Bab 17

Pagi menjelang, mentari telah menampakkan sinarnya. Pria yang kini berada dalam kamar seorang gadis telah terbangun jauh dari mentari pagi bersinar. Setelah semalam menelusuri setiap sudut kamar Vanya, akhirnya ia menemukan sesuatu yang akan sangat berguna di masa depan untuk dirinya dan juga gadis yang kini masuk dalam kehidupannya.

Pria itu bergegas keluar dari kamar dan menyiapkan sebuah sarapan untuk Vanya yang masih terlelap dalam tidurnya. Aroma masakan yang datang dari arah dapur menusuk hidung Vanya dan membuatnya menjadi lapar, ia pun membuka matanya dan terbangun dengan keadaan yang masih setengah sadar. Perlahan Vanya melangkahkan kakinya untuk melihat siapa yang telah berada di dapurnya sepagi itu.

Mata gadis itu seketika melotot ketika melihat sosok pria yang sedang menyiapkan sesuatu. "Hei kau! Apa yang kamu lakukan?" Teriak Vanya sambil menunjuk ke arah pria itu. Mendengar teriakan vanya, dengan kaget pria itu menoleh ke belakangnya dan terlihat seorang gadis yang sangat berantakan di dapan matanya.

"Kau.... Ahh.. bukannya nya kau si pria menyebalkan? Kenapa kau berada disini?" Tanya Vanya yang seketika lupa dengan kejadian semalam.

Tanpa menjawab pertanyaan Vanya, Ernan kembali menyelesaikan msakannya. Sementara dengan Vanya yang masih berdiri kebingungan mencoba mengingat apa yang terjadi dalam rumahnya semalam hingga akhirnya ia teringat dengan semuanya dan langsung ngiprit masuk kedalam kamar. Dengan tak sengaja Vanya manutup pintu kamar begitu kencang hingga menarik perhatian Ernan.

Beberapa menit berlalu, Vanya kembali keluar dan masuk kedalam kamar mandi, ia menggosok gigi serta mencuci mukanya, tak ingin memperlihatkan wajahnya pada Ernan ia diam-diam kembali ke kamar dengan menutup wajahnya menggunakan sebuah handuk kecil.

Jduk... Gadis itu serasa menabrak sesuatu ia meraba untuk mengetahui apa yang di tabraknya tanpa membuka handuk yang menutupi wajahnya. "Huh? Apa ini? Kenapa begitu elastis?" Batin Vanya yang terus meraba-raba, ia pun menempelkan telinganya pada benda yang ia tabrak.

Deg .. deg ..deg... Terdengar suara degupan jantung yang begitu tenang, tanpa di sadari Vanya begitu menikmati suara degupan itu dan terasa kehangatan yang menyelimutinya. Sampai beberapa detik akhirnya ia tersadar dan membelalakkan matanya "Mampuz gak mungkin jika sebuah tembok memiliki degupan jantung, dan itu artinya ini adalah...." Batin Vanya yang kemudian ia membuka handuk yang menutupi wajahnya dan mendongak melihat orang yang berada di hadapannya.

Ernan yang sedari tadi berdiri seperti patung, menunduk melihat wajah Vanya yang terlihat seperti seekor kucing tertangkap mencuri ikan.

"Kyaaaaa...." Vanya pun berteriak dan mundur beberapa langkah menjauh dari Ernan.

"Sudah puas meraba-raba nya?"

"Apa tubuh ku begitu nyaman sampai kamu gak bisa melepaskannya?" Sambung Ernan kembali.

"Yasshh!! Suruh siapa kamu menghalangi jalan ku?"

"Jika aku gak menghalangi mu, jidat mu gak akan selamat." Ucap Ernan.

Vanya pun memyadari dengan posisi berdirinya pria itu yang ternyata menghalangi dirinya untuk tidak menabrak sebuah dinding.

"Karena kau telah berani meraba-raba dan bersandar di dada ku, aku potong gaji mu 10%" ucap Ernan kembali.

"T-tapi itu gak sengaja, kenapa harus potong gaji segala?"

"Gak ada alasan!"

"Benar-benar mimpi buruk." Gerutu Vanya yang kemudian masuk kedalam kamarnya untuk mengganti baju.

Di saat Vanya dalam kamarnya, ponsel yang ia tinggalkan di sebuah sofa tempatnya tidur terus berdering, dengan tanpa sebuah ijin Ernan menjawab panggilan telponnya yang tak lain adalah dari Nic.

"Udah berangkat?" Tanya Nic dalam sambubgan telponnya.

"Hallo Van.. kenapa diam?"

"Dia sedang ganti baju" Sahut Ernan

"Kau siapa? Kenapa ponselnya bisa di tangan kamu?"

"Suami." Jawab Ernan.

"Yakk! Kenapa menjawab telpon ku tanpa ijin?" Teriak Vanya yang langsung merebut ponselnya dan langsung memutuskan sambungan telponnya.

"Ponsel mu berisik! Aku hanya membantu menjawabnya." Sahut Ernan.

"Apa yang kau katakan padanya?"

"Gak ada."

Ernan berjalan ke arah meja makan, ia duduk dan menyantap sarapannya yang telah di siapkanya sendiri tapa menawari Vanya.

"Dasar manusia gak ada akhlak! Dia pikir dia siapa bisa seenaknya nginap di rumah orang, makan sendiri menghabiskan semua bahan makanan ku!" Gumam Vanya.

Gadis itu pun melangkah menghampiri meja makan dan duduk di hadapan Ernan yang sedang menikmati makanannya. Vanya yang mencoba mengambil satu suap makanan di hadang oleh tangan Ernan yang menghentikan niatnya.

"Ini punya ku, gak ada seorang pun yang boleh memakannya." Ucap Ernan.

"Apa kau begitu tega melihat seorang gadis kecil yang kelaparan?" Ucap Vanya dengan baby face nya.

"Gak mempan!" Sahut Ernan yang melanjutkan makannya.

Ting tong. . . Suara bel rumah berbunyi, Vanya beranjak dari duduknya dan segera membukakan pintu melihat siapa yang datang.

Ceklek. . . Pintu terbuka, seorang pria datang dan langsung memeluk Vanya.

"Ian! Ada apa dengan mu?" Ucap Vanya yang melihat tingkah aneh Ian.

"Aku merindukan mu, kenapa kemarin kau pergi begitu saja?" Tanya Ian.

"Kemarin aku..." Ucapan Vanya terputus ketika Ernan menghampirinya.

Mata Ian seketika melotot melihat seorang pria yang terlihat begitu keren dan tampan berada di rumah Vanya.

"Sudah sampai mana permainan mu hm?" Tanya Ernan berbisik pada Vanya.

"Maksud kamu?"

"Berapa banyak pria yang sering masuk ke rumah ini?" Sahut Ernan.

"Ahh... Aku lupa menghitung jumlahnya, yang penting aku bisa bersenang-senang bersama dengan mereka." Sahut Vanya dengan sengaja mengatakan kobohongan itu.

"Vanya.. siapa dia? Kenapa berani sekali dia menhina mu seperti itu?" Tanya Ian.

"Dia...."

"Suami"

Belum sempat Vanya menyelesaikan ucapannya, dengan cepat Ernan menyela ucapan gadis di sampingnya.

"Hei.. dia bahkan belum menikah, bagaimana bisa mengaku sebagai suaminya?" Sahut Ian.

"Calon suami." Ucap Ernan.

"Yak! Berani-beraninya kau bersaing dengan ku!" Sahut Ian dengan sok berani.

Ernan pun mengeluarkan tatapan tajamnya denga aura iblis yang begitu kuat hingga membuat nyali Ian mengecil dan mundur perlahan.

"Aku sekolah dulu, nanti balik lagi." Ucap Ian yang langsung melesat lari meninggalkan rumah itu.

Setelah Ernan pergi, ia mengalihkan tatapannya ke arah Vanya, dengan perlahan Vanya berjalan mundur hingga mentok di sebuah tembok. Gadis itu membalas tatapan Ernan dengan cukup berani.

"Apa kau juga bermain bersama dengan anak kecil?" Tanya Ernan menghimpit Vanya.

"Cukup Ernan! Jika aku terlihat begitu hina dan rendah di mata mu, kenapa memilih aku untuk jadi pacar bayaran mu?" Ucap Vanya.

"Karena orang seperti mu lebih lihai dalam berakting, beda dengan wanita biasa." Sahut Ernan.

"Baiklah, sekarang jauhkan tubuh mu karena aku gak mau gaji ku di potong karena telah menyentuh mu!"

"Apa buat mu uang adalah segalanya?" Tanya Ernan.

"Tentu."

Ernan hanya tersenyum remeh, setelah berhasil mencari apa yang ia butuhkan Ernan pun peegi meninggalkan rumah Vanya begitu saja.

***

Bersambung. . .

Terpopuler

Comments

Miadi

Miadi

nemuin design karya vanya ya thor 🤔

2021-11-03

0

Enima Afla Sabita

Enima Afla Sabita

vanya melindungi keperawanan dgn cara bersikap arogan

2021-08-22

10

🦋💞fatimah💞🦋

🦋💞fatimah💞🦋

penasaran ap yg ditemuin Ernan

2021-08-01

7

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!