Di istana langit ke 6 .....
“Dewa Bumi, Dewa Air, Dewi Bulan dan Dewa Matahari apa yang akan kalian lakukan terhadap pembuat bencana jika istana-istana langit kalian tertimpa bencana seperti yang terjadi pada istana langit ke satu yang dipimpin Dewa Roh?” tanya Dewa Nata kepada para dewa dan sekaligus penguasa disetiap tingkatan istana langit.
Semua para dewa yang ada dihadapan Dewan Nata hanya tertunduk, tidak berani berkata-kata seolah mulut mereka terkunci. Jelas raut wajah marah terpancar di wajah para dewa tersebut, mereka tidak menyangka kekuatan yang maha dahsyat melululantakkan seluruh istana langit tingkat ke satu.
Dari keempat dewa tersebut, tentu dewa Matahari yang terkuat Bahkan kekuatan dewa matahari bila diperintahkan menghancurkan dunia manusia akan semudah membalikan tangan. Tapi ini istana langit tingkat kesatu untuk meluluhlantakan istana langit, walaupun dirinya memiliki kekuatan tak akan mampu meluluhlantakan istana langit sedahsyat itu.
Para dewa itu mengetahui kejadian di istana langit kesatu saat Dewa Nata membuka tabir dimensi di aula pertemuan, tabir dimensi tersebut seolah layar yang bisa memperlihatkan secara langsung apa yang terjadi di istana langit ke satu.
“Ampun penguasa para langit, hamba tidak berani memberikan keputusan. Hukuman terberat pastinya yang harus diterima pembuat bencana tersebut” jawab Dewa Matahari, memberanikan diri mengeluarkan pendapatnya sambil tetap berlutut dan tertunduk dihadapan penguasa seluruh istana langit yaitu Dewa Nata.
“Bahkan dirikupun selaku penguasa dari seluruh tingkatan istana langit tidak akan mampu melakukan kerusakan yang begitu dahsyat di istana langit kesatu dalam waktu singkat. Ini merupakan takdir dari Penguasa yang Agung penguasa dari segala penguasa yang hidup dan yang mati” kata Dewa Nata menjelaskan, semua kerusakan dan bencana maha dahsyat tersebut tidak bisa dihindari dan harus terjadi.
“Bencana ini terjadi karena larangan istana langit telah dilanggar oleh sepasang dewa-dewi yang sedang dimabuk asmara, sehingga nafsu angkara murka mengalahkan hati dan fikiran jernihnya” beber Dewa Nata, memberitahukan kepada para dewa atas terjadinya bencana tersebut.
“Penguasa Agung penguasa dari para penguasa yang hidup dan yang mati memberikan teguran kepada kita semua, walaupun kita berada di istana langit aturan langit tetap berlaku. Baik semuanya berdiri, kita ke istana langit tingkat 4 dimana dewa dewi tersebut berada” kemudian para dewa berdiri bersiap untuk pergi bersama penguasa langit atau dewa nata ke tempat dewa dewi yang dimaksud.
Mendengar istana langit ke 4, yang paling terpukul pastinya penguasa istana langit tingkat 4 yaitu dewi bulan. Dengan muka merah penuh amarah Dewi bulan hanya mampu menahan kemarahannya, dalam hatinya berkata siapa dewa dewi yang berani berbuat kurang ajar diwilayah istana langitnya.
Dalam sekejap Dewa penguasa seluruh tingkatan langit telah tiba dimana Baladewa dan Luhrinjani berada, diikuti oleh keempat Dewa penguasa yang mengikutinya.
Begitu Dewa Nata berada dihadapan Baladewa dan Luhrinjani, secara ajaib waktu yang tadinya berhenti langsung normal seperti sedia kala seolah tak ada yang terjadi.
Baladewa dan Luhrinjani yang tengah beradu bibir langsung terkejut saat mengetahui siapa yang datang, karena bagaimanapun semua yang datang merupakan dewa penguasa langit. Terlebih lagi saat melihat dewa penguasa seluruh langit, keduanya gemetar sambil tiba-berlutut merapatkan tangan diatas kepala sambil bercucuran air mata memohin ampun.
“Anak durhaka, beraninya kalian mengotori istana langit akan kuhancurkan jasad kalian bersama rohnya” geram Dewi Bulan, saat mengetahui bahwa yang melanggar aturan langit adalah anaknya sendiri. Dewi Bulan kemudian mengangkat tangannya, terlihat cahaya putih diselimuti warna kekuningan seperti cahaya rembulan.
Kekuatan yang dikeluarkan Dewi Bulan merupakan kekuatan tahap pertama dari cahaya bulan sabit, namun kekuatannya mampu menghancurkan satu benua didaratan bumi.
“Tahan Dewi Bulan, nafsu tidak akan menyelesaikan perbuatan nafsu. Penguasa Agung penguasa dari segala penguasa yang hidup dan yang mati telah memberikan hukuman yang setimpal kepada mereka berdua” ucap Dewa Nata dengan nada yang berwibawa, mengingatkan kepada dewi bulan untuk tidak menurunkan hukuman berdasarkan nafsu amarah.
“Ampun penguasa seluruh para langit, walaupun Luhrinjani putri hamba sendiri hamba tidak akan segan-segan menurunkan hukuman berat kepada putri hamba” kata Dewi Bulan sambil berlutut dihadapan Dewa Nata.
“Bagaimana denganmu Dewa Matahari?” tanya Dewa Nata yang sekilas menatap wajah Dewa matahari, yang tampak dengan jelas muka Dewa Mataharipun tampak merah padam menahan kemarahan kepada putranya Baladewa yang telah melanggar aturan langit.
“Penguasa dari seluruh langit, tinggal perintah hamba, bila mereka ingin hamba hancur leburkan dalam sekejappun akan hamba leburkan dengan seluruh rohnya” jawab Dewa Matahari sambil berlutut dan merasa malu akibat perbuatan anaknya itu satu istana langit tingkat satu porak poranda.
“Baiklah, tapi sebelumnya saya ingin bertanya kepada putramu Baladewa dan putri Luhrinjani. Putra Dewa Matahari dan Putri Dewi Bulan, atas perbuatan kalian yang melanggar peraturan langit satu istana langit tingkat kesatu musnah porak poranda. Apa yang ingin kalian sampaikan sebelum menerima hukuman?” tanya Dewa Nata dengan suara tetap berwibawa dan tatapan tajam kepada sepasang dewa dewi yang terus tertunduk dan tidak berani mengangkat wajah sedikitpun.
Dengan nada beegetar Baladewa akhirnya berbicara secara perlahan, namun tampak jelas terdengar. Sementara Luhrinjani tak henti-hentinya meneteskan air mata, terbayang hukuman yang akan menimpa kepada dirinya.
“Hamba sangat menyesal akibat perbuatan hamba berdua membuat susah semua penguasa istana langit, hamba memohon maaf dan memohon ampun atas segala kehancuran yang terjadi di istana langit tingkat kesatu. Apapun hukumannya kami berdua siap menerimanya. Ayah mohon maafkan kelakuan anakmu yang telah membuat malu ayah, begitupun kepada Dewi Bulan saya atas nama putri anda memohonkan beribu ampun atas semua perbuatan yang telah kami lakukan” Baladewa berkata dengan bergetar, seolah penyesalan yang mereka katakan sudah terlambat dan siap menerima hukuman seberat apapun walaupun mereka akan dimusnahakan dan dihancurkan berkeping-keping.
“Baladewa dan Luhrinjani, kalian sudah mengakui kesalahan yang telah kalian perbuat. Kalian juga telah menyesali atas perbuatan yang kalian lakukan, hukuman langit tetap harus dijalankan karena ini semua sudah takdir yang tidak bisa di elakkan. Jasad kalian berdua akan dihancurkan, namun roh kalian tidak akan dimusnahkan. Kalian akan bereinkarnasi ke alam dunia pana. Namun Reinkarnasi yang akan kalian jalani sangat berat, yaitu kalian akan berenkarnasi selama 7 kali reinkarnasi. Setiap satu kali Reinkarnasi, hidup kalian akan penuh liku-liku kesusahan kalian harus tetap berbuat kebajikan namun diakhir kalian akan menemukan kebahagiaan. Saat kalian mendapatkan kebahagiaan, saat itulah kalian akan kembali bereinkarnasi kembali hingga 7 kali Reinkarnasi. Namamu kini menjadi Dewi Kenikmatan dan Dewa Pemuas Kenikmatan. Pejamkan mata kalian, terimalah hukuman langit yang merupakan sudah takdir kalian” kemuadin tanpa diminta persetujuan, Dewa Nata mengangkat tangannya dan melambaikan tangan kepada kedua dewa dewi tersebut. Secara perlahan tubuh dewa dewi itu hancur menjadi butiran-butiran cahaya kemudian menghilang dari pandangan.
“Dewa Bumi, Dewa Air, Dewa Bulan dan Dewa Matahari dengarkan Sabdaku” Dewa Nata kemudian mengangkat tangan. Dewa Bumi dan Dewa Air yang sejak tadi mematung berdiri kemudain mengambil posisi berlutut, desebelah Dewa Matahari dan Dewi Bulan yang telah berlutut terlebih dahulu.
“Istana langit merupakan simbol dari segala simbol, simbol keadilan dari seluruh keadilan, simbol hukum dari seluruh simbol hukum. Yang bersalah harus menerima hukuman dengan seadil-adilnya. Istana langit merupakn simbol kehancuran dari segala kehancuran dan simbol kemakmuran dari segala kemakmuran. Semua yang terjadi hari ini merupakan takdir dari Penguasa Agung Penguasa dari seluruh penguasa yang hidup dan yang mati. Kalian semua kembalilah ke Istana langit kalian, saampaikan sabdaku kepada seluruh penghuni istana kalian. Diriku akan pergi ke istana langit tingkat satu untuk memperbaiki seluruh dataran istana disana, setidaknya akan memakan waktu 7000 tahun memperbaikinya” sabda Dewa Nata, kemudian ada suara seperti hembusan angin perlahan, sebuah tanda Dewa Nata selaku penguasa istana seluruh tingkatan langit telah lenyap entah kemana.
Keempat dewapun kemudian melakukan hal yang sama meninggalkan tempat tersebut, keempatnya dalam waktu sekejapan mata sudah menghilang dari pandangan mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
😎 ȥҽɳƙαɱʂιԃҽɾ 😎
131
2021-09-15
0
Rayhan Pahlevi
beneran inih
2020-10-13
0