Rencana Besar Rinjani

“Kalau urusan kepentingan pribadi, mandi, buang besar dan buang air kecil sementara bisa di sungai yang ada di belakang rumah ini. Jaraknya sekitar 50 tombak dari sini, jadi tidak ada alasan apapun untuk pergi dari sini” Rinjani seolah mengerti apa yang mereka fikirkan, saat mereka memiliki kebutuhan pribadi.

Kemudian Rinjani menyuruh mereka membubarkan diri, untuk membersihkan diri di sungai yang tadi di tunjukan Rinjani. Setelah itu Rinjani memerintahkan mereka untuk berkumpul kembali di halaman itu.

Tidak lupa Rinjani menyuruh paman janu mengumpulkan kayu untuk membuat api unggun sebelum malam tiba. Sedangkan Kardan dan Cibang disuruh menyiapkan ratusan lembar daun jati, yang pohonnya banyak di dekat tepi sungai.

“Aduhhh saya sudah tidak tahan,,, ingin buang besar..... duut..duut...duuut,” gumam salah seorang perampok yang tadi kentut, mukanya sudah tampak kesal karena harus menahan sesuatu yang akan keluar dari perutnya. Tanpa permisi, perampok itupun berlari ke arah sungai yang tadi ditunjukan Rinjani.

Saat malam tiba, api unggun sudah tampak menyala. Satu persatu penduduk dan para perampok yang telah di taklukan Rinjani mulai menghampiri api unggun. Mereka sudah tampak segar, seusai mandi membersihkan diri. Namun wajah-wajah mereka tampak lelah dan sedikit pucat.

Bahkan perut mereka, sudah mulai terdengar seperti suara musik tidak berirama seolah kompak saling menyahuti. Walaupun dengan wajah tertunduk, dan menyembunyikan rasa lapar tapi bunyi perut mereka tidak bisa di sembunyikan.

Rinjani menatap ratusan perampok tersebut, dengan tersenyum Rinjani memerintahkan kepada para wanita untuk menyiapkan makan yang siang tadi di masak secara ramai-ramai.

“Karena piringnya tidak cukup, sebagian lainnya menggunakan daun jati sebagai alas makan kalian. Ini karena ulah kalian sendiri menghancurkan rumah-rumah pedukuhan ini, akibatnya peralatan dapur milik penduduk hampir semuanya juga rusak” Rinjanipun mempersilahkan mereka untuk tertib mengambil makan secara antri.

Meja untuk mengambil makanan di bagi dua, 10 tombak di sebelah kiri untuk meja para penduduk sedangkan 10 tombak disebalah kanan untuk para perampok yang sudah terlihat sangat kelaparan.

Antrian mengambil makan di sebelah kiri tampak tertib satu persatu mengambil jatah antrian makan, para penduduk tidak tergesa-gesa untuk mengambil makanan. Bahkan mereka saling meghargai dan menghormati, yang lebih tua di dahulukan dari yang lebih muda.

Berbeda dengan antrian yang ada di sebelah kanan, tampak sangat ribut saat mereka mengantre untuk makan. Seolah mereka berebut karena takut tidak kebagian, yang terkuatlah yang lebih dulu dapat jatah antrean selanjutnya yang terlemah.

Rinjani hanya bisa geleng-geleng kepala manyaksikan hal tersebut, walaupun usia Rinjani masih belia dirinya sangat paham dan mengerti sopan santun karena mempelajari kitab-kitab sastra yang di tinggalkan Neneknya.

Kemudian Rinjanipun mengingat kalimat-kalimat dalam kitab sastra, apa yang di maksud dalam kalimat sastra tersebut yang saat ini tengah disaksikan didepan matanya.

“Ketika urusan perut bicara, segala cara akan ditempuh tak peduli nyawa sekalipun taruhannya. Sebuas-buasnya hewan ketika perutnya terisi penuh, maka diapun akan jinak begitupun kebanyakan manusia akan seperti itu” sambil terpejam Rinjani meresapi kalimat-kalimat tersebut dalam fikirannya.

Setelah selesai makan, kemudian Rinjani meminta kepada Paman Janu, Kardan dan Cibang untuk menemuinya di beranda rumah.

Sementara untuk para penduduk tidur di dalam rumah terutama bagi wanita dan anak-anak juga para orang tua, untuk wanita dan anak-anak di kamar sebelah kiri sedangkan untuk para pria di tengah rumah. Sementara untuk para perampok yang sudah terbiasa di alam terbuka, tidurnya di biarkan di halaman rumah.

“Saya menghadap tuan pendekar” Janu menghampiri Rinjani yang tengah duduk santai di beranda rumah tersebut.

“Saya juga menghadap tuan pendekar, saya juga menghadap....” susul Kardan dan Cibang ketiga orang itu kini berada di hadapan Rinjani.

“Baiklah untuk paman Janu besok ada tugas, paman bawalah beberapa penduduk ke kota tetdekat untuk berbelanja. Nanti semua catatannya saya serahkan berikut dengan uang nya” Rinjani berkata kepada Janu, yang langsung menyambut dengan anggukan kepala tanda dirinya mengerti.

“Kardan, Cibang, aku ingin bertanya pada kalian. Apakah kalian akan selamanya hidup menjadi perampok, menyengsarakan orang, membunuh orang apakah tidak terpikir kalian akan hidup normal memiliki keluarga anak dan istri?” tanya Rinjani dengan tatapan tajam kepada Kardan dan Cibang.

Deg... deg.. deg. Perkataan Rinjani membuat pentolan perampok tersebut, merasa tubuh mereka seperti di palu oleh godam yang besar. Sehingga sulit bernafas untuk menjawabnya, seolah mulutnya terkunci tidak bisa berkata-kata.

“Jawab Kardan... Cibang,, jangan diam saja” sentak Rinjani, yang mulai gusar karena tidak ada kunjung jawaban dari Kardan dan Cibang.

Bukannya menjawab, dari mata Kardan dan Cibang malah tampak meneteskan air mata. Bulir-bulir air matanya perlahan-lahan merangalir ke pipi dan jatuh ke tanah, karena posisi mereka sedanf menunduk.

Dalam benak Kardan dan Cibang, apakkah pantas mereka hidup normal kembali bersanding dengan masyarakat.

Karena kejahatan yang telah mereka lakukan dosanya sudah seluas samudra, tak terhitung berapa puluh nyawa penduduk telah mereka bunuh, berapa belas wanita telah mereka perkosa. Mungkinkah dosa-dosa yang telah mereka telah perbuat akan diampuni.

“Sa..sa..ya masih pantaskah hidup normal kembali. Dosa-dosa yang telah saa..sa..ya perbuat saangat banyak... mungkinkah dosa-dosa saya terampuni” dengan terisak Kardan menjawab pertanyaan Rinjani. Sementara Cibang lebih jelas terdengar terisak-isak mengingat dosa-dosa yang telah dilakukan, mulutnya tidak mampu membuka suara. Cukup di wakili oleh Kardan.

“Ehhh engga salah... tuh, kumis sebesar pisang cambang penuh setengah muka, badan berotot, bulu dada lebat... tapi mewek malu dong” Janu yang masih berada di samping Kardan dan Cimong berkomentar, seolah meledek pentolan kedua perampok itu.

“”Hahhahaha...haahhahaha...hhhaaaa, kalian berdua lucu kalau menangis. Untung kalian masih ingat cara menangis” suara tawa Rinjani pecah, menertawakan kedua perampok di hadapannya. Wajah Kardan dan Cimong sontak memerah karena malu, kemudian keduanya cepat-cepat menyeka air matanya.

“Baiklah,, baiklah,, sebesar apapun dosa kalian selama kalian bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Mungkin dosa-dosa kalian akan di ampuni..sang pencipta itu maha adil dan bijaksana” apakah kalian berdua mengerti.

Kardan dan Cibang hanya mampu menganggukan kepala tanda mereka mengerti, kini keduanya merasa lega karena terasa ada sebagian beban di tubuhnya terangkat.

“Ada rencana besar yang akan di rencanakan untuk kedepannya, kalian para perampok harus saling bahu membahu dan saling menghargai satu sama lain kalian juga harus saling peduli. Janggan sampai kejadian saat kalian mengantre makanan tadi terjadi lagi, kalian seperti binatang yang kuat menindas yang lemah” kata Rinjani, tidak senang dengan kelakuan para perampok saat mengantre makanan tadi.

“Paman Janu, berapa hari perjalanan ke kota terdekat untuk membeli barang-barang di butuhkan?” tanya Rinjani kepada Janu yang masih disitu karena belum disuruh pergi oleh Rinjani.

“Menuju pasar yang ada di kota terdekat bila menggunakan kuda berlari tanpa henti sekitar 5 hari tuan pendekar” jawab Janu.

“Berarti kalau pulang pergi paling cepat 10 hari,,,, karena kalian akan membawa belanjaan saya kasih waktu 14 hari harus sudah kembali lagi disini. Apakah paman sanggup?” tanya Rinjani kembali, setelah memperhitungankan perjalanan yang akan di tempuh oleh Janu.

“Sanggup tuan pendekar..” jawab Janu cepat.

“Baik paman janu besok pagi-pagi berangkat ke kota terdekat, bawa 4 orang penduduk yang badannya prima ke kota untuk berbelanja. Pakai kuda para perampok yang masih terikat tidak jauh dari samping rumah ini. Sekarang istirahatlah” Rinjani memberikan perintah kepada Janu, yang kemudian Janu pamit untuk beristirahat.

“Kalian Kardan dan Cibang, tingkat kepandaianmu masih berada di level pendekar pemula tingkat menengah apakah kalian ingin naik level ke tingkat puncak?” tanya Rinjani...

Terpopuler

Comments

😎Zen Kamsider😎

😎Zen Kamsider😎

73

2021-09-15

0

lihat semua
Episodes
1 Kisah Cinta Dewa Dewi Yang Membawa Petaka
2 2. Hancurnya Seluruh Istana Langit Tingkat Satu (1)
3 3. Hukuman Berupa Reinkarnasi Menjadi Dewi Kenikmatan
4 Reinkarnasi Pertama, Bayi Yang Akan Mengguncang Kerajaan
5 Gerakan Tarian Dewi Khayangan
6 1000 Gerakan Tarian Dewi Khayangan
7 Gelang Khayangan
8 Membuka Aliran Tenaga Dalam
9 Tingkatan Dalam Dunia Pendekar
10 Pertemuan Dengan Dewi Bulan Sebagai Penguasa Langit Ke IV
11 Jurus Pukulan Jarak Jauh
12 Membuka Aliran Qi Mengorbankan Diri
13 Alam Taman Sejuta Bunga
14 Bertemu Ratusan Perampok Yang Membantai Penduduk
15 Matinya Wakil Komandan Perampok Lembah Tengkorak
16 Jadi Pimpinan Para Perampok
17 Lembah Penari Khayangan
18 Rencana Besar Rinjani
19 Kembali Ke Taman Sejuta Bunga
20 Penari Lembah Khayangan
21 Simbol Lembah Khayangan
22 Rencana Perampok Lembah Tengkorak Kelompok ke 8
23 Matinya Pimpinan Perampok Lembah Tengkorak Kelompok ke 8
24 Rencana Adipati Rangganu
25 Membuat Kesepakatan Dengan Penyusup
26 Perjanjian Lembah Khayangan Dengan Adipati
27 Imbalan Pertama Diterima Lembah Khayangan
28 Kerjaan Rajabasa
29 Mimpi Sang Raja Bramasena
30 Kardan Selesaikan Tugas Pertama Lembah Khayangan
31 Rencana Besar Rinjani
32 Memasuki Hutan Larangan
33 Bertarung Dengan Raja Siluman Kera
34 Bertarung Dengan Siluman Raja Singa Berambut Api
35 Bertemu Dengan Penguasa Hutan Larangan
36 Pertempuran Dengan Penguasa Hutan Larangan
37 Pertempuran Ratu Lebah Dengan Naga Penguasa Hutan Larangan
38 Kalahnya Naga Penguasa Hutan Larangan
39 Pendekar Tingkat Bumi
40 Persiapan Menyerang Sarang Perampok Hutan Iblis
41 Pasukan Binatang Buas Rinjani Siap Bertempur Dengan Ribuan Rampok Hutan Iblis
42 Matinya Pimpinan Perampok Hutan Iblis
43 Meninggalkan Markas Perampok Hutan Iblis
44 Rencana Bisnis Rinjani Di Kadipaten Gunung Trada
45 Kota Ujung Kulon
46 Kota Ujung Kulon 2
47 Kota Ujung Kulon 3
48 Kota Ujung Kulon 4
49 Menyingkap Tabir Jati Diri Rinjani
50 Menyinkap Tabir Jati Diri Rinjani, Neneknya Seorang Ratu
51 Hilangnya Permaisuri Rujita Kemudian Diikuti Raja Narendra
52 Rahasia Pusaka Kerajaan Rajabasa
53 Menyingkap Misteri Terbunuhnya Ayah dan Ibu Rinjani
54 Meninggalkan Kota Ujung Kulon, Dihadang Puluhan Perampok
55 Panji Jaminan Buat Perampok
56 insyapnya Perampok Hutan Siluman Kepada Rinjani
57 Sampai Di Kota Kadipaten Gunung Trada
58 Keributan Didalam Istana Kadipaten Gunung Trada
59 Ajian Warna Tunggal Resinara
60 Manusia Setengah Dewa
61 Paman Kusir Kecipratan Akibat Kebaikan Rinjani
62 Tumenggung Sutara Kembali Dengan Tangan Hampa
63 Tibanya Puluhan Pasukan Lembah Khayangan Di Ibukota Kadipaten Gunung Trada
64 Buuummmmm..... Suara Ledakan Diluar Penginapan Mengagetkan Rinjani
65 Pertempuran Langit
66 Dewa Roh Sang Penguasa Istana Langit Kesatu
67 Datangnya Penguasa Istana Langit Tertinggi
68 Hiduplah Dengan Damai, Agar Hati Kalian Tentram
69 Kembali Ke Lembah Khayangan
70 Kitab Seribu Obat
71 Kitab Jurus Paku Bumi
72 Askop dan Askri Jadi Pimpinan Kelompok Baru
73 Nikmatnya Secangkir Teh Hangat Di Sore Hari
74 Kedatangan Walikota Ujung Kulon
75 Keinginan Istri Tumenggung Sutara
76 Strategi Pertempuran Melawan Wakil Komandan Ke 5 Perampok Lembah Tengkorak
77 Pertempuran Dimarkas Perampok Wakil Komandan 5
78 Mengobrak Ngabrik Markas Perampok Wakil Komandan ke 4 Lembah Tengkorak
79 Pasukan Lembah Khayangan Kembali Berhasil Menaklukan Kelompok Perampok
80 Markas Perampok Danau Mati di Kepung Api
81 Hancurnya Markas Perampok Danau Mati, Hilangnya Tubuh Wakil Komandan ke Tiga
82 Memasuki Hutan Angker Jiwa
83 Penyerangan Ke Hutan Angker Jiwa Markas Perampok Yang Terlalu Mudah Ditaklukan
84 Matinya Sikembar Wakil Komandan Ke Dua Perampok Lembah Tengkorak
85 Rinjani Menyerang Markas Utama Perampok Lembah Tengkorak
86 Rinjani Melawan Setan Panca Warna
87 Hancurnya Perampok Lembah Tengkorak, Terkuaknya Misteri Pembunuh Ibu Rinjani
88 Kemenangan Besar Lembah Khayangan, Aliansi Pembunuh Bayaran Mulai Bergerak
89 Kitab Prajurit Langit
90 Rencana Aliansi Pembunuh Bayaran dan Rencana Raja Kerajaan Rajabasa
91 Kekuatan Pasukan Elit Lembah Khyangan Setara 1 Lawan 350 orang Prajurit Kerajaan
92 Adipati Bukit Maja Menepati Janjinya Memberikan Bayaran ke Sekte Lembah Khyangan
93 Puluhan Ribu Tawanan Memilih Bergabung Dengan Sekte Lembah Khyangan
94 Dua Ratus Prajurit Rajabasa Melawan Satu Orang Pasukan Elit Lembah Khayangan
95 Ratusan Parajurit Pangeran Babak Belur, Jumlah Kekuatan Setiap Kerajaan.
96 Rencana Bangsawan Rakaya Dari Kerajaan Baraka
97 Misi Rahasia Bangsawan Rakaya Diterima Ketua Aliansi Pembunuh Bayaran
98 Kerajaan Rajabasa Mulai Memainkan Peran Ganda
99 Pertempuran Diatas Langit, Melawan Kekuatan Penghuni Langit
100 Berakhirnya Pertempuran Diatas Langit, Hilangnya Energi Kehidupan Rinjani
101 Tetesan Air Mata Dewi Bulan
102 Mengingat Masa Kecil Kaisar Naga Langit, Sering Dibuat Babak Belur Oleh Rinjani
103 Persiapan Menyambut Raja, Rinjani Masih Menghilang
104 Rinjani Turunkan Cakram Sisik Naga Kepada Winar
105 Raja Bramasena Bertemu Keluarga Utama Kerajaan Di Lembah Khayangan
106 Dosa Masalalu Raja Bramasena
107 Kerajaan Khayangan Bumi
108 Pendekar Cakram Naga Dari Kerajaan Khayangan Bumi
109 Uji Coba Pasukan Elit Lembah Bumi Vs Prajurit Rajabasa
110 Persiapan Menuju Ke Medan Perang, Penaklukan Pertama.
111 Rinjani Menuju Ke Medan Perang Dengan Pasukan Tempur Elitnya
112 Menuju Benteng Perbatasan Penaklukan Ke II
113 Menuju Perbatasan Benteng Penaklukan ke III
114 Rencana Cadangan Rinjani Saat Perang Dimulai
115 Strategi Perang Kerajaan Baraka
116 Pasukan Tempur Rinjani Yang Sesungguhnya
117 Penguasa Langit Ke Enam Turun Tangan
118 Kemunculan Rinjani Dihadapan Raja Baraka
119 Munculnya Pasukan Lebah Raja Malam
120 Keganasan Lebah Raja Malam
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Kisah Cinta Dewa Dewi Yang Membawa Petaka
2
2. Hancurnya Seluruh Istana Langit Tingkat Satu (1)
3
3. Hukuman Berupa Reinkarnasi Menjadi Dewi Kenikmatan
4
Reinkarnasi Pertama, Bayi Yang Akan Mengguncang Kerajaan
5
Gerakan Tarian Dewi Khayangan
6
1000 Gerakan Tarian Dewi Khayangan
7
Gelang Khayangan
8
Membuka Aliran Tenaga Dalam
9
Tingkatan Dalam Dunia Pendekar
10
Pertemuan Dengan Dewi Bulan Sebagai Penguasa Langit Ke IV
11
Jurus Pukulan Jarak Jauh
12
Membuka Aliran Qi Mengorbankan Diri
13
Alam Taman Sejuta Bunga
14
Bertemu Ratusan Perampok Yang Membantai Penduduk
15
Matinya Wakil Komandan Perampok Lembah Tengkorak
16
Jadi Pimpinan Para Perampok
17
Lembah Penari Khayangan
18
Rencana Besar Rinjani
19
Kembali Ke Taman Sejuta Bunga
20
Penari Lembah Khayangan
21
Simbol Lembah Khayangan
22
Rencana Perampok Lembah Tengkorak Kelompok ke 8
23
Matinya Pimpinan Perampok Lembah Tengkorak Kelompok ke 8
24
Rencana Adipati Rangganu
25
Membuat Kesepakatan Dengan Penyusup
26
Perjanjian Lembah Khayangan Dengan Adipati
27
Imbalan Pertama Diterima Lembah Khayangan
28
Kerjaan Rajabasa
29
Mimpi Sang Raja Bramasena
30
Kardan Selesaikan Tugas Pertama Lembah Khayangan
31
Rencana Besar Rinjani
32
Memasuki Hutan Larangan
33
Bertarung Dengan Raja Siluman Kera
34
Bertarung Dengan Siluman Raja Singa Berambut Api
35
Bertemu Dengan Penguasa Hutan Larangan
36
Pertempuran Dengan Penguasa Hutan Larangan
37
Pertempuran Ratu Lebah Dengan Naga Penguasa Hutan Larangan
38
Kalahnya Naga Penguasa Hutan Larangan
39
Pendekar Tingkat Bumi
40
Persiapan Menyerang Sarang Perampok Hutan Iblis
41
Pasukan Binatang Buas Rinjani Siap Bertempur Dengan Ribuan Rampok Hutan Iblis
42
Matinya Pimpinan Perampok Hutan Iblis
43
Meninggalkan Markas Perampok Hutan Iblis
44
Rencana Bisnis Rinjani Di Kadipaten Gunung Trada
45
Kota Ujung Kulon
46
Kota Ujung Kulon 2
47
Kota Ujung Kulon 3
48
Kota Ujung Kulon 4
49
Menyingkap Tabir Jati Diri Rinjani
50
Menyinkap Tabir Jati Diri Rinjani, Neneknya Seorang Ratu
51
Hilangnya Permaisuri Rujita Kemudian Diikuti Raja Narendra
52
Rahasia Pusaka Kerajaan Rajabasa
53
Menyingkap Misteri Terbunuhnya Ayah dan Ibu Rinjani
54
Meninggalkan Kota Ujung Kulon, Dihadang Puluhan Perampok
55
Panji Jaminan Buat Perampok
56
insyapnya Perampok Hutan Siluman Kepada Rinjani
57
Sampai Di Kota Kadipaten Gunung Trada
58
Keributan Didalam Istana Kadipaten Gunung Trada
59
Ajian Warna Tunggal Resinara
60
Manusia Setengah Dewa
61
Paman Kusir Kecipratan Akibat Kebaikan Rinjani
62
Tumenggung Sutara Kembali Dengan Tangan Hampa
63
Tibanya Puluhan Pasukan Lembah Khayangan Di Ibukota Kadipaten Gunung Trada
64
Buuummmmm..... Suara Ledakan Diluar Penginapan Mengagetkan Rinjani
65
Pertempuran Langit
66
Dewa Roh Sang Penguasa Istana Langit Kesatu
67
Datangnya Penguasa Istana Langit Tertinggi
68
Hiduplah Dengan Damai, Agar Hati Kalian Tentram
69
Kembali Ke Lembah Khayangan
70
Kitab Seribu Obat
71
Kitab Jurus Paku Bumi
72
Askop dan Askri Jadi Pimpinan Kelompok Baru
73
Nikmatnya Secangkir Teh Hangat Di Sore Hari
74
Kedatangan Walikota Ujung Kulon
75
Keinginan Istri Tumenggung Sutara
76
Strategi Pertempuran Melawan Wakil Komandan Ke 5 Perampok Lembah Tengkorak
77
Pertempuran Dimarkas Perampok Wakil Komandan 5
78
Mengobrak Ngabrik Markas Perampok Wakil Komandan ke 4 Lembah Tengkorak
79
Pasukan Lembah Khayangan Kembali Berhasil Menaklukan Kelompok Perampok
80
Markas Perampok Danau Mati di Kepung Api
81
Hancurnya Markas Perampok Danau Mati, Hilangnya Tubuh Wakil Komandan ke Tiga
82
Memasuki Hutan Angker Jiwa
83
Penyerangan Ke Hutan Angker Jiwa Markas Perampok Yang Terlalu Mudah Ditaklukan
84
Matinya Sikembar Wakil Komandan Ke Dua Perampok Lembah Tengkorak
85
Rinjani Menyerang Markas Utama Perampok Lembah Tengkorak
86
Rinjani Melawan Setan Panca Warna
87
Hancurnya Perampok Lembah Tengkorak, Terkuaknya Misteri Pembunuh Ibu Rinjani
88
Kemenangan Besar Lembah Khayangan, Aliansi Pembunuh Bayaran Mulai Bergerak
89
Kitab Prajurit Langit
90
Rencana Aliansi Pembunuh Bayaran dan Rencana Raja Kerajaan Rajabasa
91
Kekuatan Pasukan Elit Lembah Khyangan Setara 1 Lawan 350 orang Prajurit Kerajaan
92
Adipati Bukit Maja Menepati Janjinya Memberikan Bayaran ke Sekte Lembah Khyangan
93
Puluhan Ribu Tawanan Memilih Bergabung Dengan Sekte Lembah Khyangan
94
Dua Ratus Prajurit Rajabasa Melawan Satu Orang Pasukan Elit Lembah Khayangan
95
Ratusan Parajurit Pangeran Babak Belur, Jumlah Kekuatan Setiap Kerajaan.
96
Rencana Bangsawan Rakaya Dari Kerajaan Baraka
97
Misi Rahasia Bangsawan Rakaya Diterima Ketua Aliansi Pembunuh Bayaran
98
Kerajaan Rajabasa Mulai Memainkan Peran Ganda
99
Pertempuran Diatas Langit, Melawan Kekuatan Penghuni Langit
100
Berakhirnya Pertempuran Diatas Langit, Hilangnya Energi Kehidupan Rinjani
101
Tetesan Air Mata Dewi Bulan
102
Mengingat Masa Kecil Kaisar Naga Langit, Sering Dibuat Babak Belur Oleh Rinjani
103
Persiapan Menyambut Raja, Rinjani Masih Menghilang
104
Rinjani Turunkan Cakram Sisik Naga Kepada Winar
105
Raja Bramasena Bertemu Keluarga Utama Kerajaan Di Lembah Khayangan
106
Dosa Masalalu Raja Bramasena
107
Kerajaan Khayangan Bumi
108
Pendekar Cakram Naga Dari Kerajaan Khayangan Bumi
109
Uji Coba Pasukan Elit Lembah Bumi Vs Prajurit Rajabasa
110
Persiapan Menuju Ke Medan Perang, Penaklukan Pertama.
111
Rinjani Menuju Ke Medan Perang Dengan Pasukan Tempur Elitnya
112
Menuju Benteng Perbatasan Penaklukan Ke II
113
Menuju Perbatasan Benteng Penaklukan ke III
114
Rencana Cadangan Rinjani Saat Perang Dimulai
115
Strategi Perang Kerajaan Baraka
116
Pasukan Tempur Rinjani Yang Sesungguhnya
117
Penguasa Langit Ke Enam Turun Tangan
118
Kemunculan Rinjani Dihadapan Raja Baraka
119
Munculnya Pasukan Lebah Raja Malam
120
Keganasan Lebah Raja Malam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!