan apa yang akan mampu meluluhlantakan istana langit kesatu. Namun mereka tetap akan menjalankan tirah dan perintah penguasanya, wqlaupun belum tau bencana maha dahyat apa yang akan menghampiri istana langit kesatu.
Tak perlu di beri komando lagi, awan-awan dilangit yang sudah berkumpul langsung melesat satu persatu seolah mereka sudah tau siapa tuannya yang akan menaiki. Begitupun dengan para prajurit, satu persatu prajurit tanpa menunggu lama mereka melompat ke puluhan ribu gumpalan awan.
Kemudian prajurit tersebut menjadi nahkoda awan yang membentuk seperti pulau-pulau kecil.
Sementara Dewa Roh menaiki salah satu awan yang sudah disiapkan berikut dengan keluarga dan para dayang-dayang dan bebrapa prjurit. Begitupun dengan para jendral roh, mereka menaiki awan dengan para keluarganya dan seluruh dayang-dayang yang ada dikediaman para jendral tersebut.
Disisi lain, tampak Panglima Awan mengawasi dari atas langit. Sambil mengawasi apa yang akan terjadi, fikirannya berkecamuk penuh tanya tanpa bisa mendapatkan jawaban yang pasti.
“Bencana apa yang akan terjadi? Hingga penguasa seluruh langitpun tak bisa menghentikannya. Siapa Dewa Dewi yang telah membuat kekacauan ini terjadi? Berani melanggar aturan langit? Mungkin ini semua kehendak yang Agung penguasa dari semua penguasa yang hidup dan yang mati” gumamnya, sambil termenung memandang istana langit kesatu dan memastikan seluruh awannya bergerak sebagaimana perintahnya.
Begitu seluruh prajurit selesai menaiki awan, istana langit kembali bergoncang lebih dahysat seolah seperti gempa yang berkekuatan tinggi. Beruntung seluruh penghuni istana langit sudah keluar dari tempat kediaman masing-masing menuju ke tanah yang luas ataupun ke jalan-jalan yang jauh dari bangunan kediamannya. Mereka belum tau apa yang akan terjadi, tiba-tiba awan mendekat kemudian prajurit roh yang menjadi nahkoda berseru, agar semua penghuni naik ke atas awan yang membentuk seperti pulau.
Hanya beberapa saat kemudian, terjadi lagi gempa. Gempa kali ini lebih dahsyat dari gempa yang kesatu dan kedua, gempa kali ini sungguh luar biasa semua bangunan tampak roboh terkena guncangan gempa. Bahkan istana langit kesatu yang terlihat sangat kokohpun hanya sekejapan mata hancur berkeping-keping roboh dengan tanah, dentuman-dentuman keras terjadi dimana-mana hal ini akibat banyaknya bukit-bukit indah yang menyerupai gunung-gunung kecil meletus mengeluarkan magma dari dasar bukit tersebut kemudian saling bertabrakan akibat dahsyatnya gempa yang terjadi.
Beruntung semua para penghuni dari istana langit kesatu sudah menaiki awan-awan yabg berbentuk seperti pulau, sehingga dipastikan dalam kekacauan bencana tersebut semuanya selamat. Tampak wajah-wajah murung dari jutaan para roh, karena tempat tinggal mereka luluh lantak tidak tersisa. Daratan-daratan tampak terbelah disana sini dari rengkahan keluar cairan-cairan magma api yang sangat panas, sehingga tidak mungkin untuk ditempati lagi.
Tidak sampai disitu, setelah gempa yang ketiga bergoncang dahsyat entah darimana datangnya air bah bergelombang menyapu bersih setiap benda yang ada di daratan istana langit kesatu. Seperti tsunami air terus bergerak bergelombang bahkan semakin tinggi, hingga menggenangi seluruh istana langit kesatu. Kini yang terlihat hanya hamparan air yang menggenangi seluruh istana langit kesatu, suasana tampak hening seolah tak pernah terjadi apa-apa.
Di istana langit ke 6 .....
“Dewa Bumi, Dewa Air, Dewi Bulan dan Dewa Matahari apa yang akan kalian lakukan terhadap pembuat bencana jika istana-istana langit kalian tertimpa bencana seperti yang terjadi pada istana langit ke satu yang dipimpin Dewa Roh?” tanya Dewa Nata kepada para dewa dan sekaligus penguasa disetiap tingkatan istana langit.
Semua para dewa yang ada dihadapan Dewan Nata hanya tertunduk, tidak berani berkata-kata seolah mulut mereka terkunci. Jelas raut wajah marah terpancar di wajah para dewa tersebut, mereka tidak menyangka kekuatan yang maha dahsyat melululantakkan seluruh istana langit tingkat ke satu.
Dari keempat dewa tersebut, tentu dewa Matahari yang terkuat Bahkan kekuatan dewa matahari bila diperintahkan menghancurkan dunia manusia akan semudah membalikan tangan. Tapi ini istana langit tingkat kesatu untuk meluluhlantakan istana langit, walaupun dirinya memiliki kekuatan tak akan mampu meluluhlantakan istana langit sedahsyat itu.
Para dewa itu mengetahui kejadian di istana langit kesatu saat Dewa Nata membuka tabir dimensi di aula pertemuan, tabir dimensi tersebut seolah layar yang bisa memperlihatkan secara langsung apa yang terjadi di istana langit ke satu.
“Ampun penguasa para langit, hamba tidak berani memberikan keputusan. Hukuman terberat pastinya yang harus diterima pembuat bencana tersebut” jawab Dewa Matahari, memberanikan diri mengeluarkan pendapatnya sambil tetap berlutut dan tertunduk dihadapan penguasa seluruh istana langit yaitu Dewa Nata.
“Bahkan dirikupun selaku penguasa dari seluruh tingkatan istana langit tidak akan mampu melakukan kerusakan yang begitu dahsyat di istana langit kesatu dalam waktu singkat. Ini merupakan takdir dari Penguasa yang Agung penguasa dari segala penguasa yang hidup dan yang mati” kata Dewa Nata menjelaskan, semua kerusakan dan bencana maha dahsyat tersebut tidak bisa dihindari dan harus terjadi.
“Bencana ini terjadi karena larangan istana langit telah dilanggar oleh sepasang dewa-dewi yang sedang dimabuk asmara, sehingga nafsu angkara murka mengalahkan hati dan fikiran jernihnya” beber Dewa Nata, memberitahukan kepada para dewa atas terjadinya bencana tersebut.
“Penguasa Agung penguasa dari para penguasa yang hidup dan yang mati memberikan teguran kepada kita semua, walaupun kita berada di istana langit aturan langit tetap berlaku. Baik semuanya berdiri, kita ke istana langit tingkat 4 dimana dewa dewi tersebut berada” kemudian para dewa berdiri bersiap untuk pergi bersama penguasa langit atau dewa nata ke tempat dewa dewi yang dimaksud.
Mendengar istana langit ke 4, yang paling terpukul pastinya penguasa istana langit tingkat 4 yaitu dewi bulan. Dengan muka merah penuh amarah Dewi bulan hanya mampu menahan kemarahannya, dalam hatinya berkata siapa dewa dewi yang berani berbuat kurang ajar diwilayah istana langitnya.
Dalam sekejap Dewa penguasa seluruh tingkatan langit telah tiba dimana Baladewa dan Luhrinjani berada, diikuti oleh keempat Dewa penguasa yang mengikutinya.
Begitu Dewa Nata berada dihadapan Baladewa dan Luhrinjani, secara ajaib waktu yang tadinya berhenti langsung normal seperti sedia kala seolah tak ada yang terjadi.
Baladewa dan Luhrinjani yang tengah beradu bibir langsung terkejut saat mengetahui siapa yang datang, karena bagaimanapun semua yang datang merupakan dewa penguasa langit. Terlebih lagi saat melihat dewa penguasa seluruh langit, keduanya gemetar sambil tiba-berlutut merapatkan tangan diatas kepala sambil bercucuran air mata memohin ampun.
“Anak durhaka, beraninya kalian mengotori istana langit akan kuhancurkan jasad kalian bersama rohnya” geram Dewi Bulan, saat mengetahui bahwa yang melanggar aturan langit adalah anaknya sendiri. Dewi Bulan kemudian mengangkat tangannya, terlihat cahaya putih diselimuti warna kekuningan seperti cahaya rembulan.
Kekuatan yang dikeluarkan Dewi Bulan merupakan kekuatan tahap pertama dari cahaya bulan sabit, namun kekuatannya mampu menghancurkan satu benua didaratan bumi.
“Tahan Dewi Bulan, nafsu tidak akan menyelesaikan perbuatan nafsu. Penguasa Agung penguasa dari segala penguasa yang hidup dan yang mati telah memberikan hukuman yang setimpal kepada mereka berdua” ucap Dewa Nata dengan nada yang berwibawa, mengingatkan kepada dewi bulan untuk tidak menurunkan hukuman berdasarkan nafsu amarah.
“Ampun penguasa seluruh para langit, walaupun Luhrinjani putri hamba sendiri hamba tidak akan segan-segan menurunkan hukuman berat kepada putri hamba” kata Dewi Bulan sambil berlutut dihadapan Dewa Nata.
“Bagaimana denganmu Dewa Matahari?” tanya Dewa Nata yang sekilas menatap wajah Dewa matahari, yang tampak dengan jelas muka Dewa Mataharipun tampak merah padam menahan kemarahan kepada putranya Baladewa yang telah melanggar aturan langit.
“Penguasa dari seluruh langit, tinggal perintah hamba, bila mereka ingin hamba hancur leburkan dalam sekejappun akan hamba leburkan dengan seluruh rohnya” jawab Dewa Matahari sambil berlutut dan merasa malu akibat perbuatan anaknya itu satu istana langit tingkat satu porak poranda.
“Baiklah, tapi sebelumnya saya ingin bertanya kepada putramu Baladewa dan putri Luhrinjani. Putra Dewa Matahari dan Putri Dewi Bulan, atas perbuatan kalian yang melanggar peraturan langit satu istana langit tingkat kesatu musnah porak poranda. Apa yang ingin kalian sampaikan sebelum menerima hukuman?” tanya Dewa Nata dengan suara tetap berwibawa dan tatapan tajam kepada sepasang dewa dewi yang terus tertunduk dan tidak berani mengangkat wajah sedikitpun.
Dengan nada beegetar Baladewa akhirnya berbicara secara perlahan, namun tampak jelas terdengar. Sementara Luhrinjani tak henti-hentinya meneteskan air mata, terbayang hukuman yang akan menimpa kepada dirinya.
“Hamba sangat menyesal akibat perbuatan hamba berdua membuat susah semua penguasa istana langit, hamba memohon maaf dan memohon ampun atas segala kehancuran yang terjadi di istana langit tingkat kesatu. Apapun hukumannya kami berdua siap menerimanya. Ayah mohon maafkan kelakuan anakmu yang telah membuat malu ayah, begitupun kepada Dewi Bulan saya atas nama putri anda memohonkan beribu ampun atas semua perbuatan yang telah kami lakukan” Baladewa berkata dengan bergetar, seolah penyesalan yang mereka katakan sudah terlambat dan siap menerima hukuman seberat apapun walaupun mereka akan dimusnahakan dan dihancurkan berkeping-keping.
“Baladewa dan Luhrinjani, kalian sudah mengakui kesalahan yang telah kalian perbuat. Kalian juga telah menyesali atas perbuatan yang kalian lakukan, hukuman langit tetap harus dijalankan karena ini semua sudah takdir yang tidak bisa di elakkan. Jasad kalian berdua akan dihancurkan, namun roh kalian tidak akan dimusnahkan. Kalian akan bereinkarnasi ke alam dunia pana. Namun Reinkarnasi yang akan kalian jalani sangat berat, yaitu kalian akan berenkarnasi selama 7 kali reinkarnasi. Setiap satu kali Reinkarnasi, hidup kalian akan penuh liku-liku kesusahan kalian harus tetap berbuat kebajikan namun diakhir kalian akan menemukan kebahagiaan. Saat kalian mendapatkan kebahagiaan, saat itulah kalian akan kembali bereinkarnasi kembali hingga 7 kali Reinkarnasi. Namamu kini menjadi Dewi Kenikmatan dan Dewa Pemuas Kenikmatan. Pejamkan mata kalian, terimalah hukuman langit yang merupakan sudah takdir kalian” kemuadin tanpa diminta persetujuan, Dewa Nata mengangkat tangannya dan melambaikan tangan kepada kedua dewa dewi tersebut. Secara perlahan tubuh dewa dewi itu hancur menjadi butiran-butiran cahaya kemudian menghilang dari pandangan.
“Dewa Bumi, Dewa Air, Dewa Bulan dan Dewa Matahari dengarkan Sabdaku” Dewa Nata kemudian mengangkat tangan. Dewa Bumi dan Dewa Air yang sejak tadi mematung berdiri kemudain mengambil posisi berlutut, desebelah Dewa Matahari dan Dewi Bulan yang telah berlutut terlebih dahulu.
“Istana langit merupakan simbol dari segala simbol, simbol keadilan dari seluruh keadilan, simbol hukum dari seluruh simbol hukum. Yang bersalah harus menerima hukuman dengan seadil-adilnya. Istana langit merupakn simbol kehancuran dari segala kehancuran dan simbol kemakmuran dari segala kemakmuran. Semua yang terjadi hari ini merupakan takdir dari Penguasa Agung Penguasa dari seluruh penguasa yang hidup dan yang mati. Kalian semua kembalilah ke Istana langit kalian, saampaikan sabdaku kepada seluruh penghuni istana kalian. Diriku akan pergi ke istana langit tingkat satu untuk memperbaiki seluruh dataran istana disana, setidaknya akan memakan waktu 7000 tahun memperbaikinya” sabda Dewa Nata, kemudian ada suara seperti hembusan angin perlahan, sebuah tanda Dewa Nata selaku penguasa istana seluruh tingkatan langit telah lenyap entah kemana.
Keempat dewapun kemudian melakukan hal yang sama meninggalkan tempat tersebut, keempatnya dalam waktu sekejapan mata sudah menghilang dari pandangan mata.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!