Sesaat kemudian Rinjani membuka matanya, hari sudah pagi. Dirinya kembali setelah 6 hari berada di ruang dimensi Taman Sejuta Bunga, yang berarti baru 6 jam di dunia nyata. Tubuhnya tampak lebih segar saat usai berlatih di dimensi lain, Qi murni dalam tubuhnya terlihat sudah terisi hampir 3/4. Tanda kekuatan dalam tubuhnya bertambah dengan kuat.
Samar-samar terdengar suara keributan dari luar kamarnya, sesekali dalam keributan itu ada suara gelak ketawa seolah sedang merayakan kemenangan. Rinjani penasaran, kemudian bergegas keluar dari kamarnya untuk melihat ada apa di luar sana.
Rinjani memperhatikan sejenak, tampak ratusan perampok yang sudah ditaklukan tengah mengelilingi Kardan dan Cibang. Rinjanipun bergegas untuk memeriksa, keributan apa yang sedang mereka lakukan.
"Kardan..Cibang,,, apa yang kalian lakukan..??" Rinjani menyeruak di antara kerumunan para perampok. Rinjani melihat punggung Kardan dan Cibang di tengah-tengah kerumunan tersebut.
Sontak Cibang dan Kardan yang mendengar namanya disebut terkejut, kemudian membalikkan badan. Karena mereka sudah tau siapa yang barusan bicara padanya, yaitu Rinjani.
"Ampun Dewi Rinjani,,, kami berdua barusan mempertontonkan kekuatan tenaga dalam yang meningkat berkat Dewi,,," Kardan, menjawab pertanyaan Rinjani. Belum sempat Rinjani berkata lagi kepada Kardan dan Cibang, secara mengejutkan Kardan dan Cibang berlutut.
"Kami akan patuh dan tunduk pada Dewi, kami siap mengabdi kepada Dewi selama tenaga kami dibutuhkan" ujar Kardan dan Cibang secara serentak. Tidak hanya sampai di situ, ratusan para perampok yang tadi berkerumun membuat lingkaran untuk melihat kekuatan Kardan dan Cibang yang berkembang secara pesat merekapun langsung berlutut.
"Kami siap mengabdi kepada Dew...."" serentak ratusan perampok berkata sambil berlutut kepada Rinjani. Rinjanipun hanya tersenyum, ternyata mereka sangat menghargai orang-orang terkuat.
Setelah ratusan perampok menyaksikan sendiri kekuatan Kardan dan Cibang, yang mampu memukul batu sebesar anak kerbau menjadi beberapa bagian merekapun langsung ingin bisa seperti itu.
"hemmm.... baik, kuterima pengabdian kalian. Tapi sebelum itu, kalian harus membantu penduduk untuk membuat rumah mereka. sekalian juga kalian harus memiliki tempat tinggal, saatnya kalian semua mengubah nasib menjadi orang baik tidak perlu lagi merampok" Rinjani berkata panjang lebar.
"siap Dewi kami akan melaksanakannya" jawab ratusan perampok yang kini sudah resmi menjadi anak buah Rinjani.
Rinjani kemudian memerintahkan Kardan dan Cibang untuk mengatur dan memimpin 187 anak buahnya membuat rumah-rumah penduduk dan mereka sendiri. Kardan dan Cibang kemudian membuat kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari 10 orang untuk membuat satu rumah.
Para penduduk yang menyaksikan dari jauh merasa takjub apa yang telah dilakukan oleh Rinjani, kini mereka tidak perlu lagi khawatir terhadap keselamatan mereka karena para perampok itu telah menjadi anak buah Rinjani.
"Kemana si Sardi..?? dari tadi tidak kelihatan..."" Kardan mengabsen anak buahnya, karena tidak melihat salah satu anak buahnya. Belum juga kalimat itu selesai dari mulut Kardan, dari sebelah timur terdengar teriakan.
" Aaaaaaaa.... sakit,,, tollooong,,, sakit..... toloong" terdengar teriakan orang sambil berlari dari jarak 100 tombak, kemudian mendekati Kardan. Saat mendekati Kardan orang itu tampak berwajah pucat, sambil berguling-guling memegang perutnya. Tanda sedang merasakan kesakitan yang luar biasa. Beberapa orang yang dekat dengan Kardan lalu menghampiri, ingin tau kenapa salah satu temannya itu tiba-tiba datang dan berguling-guling sambil memegang perut dan kesakitan.
"Sardi... kenapa kamu..?" teriak Kardan, yang terkejut saat melihat sardi kesakitan. Kardan kemudian berusaha bertanya kepada Sardi, namun karena sakit yang luar biasa Sardi begitu sampai di depan Kardan dengan berguling-guling dan berteriak sakit, kesadarannya hilang alias pingsan.
wuussss..... suara angin terdengar di samping Kardan, saat Kardan memalingkan mukanya Kardan kaget dan langsung berlutut. Karena yang datang Dewi Rinjani untuk memeriksa keadaan.
"Dia berusaha kabur dari sini,, padahal sudah ku peringatkan jangan tinggalkan lembah ini lebih dari 200 tombak. Untung dia cepat kembali, kalau tidak nyawanya tidak akan tertolong. Dia hanya pingsan karena menahan sakit, tengah hari juga akan siuman. Berikan ini saat nanti dia siuman"" Rinjani kemudian membuka mulut Sardi yang masih pingsan, dari tangannya mengucur cairan berwarna kuning yang tidak lain merupakan madu.
Belasan mata yang memandang tampak ngeri melihatnya, mereka membayangkan bagaimana sakitnya bila terjadi pada mereka. Sehingga mereka bisa berfikir ulang untuk kabur, bisa jadi nyawa mereka tidak akan tertolong bila sampai mereka kabur meninggalkan lembah kkayangan.
"Bawa dia ketempat yangvteduh,, yang lain lanjutkan bekerja" kata Rinjani, yang kemudian pergi dari tempat tersebut menuju rumah yang kini ditempati Rinjani.
"Baik Dewi..."" balas Kardan dan belasan orang lainnya.
Saat malam hari tiba, Rinjani kemudian mengumpulkan para anak buahnya. Dia ingin melihat hasil pekerjaan, dikerjakan dengan baik atau hanya pura-pura saja untuk menyenangkan dirinya.
"Berapa rumah yang telah kalian selesaikan,," tanya Rinjani kepada Kardan dan Cibang yang saat ini sudah berada di hadapan Rinjani.
"Hari ini kami menyelesaikan 18 rumah Dewi..." jawab Kardan memberitahukan hasil pekerjaan yang dilakukan anak buahnya kepada Rinjani.
"Hemmm..... Bagus,, dalam waktu dua pekan pekerjaan bakal selesai. Terimaksih kalian sudah bekerja dengan baik, sebagai imbalan kesetian kalian kepada diriku kalian akan mendapatkan sumberdaya untuk meningkatkan jumlah tenaga dalam yang kalian miliki.."" beber Rinjani, dihapan ratusan anak buahnya.
Kemudian Rinjani mengambil belasan tangkai bunga mawar ungu yang sudah dipersiapkan, sebelumnya Rinjani meminta kepada Ratu lebah di alam dimensi taman sejuta bunga untuk menyiapkannya.
"Kardan..Cibang,, bagikan ini secara merata satu orang satu kelopak, jangan sampai ada yang terlewat. oh ... iya Kardan,, yang tadi pagi pingsan kesakitan karena mau kabur dari lembah ini mana...?" kata Rinjani sambil menyerahkan belasan tangkai bunga mawar ungu, kemudian Rinjani bertanya karena ingat kepada orang yang tadi pagi teriak-teriak karena kesakitan lalu pingsan.
"Sardi... lekas maju kesini.!!!" seru Kardan memanghil nama orang tersebut. Dengan wajah pucat, tampak pria yang bernama Sardi menghampiri kemudian berlutut di hadapan Rinjani.
"Ampun Dewi...saya tidak akan berani kabur lagi,, saya juga berterimakasih kepada dewi yang telah menyelamatkan nyawa saya " ucap Sardi, yang gemetaran karena niat kaburnya kini telah di katahui. Bukan hanya itu, dirinya juga malah di tolong oleh Rinjani memulihkan tubuhnya dari gigitan-gigitan anak lebah yang ada di dalam tubuhnya.
"Hemmm.... mau berusaha kabut lagi? silakan aja,,, tapi saya jamin tidak akan saya tolong. akan saya biarkan kesakitan sampai meregang nyawa"" seru Rinjani, suaranya sengaja di keraskan agar menjadi peringatan untuk semua anak buahnya.
"saya tidak berani Dewi... ampuni saya.." jawab Sardi dengan wajah pucat dan memelas, memohon pengampunan dari Rinjani.
"Baik... itu peringatan terakhir, jangan sampai ada yang mengulangi lagi untuk kabur dari lembah khayangan ini" tatap Rinjani, dengan wajah dingin membuat mereka yang ada di situ tidak berani menatapnya.
Rinjani kemudian pergi dan memerintahkan mereka untuk makan bareng bersama para penduduk yang dari tadi menunggu Rinjani. Tanpa diperintah dua kali, ratusan orang yang kini menjadi anak buah rinjani segera bergegas menuju tempat makan yang sudah di sediakan.
Rinjani mengawasi dari jauh, dari wajahnya tampak menyungging senyuman. karena para anak buahnya yang beringas tidak seperti malam kemarin, malam ini mereka secara tertib bergantian mengambil jatah makan mereka. padahal satu malam sebelumnya, mereka saling berebut dengan slogan yang terkuat yangbharus lebih dulu dapat jatah makan.
Hari-hari selanjutnya, Rinjani hanya mengawasi setiap pekerjaan pembuatan rumah-rumah tersebut. Karena sesaui dengan rencana, dirinya akan membuat markas sebagai titik awal untuk mengenalkan kesenian menari ke seluruh pelosok kerajaan.
Disela-sela hari-harinya, Rinjani melatih anak-anak juga para remaja wanita untuk belajar menari. mereka kini sudah seperti keluarga, tidak segan-segan Rinjani memberikan arahan-arahan agar para anak-anak remaja di lembah Khayangan tersebut mahir menari.
Sesuai dengan rencana yang telah Rinjani buat, saat itu Rinjani memilki cita-cita ingin mempunyai rombongan atau group penari yang mampu mengguncang seluruh kerjaaan.
"Group ini akan ku beri nama "Penari Lembah Khayangan"..... "" gumam Rinjani, sambil memejamkan matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
😎Zen Kamsider😎
71
2021-09-15
0
inggit roses
jadi inget judul cerita yang pernah booming waktu itu, desa penari 😂🙈🙊🙉
2020-06-29
2