Dengan mata melotot perampok yang akan membunuh penduduk juga meringis menahan rasa sakit, di tangannnya kini menancap sebuah bunga mawar berwarna hitam.
Sesaat kemudian tubuh perampok itu tumbang dengan wajah membiru tanda keracunan, hanya dalam hitungan beberapa menit seluruh aliran darahnya telah bercampur dengan racun dari bunga mawar hitam yang menancap di tangannya.
“Kurang ajar siapa yang berani bermain-main dengan perampok bukit tengkorak” teriak pimpinan perampok yang merasa terkejut dengan serangan mendadak hingga anak buah kepercayaan tak bernyawa dengan meengenaskan.
Rinjani yang tengah mengendap-ngendap mengawasi situasi, kemudian bersembunyi di balik reruntuhan rumah penduduk yang dihancurkan para perampok. Saat itulah dirinya melihat puluhan penduduk bersiap akan di tebas lehernya satu persatu oleh para perampok.
Saat Rinjani bingung harus berbuat apa, mendadak mengiang dalam fikirannya seolah ada yang berbicara dengannya. Yang memerintahkan Rinjani berkonsentrasi, kemudian mengambil bunga mawar berwarna hitam untuk dijadikan senjata rahasia yang sangat mematikan.
“Apakah kau Trenggani..??” tanya Rinjani dalam fikirannya.
“Iya, gunakan mawar hitam sebagai senjata” jawab Trenggani. Sesaat kemudian Rinjani sudah menggenggam beberapa tangkai bunga mawar hitam ditangannya, kemudian mengambil satu tangkai bunga dilemparkan ke perampok yang hendak memotong leher seorang pria setengah abad yang merupakan penduduk pedukuhan setempat.
Dengan tenang Rinjani kemudian keluar dari tempat persembunyiannya yang jauhnya hampir 20 tombak dari tempat berdirinya para perampok. Lenggak lenggok Rinjani dengan lemah gemulai tersebut, membuat mata para perampok melotot seolah biji matanya ingin keluar saat melihat tubuh Rinjani yang menggiurkan.
“Hahahahhahahha hanya seorang Gadis, hei Nona sebaiknya engkau ikut bersamaku untuk bersama-sama mereguk manisnya sorga dunia” ujar pimpinan perampok, saat melihat yang muncul seorang gadis cantik dihhadapannya.
Rinjani hanya tersenyum sinis, memperhatikan ratusan mata perampok yang seolah-olah ingin menelanjangi dirinya. Rinjani kemudian teringat sebait kalimat yang ada dalam kitab satra yang dipelajarinya.
“Dunia ini kejam, seperti ular yang dapat mematikan. Taklukan ular itu dengan memenggal kepalanya”.
“Hemmm dia rupanya pimpinan perampok” gumam Rinjani, kini pandangan Rinjani diarahkan ke pimpinan perampok tersebut.
“Baik aku akan ikut denganmu asal kau bisa mengalahkanku” kata Rinjani sambil menyunggingkan tersenyum kepada pimpinan perampok.
“Hahhahahhaha aku akan menang besar kali ini, akan ku serahkan dirimu kepada pimpinan tertinggiku tuan Tarada dia pasti senang. Setelah itu baru sisanya diriku akan bersenang-senang dengan dirimu. Perkenalkan diriku Carta wakil komandan ke 9 perampok lembah tengkorak” kemudian Carta bersalto turun dari kudanya, kini posisi Carta telah berhadap-hadapan dengan Rinjani sekitar satu setengah tombak.
Sesekali Carta terlihat membasahi bibirnya dengan lidahnya, ia yakin gadis yang berdiri dihadapannya masih sangat ranum dan belum pernah ada yang menjamahnya. Dilihat dari postur tubuh, bodi bagian bawah dan bagian atas semua masih terlihat masih sangat kencang.
“Tidak seperti wanita-wanita peliharaanku bagian dada dan bagian pinggulnya sudah turun, gadis ini masih masih singset tanda dia masih perawan” gumam Carta dalam hatinya, sehingga dirinya enggan menggunakan golok akan menghadapi Rinjani dengan tangan kosong.
Carta kemudian memasang kuda-kuda dan langsung menyerang ke arah Rinjani, niat Carta tadinya hanya akan melumpuhkan Rinjani dengan cara menotoknya.
Namun yang kini dihadapi Carta merupakan wanita yang memiliki tingkat kependekaran jauh diatasnya. Karena nafsu yang menggebu, fikiran Carta telah di kuasai oleh nafsu ingin memiliki tubuh Rinjani sehingga tidak bisa berfikir jernih.
Dengan tenang Rinjani menyambut serangan Carta, karena Rinjani dapat merasakan Carta masih berada di tingkat pendekar tahap awal tingkat Akhir sementara Rinjani berada di tahap pendekar menengah tingkat akhir. Karena saat dirinya memiliki aliran Qi murni dalam tubuhnya secara spontan tenaga dalam dirinya meningkat 10 kali lipat dari sebelumnya.
Carta mengerahkan tenaga dalam hampir 100 lingkaran dialirkan ke seluruh tubuhnya, Carta bergerak cepat menusukan tangannya ke arah leher Rinjani. Dengan senyum menyungging mengerahkan tenaga dalam 200 lingkaran, kemudian hanya menghindar kesamping sedikit saja.
Sehingga tangan Carta yang hendak menotok leher Rinjani hanya lewat setengah jengkal saja dari leher Rinjani.
Para anak buah Carta yang memperhatikan pertarungan tampak tersenyum gembira, karena sesaat lagi wanita itu akan dikalahkan oleh pimpinannya dengan mudah. Ratusan mata para perampok sangat berbinar-binar ketika Carta menyerang, mereka semua yakin wanita itu akan mudah dikalahkannya.
“Wus.....”” sambaran tangan Carta hanya lewat di samping leher Rinjani, Rinjani kemudian menangkis tangan Carta dengan tangan kirinya.
“Kraaak...””” bunyi tulang beradu, sesaat kemudian Carta terhuyung menahan sakit karena tulang pergelanganya terasa remuk. Secepat kilat Rinjani menggeser kuda-kudanya kesamping lalu memukul tulang punggung Carta dengan menggunakan tangan kanan nya.
“Mati kau.....””” teriak Rinjani,,,
disusul dengan suara ‘’’Kraaaakkkkk..’’’seolah ada kekuatan yang menghancurkan tulang belakang Carta saat tangan kanan Rinjani menghantam tulang punggung Carta.
“Aaaaaaaaaaaa...”””” Jerit Carta, merasakan sakit yang luar biasa. Dirinya tak menyangka akan dikalahkan oleh seorang gadis belia hanya dengan satu gerakan.
‘’’Bruk’’ tubuh Carta ambruk, darah segar jeluar dari mulutnya tiada henti sedangkan matanya terbeliak tidak percaya.
“Ssssiiiiaaaappaaaa kau sebenernyaaaa..””” tanya Carta, yang kemudian menghembuskan napas terakhirnya dengan mata melotot seakan tidak percaya apa yang telah terjadi.
Ratusan perampok yang menyaksikan pimpinannya ambruk hanya bisa terbengong-bengong, bahkan beberapa diantaranya menggosok-gosokan tangannya ke mata tanda tidak percaya.
Namun ada pula puluhan perampok yang sadar dengan keadaan yang tidak menguntungkan tersebut, mereka sudah ambil langkah seribu, berlari menjauh.
Baru saja beberapa langkah berlari, para perampok yang berusaha kabur berteriak setelah tubuh-tubuh mereka terkena sekuntum bunga mawar hitam.
“Aaaaaa...” bruk mereka ambruk, kemudian mengelinjang beberapa kali dan mati dengan tubuh keracunan.
“Berhenti kalian semua jangan kabur kalau tidak ingin mati oleh bunga mawarku” teriak Rinjani, memperingatkan.
Spontan puluhan perampok yang akan kabur menghentikan larinya, wajahnya tampak ketakutan karena melihat rekannya yang paling depan mati secara mengenaskan terkena bunga mawar hitam yang merupakan senjata mematikan.
Merekapun berbalik arah kemudian bersimpuh seperti bersujud memohon ampunan agar Rinjani mengampuni selembar nyawanya, karena kini mereka tau betapa hebatnya wanita tersebut.
Namun sekitar 10 tombak didepan, 5 orang perampok berusaha kabur deengan cara berlari pontang panting meninggalkan tempat tetsebut secepatnya.
“Pukulan mawar berduri..”” teriak Rinjani, terdengar deru seperti angin ****** beliung dari tangan rinjani. Pukulan yang dikeluarkan kali ini dibarengi dengan 300 lingkaran tenaga dalam.
Dampaknya 5 orang perampok yang lari tunggang langgang langsung disapu oleh pukulan Rinjani, kemudian berhenti saat tubuh-tubuh itu membentur pepohonan. Bahkan ada pohon yang hingga roboh karena terkena benturan dengan tubuh para perampok. Terdengar suara erangan dari ke 5 para perampok, yang kemudian hilang tanda mereka sudah tidak bernyawa.
“Siapa lagi yang akan kabur.... biar menyusul ke neraka sekalian” teriak Rinjani, kepada para ratusan perampok yang tersisa.
“Ampun tuan pendekar ... kami tidak berani” ujar para perampok secara spontan menjawab, sambil meletakan senjata dan melakukan gerakan bersujud sambil menggigil ketakutan.
Di benak meraka kini yang terfikir bagaimana caranya supaya selamat tidak terbunuh, oleh wanita yang kini dianggapnya sebagai iblis pencabut nyawa.
“Hai kamu..... siapa namamu” ujar Rinjani, bertanya kepada salah seorang perampok yang paling depan bersujud kepadanya.
“Saa...saaa..saaayaa Kardan..” denga terbata perampok itu menjawab.
“Hei Kadrun, buka semua tali-tali yang mengikat penduduk” perintah Rinjani.
“Bbbbaabbbaaaik tuan pendekar, nama saya Kardan bukan Kadrun” ujar Kardan masih dengan terbata-bata, menjawab perintah Rinjani sambil membenarkan namanya yang tadi salah disebutkan Rinjani.
“Sudah cepat buka ikatan-ikatan tali di tubuh para penduduk” teriak Rinjani, memasang wajah galak.
“Hei... kamu siapa namamu” kata Rinjani kembali, sambil menatap salah satu perampok yang ada didepannya. Perampok tersebut tdai berada di sebelah Kardan.
“Sssaa..saaaa..ya bernama Cici..ci..cibang” kata perampok itu tak kalah terkejut dan gemetarnya lebih hebat lagi dibandingkan Kardan.
“Hei Cebong hitung semua teman-temanmu yang masih hidup dan berapa jumlah teman kalian yang mati. Cepat laksannakan” Rinjani memberikan perintah, karena Rinjani punya rencana yang tidak akan mereka sadari.
“Na..naa..nama saya Cibang bu..bukan Cebong. Baik akaaa...aan saaa..sa..ya laksakan perintah tuan pendekar” kata Cibang langsung bergegas menghitung jumlah teman-temannya.
Rinjani sesaat tersenyum, karena dua kali menyebutkan nama yang salah kepada para perampok yang tadi dipanggilnya. Pertama nama Kardan yang menjadi Kadrun, kemudian nama Cibang menjadi Cebong.
Beberapa saat kemudian Kardan dan Cibang datang kembali ke hadapan Rinjani, mereka akan melaporkan apa yang telah diperintahkan Rinjani.
“Perhatian semuanya kalian para perampok siapa yang berani kabur, akan ku bunuh walaupun bersembunyi sampai ke lobang semut..........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
😎 ȥҽɳƙαɱʂιԃҽɾ 😎
75
2021-09-15
0
dite
😹😹😹😹😹😹😹😹😹😹😹😹
kadruuuuunnnnnnn
ceboooonggggggg
wkwkwkwkw
2021-01-24
0
Rayhan Pahlevi
ah, authornya ini mah pemain politik, kadrun dan cebong
2020-10-14
0