Diufuk timur tampak ada sedikit sinar matahari berwarna merah pertanda malam belum berganti siang setuhnya, cahayanya masih remang-remang. Namun kokok ayam sudah mulai terdengar mulai bersahutan, pertanda sebentar lagi pagi akan menjelang.
Secara perlahan Rinjani membuka matanya, suasana dalam kamarnya tampak gelap agak remang-remang. Karena saat dirinya masuk ke alam taman sejuta bunga sore hari, selama dua belas hari di alam taman sejuta bunga sama dengan 12 jam waktu di dunia kini.
Setelah sadar Rinjani kemudian menatap tangan kanannya, dirinya melihat 3 kuntum bunga mawar berwarna keemasan. Bunga wamar itu agak lain dari bunga mawar yang biasa, karena setiap bunga hanya terdiri dari 7 kelopak bunga.
Rinjani ingat pesan dar Trenggani, untuk mengkonsumsi kelopak bunga tersebut secara langsung. Kemudian dirinya memgambil 1 kelopak bunga dan mencernanya. Kelopak bunga yang di konsumsi Rinjani kemudian mulai bereaksi, Rinjani berkonsentrasi untuk menyerap Qi murni dari kelopak bunga tersebut.
Dalam waktu 30 menit, akhirnya Rinjani berhasil mengalirkan Qi murni yang telah di serap menuju tempat penyimpanan yang berbentuk kolam dai antara kedua alis matanya. Secara samar saat Qi murni memasuki wadahnya tersebut membuat kening Rinjani sedikit bercahaya, cahaya itu membentuk tanda bulan sabit.
Saat Qi murni yang telah diserap masuk semua ke area tempatnya, Rinjani merasakan hawa yang sangat sejuk. Kemudian tenaga dalam tubuhnya seperti berlipat lipat, tubuhnya kini lebih ringan dan lebih bertenaga.
Rinjani kemudian mengkonsumsi lagi dua kelopak bunga mawar emas, kali ini tempat Qi Murni yang berbentuk kolam diantara kedua alisnya mulai tampak ada aliran energi walaupun masih sedikit. Setelah selesai Rinjani kemudian menambah kembali jumlah yang di konsumsinya yaitu 3 kelopak. Hal itu dilakukan terus menerus hingga selesai mengahabiskan 3 bunga mawar emas.
Saat menyerap kelopak yang terakhir yaitu sebanyak 6 kelopak, perlahan tubuh Rinjani terangkat hingga dua jengkal dari tempat duduknya. Seolah tubuhnya melayang di udara, hal itu tanpa disadari oleh Rinjani karena matanya masih tertup dan berkonsentrasi penuh untuk menyerap sumber Qi murni dari kelopak bunga mawar emas.
Kolam yang berisi Qi murnipun kini sudah terlihat separuhnya terisi, Rinjani kini merasakan lingkaran tenaga dalam ditubuhnya semakin bertambah banyak. Diperkirakan saat ini Rinjani memiliki tenaga dalam sebanyak 1800 lingkaran, kekuatan yang sangat luar biasa dan mengerikan kini dimiliki oleh Rinjani.
Belum lagi aliran Qi murni yang saat ini telah terisi, semakin banyak Qi murni dalam tubuh Rinjani, semakin besar pula tenaga dalam yang di miliki.
Perlahan Rinjani membuka kelopak matanya, yang tadinya sempat duduk melayang kini sudah kembali seperti semula. Namun perubahan tubuh yang dirasakan oleh Rinjani kini jauh berbeda, karena tubuhnya terasa seringan kapas.
Perubahan pada tubuhnyapun ia rasakan, ada beberapa tempat yang terasa sesak di tubuhnya. Perlahan Rinjani turun dari ranjangnya, menuju cermin yang menempel di dinding. Rinjani kemudian bercermin, dirinya merasa kaget karena bagian dadanya yang kenyal dan lembut terasa lebih besar sekarang.
“Pantas terasa sesak, pakaian dalamku sudah tidak muat menyangganya” Rinjani memperhatikan dua gunukan besar berwarna putih yang sebagian sudah menyembul karena tempat menahannya sudah kekecilan.
Rinjani kemudian membersihkan diri, dan mengganti pakaian dalam yang sudah merasa sempit untuk dipakai. Dengan langkah mantap, Rinjani keluar dari rumah mendekat ke kuburan neneknya.
“Nenek hari ini cucumu akan keluar dari dalam jurang ini, maafkan karena harus meninggalmu” lirih Rinjani didepan makam neneknya sambil berjongkok, tak terasa air matanya mengalir dari beening bola matanya ke kedua pipinya yang tampak putih dan halus.
Penampilan Rinjani kini lebih seksi dari sebelumnya, walaupun usianya mau menginjalk 10 tahun namun teelihay seperti wanita berusia 16 tahun. Hal itu berkat dari pemikirannya yang jauhblebih dewasa daei anak seusianya dan juga pengaruh kekuatan yang kini bersemayam di tubuhnya.
Rinjani kemudian beranjak dari makam neneknya, setelah berjalan sekitar sepeminuman teh Rinjani berhenti. Kemudia kepalanya mendongak ke atas, melihat celah dari jurang tersebut yang tingginya hampir 100 meter.
“Nenek pernah bilang di sini jalan keluar dari jurang ini, batu ini tandanya” gumam Rinjani.
Rinjani kemudian mengalirkan tenaga dalam ke kakinya, sekali hentak belasan meter Rinjani mampu naik kemudian seperti menempel di tebing Rinjani menghentakan kembali kakinya. Sekitar 7 kali hentakan setiap menempel di dinding jurang, akhirnya rinjani sampai di bibir jurang. Kemudian bergegas naik dan berjalan masuk menuju hutan yang berada di bibir jurang.
Setelah sampai di pinggir hutan, Rinjani terasa lapar. Kemudian dirinya mencari hewan buruan yang bisa dimakan, untuk mengganjal perutnya yang terasa lapar. Tak berapa lama Rinjani sudah membawa seekor ayam hutan, kemudian membuat perapian dan membakar ayam hutan tersebut.
Sambil memakan ayam hutan yang sudah matang, Rinjani teringat akan sebuah kalimat sastra yang ia pelajari dan baca selama tinggal di dalam jurang.
“Semakin besar kekuatan yang dimiliki, maka akan semakin besar pula tanggungjawab yang akan dipikul. Jalani jangan di caci, nikmati jangan ditakuti” demikian kalimat satra yang di bacanya.
Setelah merasa cukup kenyang, Rinjani kemudian melanjutkan perjalanannya namun entah kemana karena dirinyapun bingung baru kali ini berada di luar seumur hidupnya.
Akhirnya Rinjani menuruti kata hatinya, sambil meloncat dari satu pohon ke pohon lain Rinjani terus menyusuri pinggiran hutan. Hampir menjelang sore, Rinjani akhirnya sampai di pinggiran hutan yang berbatasan dengan pedukuhan.
Baru saja berhenti di pinggiran yang berbatasan dengan pedukuhan, Rinjani dikejutkan dengan teriakan-teriakan permintaan tolong yang terdengar samar-samar dari pedukuhan yang berada di lembah tersebut. Pandangannya diarahkan ke pemukiman penduduk, asap tebal tampak mengepul dimana-mana seperti sedang ada kekacauan di peduluhan tersebut.
“Aku harus segera bergegas menolong penduduk, sepertinya mereka tengah di serang oleh kawanan perampok” batin Rinjani, yang kemudian melesat menuju ke pemukiman penduduk.
Setelah sampai di pinggiran rumah penduduk di pedukuhan tersebut, Rinjani berhenti kemudian berjalan. Menyusuri jalan yang sudah tampak sepi, matanya memandang dengan penuh waspada mengawasi bila ada musuh yang membokongnya.
Tatapan Rinjani tampak mulai agak berkunang-kungan, saat melihat beberapa tubuh bersimbah darah dan sudah tidak bernyawa.
Banyak anggota tubuh yang dilihatnya sudah berpisah dari tubuh utamanya, ada yang kepalanya terpenggal, dadanya terbelah, isi perutnya tercerai berai, kakinya buntung, tubuhnya terbelah dua dan semakin berjalan semakin banyak tubuh yang sudah binasa.
“Uuuuuaooooooo,,, ooooooo,ooooo...” tiba-tiba Rinjani muntah tak kuat mencium bau amis darah, ma’lum saja walaupun dia memiliki kekuatan bertarung dalam tubuhnya, baru kali ini Rinjani melihat mayat yang tidak karuan dengan darah dimana-mana sehingga tubuhnya merasa mual dan pusing.
******
Disebuah pekarangan yang cukup luas tampak puluhan penduduk dikumpulkan, ada sekitar 6 baris mereka berbaris dengan berjongkok meraka tertunduk pasrah dengan muka pucat siap menunggu antrian untuk eksekusi.
Penduduk yang jumlahnya puluhan tersebut terdiri dari tua muda, pria, wanita bahkan anak-anak yang semuanya sudah pasrah menunggu ajal menjemput.
Dengan di kurung oleh sekitar 200 perampok meraka tampak tidak lagi berani melawan, disamping jumlah yang kalah banyak mereka juga tidak memiliki ilmu bela diri.
“Bunuh semua penduduk jangan ada yang tersisa, kumpulkan semua harta benda dan hewan ternaknya buat berpesta malam ini di markas kita. Pisahkan wanita-wanita muda yang akan kita jadikan pemuas nanti malam” teriak pimpinan perampok yang terlihat sangar dari atas kuda, dengan tubuh berotot yang tampak bertelanjang dada. Kumis melintang, cambangnya hingga memnuhi sebagian wajahnya. Kemudian juga di pinggangnya terselip dua buah golok yang cukup besar dan panjang.
“Baik wakil ketua, saya siap memotong leher para penduduk. Sepertinya sudah tidak ada lagi penduduk yang tersisa” kata anak buah perampok sambil memberikan laporan kepada pimpinan perampok.
“Bagus Maruta, cepat bereskan semuanya” pimpinan perampok memberikan perintah.
Tanpa menunggu perintah dua kali perampok yang bernama maruta segera menghunus goloknya, bersiap untuk menanggalkan leher penduduk yang sudah pasrah satu persatu. Saat ayunan golok satu jengkal lagi akan memutus salah satu leher penduduk yang berada di barisan paling depan, sebuah benda melesat mengenai pergelangan tangan Maruta.
“Creeebbbb...Aaaaaaaaa....” teriak Maruta, sambil melotot melihat tangannya yang berdarah terkena tusukan benda keras, goloknyapun spontan terjatuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
😎 ȥҽɳƙαɱʂιԃҽɾ 😎
77
2021-09-15
0
Tita Nurhalimah
menarik
2020-08-20
0
Lestari Tari
semangat kk
2020-06-09
0