Bab 13

Hari mulai malam, setelah pulang dari mall Vanya merebahkan dirinya sejenak di atas sebuah ranjang yang tidak terlalu besar, ia mencoba memejamkan matanya namun terlintas bayangan kedua pria dalam pikirannya hingga mengacaukan suasana hati gadis itu.

"Aishh... Sial! Kenapa mereka selalu muncul di pikiran ku?"

"Ayo sadarlah Vanya!" Ucap Vanya pada dirinya sendiri.

Ia pun bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Selesai mandi Vanya mengambil sebuah gaun berwarna hitam polos di atas lutut yang begitu pas hingga membuat lekuk tubuh nya begitu terlihat jelas. Setelah semuanya rapi, ia bergegas keluar dan pergi ke tempat kerjanya.

Dalam sebuah perjalanan ponsel Vanya terus berdering, ia mengambil ponselnya dan menerima sebuah panggilan dari Ian seorang pria muda yang berusaha mengejarnya.

"Hey Vanya! Kenapa hari ini kamu gak ke toko? Apa kau sudah bosan bekerja?" Teriak Ian dalam sambungan telponnya.

"Kau benar, aku sudah berhenti kerja disana." Sahut Vanya.

"Apa?! Bagaimana bisa kamu berhenti tanpa sepengetahuan ku? Dimana kamu sekarang? Aku akan menemui mu." Beberapa pertanyaan pria itu lontarkan.

"Aku sedang bekerja, sebaiknya kamu tetap diam atau masalah akan datang." Saut Vanya yang langsung memutuskan telponnya.

Ia kembali menaruh ponselnya kedalam tas kecil di pangkuannya. Tak lama kemudian sebuah bus yang di tumpangi Vanya pun terhenti, ia segera turun dan berjalan beberapa langkah untuk sampai di tempat kerja nya.

Setelah masuk kedalam dunia malam, seperti biasa Vanya melakukan pekerjaan nya dengan baik, melayani beberapa tamu, mengajak berbincang dan bahkan rokok serta alkohol pun telah bersahabat dengan nya. Setiap malam Vanya melakukan semua itu, entah apa yang ada di pikirannya, tak peduli seberapa hina pekerjaannya yang penting ia bisa menyambung hidup.

Vanya telah candu dengan dunia malam yang kelam yang di bawa oleh Michel. Ia menikmati detik demi detik ketika bersama orang-orang di sekitarnya.

Cekrek... Cekrek... Suara kamera yang mengambil beberapa foto Vanya ketika bersama dengan seorang pria dengan jarak yang begitu dekat. Vanya yang selalu waspada bersikap santai dengan apa yang di lakukan orang itu, ia pun beranjak dari tempatnya dan menghampiri orang yang telah mengambil fotonya secara diam-diam.

"Kemarikan ponsel mu." Ucap Vanya pada seorang pria yang ia curigai.

"Untuk apa kau meminta ponsel ku?" Sahut pria itu.

"Apa kamu tau, pengambilan foto tanpa seizinnya adalah tindakan kriminal?" Ucap Vanya dengan begitu berani.

"Untuk apa aku memotret mu? Jangan kira karena kecantikan mu semua pria akan menyukai mu, kau bahkan terlihat menjijikan!" Sahut pria itu yang langsung pergi ke luar.

Seketika Vanya terdiam ketika dia mengatakan hal itu untuk dirinya. Ya, Vanya tau kalau apa yang di lakukan nya sangatlah menjijikan bahkan ia sadar dengan apa yang ia lakukan, tapi ia tak bisa menerima semuanya begitu aja, Vanya pun bergegas keluar dan mengejar orang tersebut.

"Hei... Tunggu....!!" Teriak Vanya di belakang pria asing tadi.

Pria itu pun menghentikan langkahnya, Vanya bergegas menghampirinya dan memberikan sebuah pelajaran untuknya.

"Yak! Apa yang kau lakukan? Kenapa kau tiba-tiba memukulku?" Bentak pria itu sambil memegang sebelah pipi nya yang terkenal pukulan Vanya.

"Siapa yang menyuruhmu?" Tanya Vanya.

"Apa yang kau katakan aku sama sekali gak mengerti!" Sangkal pria itu.

Dengan paksa gadis itu pun menggeledah si pria itu hingga akhirnya ia menemukan ponsel nya dan segera mengecek isinya.

"Lihatlah, apa kau masih ingin mengelak?" Ucap Vanya menunjukkan foto dirinya di ponsel itu.

Ia pun membuka log panggilan dan tertera sebuah nomor dengan nama "big boss" Vanya segera menyalin nomor itu ke ponselnya, tak lupa ia juga menghapus semua fotonya dan melempar ponsel itu ke sembarang arah.

"Jika kamu ketahuan melakukan itu untuk kedua kalinya ku pastikan kau akan kehilangan sebelah tangan mu!" Ucap Vanya dengan suara menekan dan mendorong pria itu hingga tersungkur.

**

"Bodoh! Bagaimana bisa kamu kalah dengan seorang wanita yang bahkan badannya lebih kecil dari kamu!" Ucap sesorang memarahi pria itu.

"Maaf bos, sepertinya dia punya skill bela diri yang lumayan bagus." Ucap pria itu menunduk.

"Sial! sehebat apa dia sampai bisa mengalahkan mu!"

Dengan kesal orang itu mengepalkan kedua tangannya, hampir saja ia menemukan bukti kehidupan Vanya namun semuanya gagal begitu saja, ia meneguk minumannya dengan sorot mata yang begitu tajam.

*

Vanya kembali masuk kedalam bar itu, ia melihat Nic yang telah duduk menunggunya. Gadis itu pun menghampiri pria yang di sukai nya itu dan duduk di sampingnya.

"Darimana?" Tanya Nic.

"Mendadak ada keperluan sebentar." Sahut Vanya.

Nic menatap lekat wajah Vanya, setiap inci ia perhatikan dan ingin rasanya ia memiliki Vanya malam itu, namun semua hanya harapan yang entah itu akan terwujud atau tidak. Merasa aneh dengan tatapan pria di sampingnya, Vanya pun beranjak dari duduknya dan berjalan menuju sebuah toilet.

Ia mencuci mukanya di sebuah wastafel dan mengelapnya dengan sebuah tisu. Gadis itu merapikan riasan serta rambutnya yang sedikit acak-acakan. Setelah rapi kembali Vanya bergegas keluar, ia di kagetkan dengan seseorang yang tiba-tiba menariknya dan menyeretnya ke sebuah tembok.

"Nic? Apa yang kau lakukan?" Tanya Vanya.

Kini jarak mereka begitu dekat, Nic menghimpit tubuh mungil Vanya dengan kuat, gadis itu hanya terdiam menatap pria di hadapannya yang seperti singa kelaparan menemukan mangsanya. Tanpa sebuah kata atau hal lainnya, Nic mencium bibir Vanya dan memainkannya dengan begitu lihai.

Awalnya Vanya berontak dengan apa yang di lakukan pria itu, namun pada akhirnya ia bisa merasakan kelembutan, kehangatan dan kenyaman yang Nic berikan. Entah itu rasa cinta atau semacamnya yang jelas kini Vanya menyukai permainan yang Nic lakukan terhadap bibir mungilnya. Seketika ia lupa dengan semua masalah hidupnya seakan ia merasa terlindungi oleh orang yang kini sedang menyantap habis bibirnya. Namun dengan secara tiba-tiba sekelibat bayangan Ernan melintas di pikirannya, Vanya pun dengan refleks mendorong Nic dan mengakhiri ciuman nakalnya.

"Kau gila Nic!" Ucap Vanya.

"Kau benar, aku gila karena mu sampai aku gak bisa menahan semuanya." Sahut Nic.

Pria itu kembali meraih tengkuk leher Vanya dan mencoba melakukannya lagi, namun dengan cepat gadis itu mengalihkan pandangannya dan menolak kemauan Nic. "Aku harus kerja." Ucap Vanya yang pergi begitu saja. Ia menyulutkan rokoknya dan kembali ke ruangan yang awalnya begitu pengap namun kini telah biasa dengan semuanya.

"Kenapa wajah pria itu selalu melintas di pikiran ku?" Gumam Vanya ketika teringat dengan Ernan.

"Vanya...." Teriak Michel yang berlari ke arahnya.

Michle datang bersama dengan Joe, merekapun minum bersama yang di selangi canda tawa.

***

Bersambung. . .

Terpopuler

Comments

Keser Galby

Keser Galby

kalo cuma hanya biayaya kuliah sama nyabung hidup duit dari hasil pacar contrak sama gajih dri mini market saya rasa cukup....
utumah emng panya nya aja yng udah terbiasasa dengan dunia club

2022-11-10

0

Iiq Rahmawaty

Iiq Rahmawaty

ohh gw rsa itu kluarga nya si ernan tuh yg ngiri ga dpt warisan

2021-12-23

0

Iiq Rahmawaty

Iiq Rahmawaty

wehh hebatt vanya..

2021-12-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!