Bab 7

Setelah keluar dari ruangan itu, Vanya bersandar di sebuah tembok dengan rokok yang menempel di bibirnya. Ernan yang hendak keluar dan melewatinya, melepas rokok Vanya dan membuangnya begitu saja. "Yak! apa yang kau lakukan?" tanya Vanya dengan kesal. Ernan hanya mengabaikan ucapan Vanya, ia melenggang keluar dari bar itu dan menyuruh Leo yang selaku asistennya membawa Vanya pergi masuk kedalam mobilnya.

Vanya pun duduk di dalam sebuah mobil milik tuan muda itu. Tak ada percakapan diantara keduanya, Vanya yang merasa tidak enak badan hanya duduk terdiam tanpa sebuah kata meski ia tidak mengetahui apa yang akan di lakukan Ernan yang tiba-tiba membawanya pergi.

Hingga akhirnya Leo menghentikan mobilnya di depan sebuah restoran mewah. Dengan segera Leo membukakan pintu mobilnya.

"Untuk apa kau membawa ku kesini?" tanya Vanya kebingungan.

"Kasih makan peliharaan." jawab Ernan.

Dengan kondisi yang seperti itu otak Vanya seketika loading, ia mencari hewan peliharaan di sekitaran Ernan dan juga Leo, namun tidak ada seekor kucing ataupun anjing yang mereka bawa. Gadis itu masih terdiam berdiri dengan tatapan yang masih bingung, sampai akhirnya ia teringat dengan perjanjian di bar tadi. "Sial! apa yang di maksud dia peliharaan adalah aku?" gumam Vanya kesal sendiri. Gadis itu segera mengejar Ernan yang telah duduk di sebuah meja dan telah memesan beberapa makanan.

Vanya berdiri di sampingnya dengan wajah yang kesal, ingin rasanya ia memarahi pria itu namun apalah daya, dalam sebuah surat perjanjian tertulis kalau ia harus mengikuti dan menuruti kemauan Ernan.

"Duduklah." ucap Ernan.

Vanya pun duduk di hadapannya, tak lama kemudian pesanan datang, seorang pelayan menghidangkan beberapa makanan di hadapan Vanya. Seketika mata Vanya melotot melihat beberapa hidangan mewah yang terlihat begitu enak di hadapannya. Baru pertama kali ini ia menyantap makanan enak karena selama ini Vanya hanya memakan mie instan atau memasak sendiri karena harus menghemat biaya.

Gadis itu memasukkan makanan kedalam mulutnya dengan begitu lahap hingga membuat Ernan merasa kenyang walau hanya melihatnya saja.

"Apa kau tidak makan satu tahun? seperti orang kelaparan." ucap Ernan.

"Diam lah! jangan merusak nafsu makan ku." sahut Vanya dengan mulut yang begitu penuh.

Ernan hanya tersenyum tipis melihat Vanya yang makan layaknya orang kesurupan. Setelah menghabiskan semuanya, Vanya bersandar di kursinya sambil mengelus perutnya yang begitu kenyang. "Leo." panggil Ernan pada asisten pribadinya. Dengan segera Leo menghampirinya dan memberikan sebuah obat yang telah di belinya.

"Apa ini?" tanya Vanya.

"Bukankah anak bayi juga tau kalau itu obat?" sahut Ernan.

"Darimana kau tau aku sakit?"

"Gak usah banyak tanya, cepat minum!"

Vanya pun menuruti apa yang di katakan pria itu, setelah meminum obatnya mereka bergegas kembali masuk kedalam mobilnya.

"Dimana rumah mu?"

"Jalan X gedung B lantai 2 nomor 54"

**

Sesampainya di depan sebuah bangunan yang hanya terdiri dari beberapa lantai, Vanya pun bergegas turun dari mobil Ernan. Tak lupa ia juga mengucapkan terimakasih pada pria itu sebelum akhirnya ia masuk kedalam rumahnya. Setelah masuk kedalam rumah, Vanya merebahkan dirinya di atas sebuah sofa tanpa mengganti baju dan mencuci mukanya terlebih dulu.

Beberapa kali ponsel Vanya berdering namun tak satupun panggilan yang ia jawab karena telah terlelap dalam mimpinya.

"Kemana gadis itu? kenapa panggilan aku gak di jawab satupun." gerutu Michele yang mencemaskan nya.

"Mungkin dia udah tidur, gak perlu kau mencemaskan nya seperti itu." sahut Joe.

"Emang dasar pria gak pengertian, gimana kalau sesuatu terjadi padanya?"

"Percayalah, dia akan baik-baik aja."

"Emm... tunggu, kenapa kamu tidak menelpon pada bos nya? bukankah kau mengenalnya dengan baik?" sambung Joe.

"Kau benar, kenapa aku tidak kepikiran."

Michel pun mencoba menelpon Reno yang tak lain adalah pengelola bar tempat Vanya bekerja. Setelah mendapatkan jawaban yang pasti, bukan merasa lebih tenang, Michel semakin mencemaskan teman malang nya itu. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke rumahnya bersama dengan Joe.

Sesampainya disana Michel segera membuka pin rumah yang Vanya tempati, ia menerobos masuk sampai akhirnya perasaan nya lega setelah melihat gadis yang ia cari telah terlelap dengan keadaan baik-baik saja.

"Sudah ku bilang juga apa? dia akan baik-baik saja." ucap Joe.

"Yaudah kamu pulang sana, udah larut juga."

"Kamu sendiri gak pulang?"

"Aku akan menginap disini, ada beberapa pertanyaan yang harus aku tanyakan padanya di saat dia bangun."

"Baiklah, sampai bertemu besok."

Joe pun meninggalkan tempat itu, hingga kini hanya tersisa dua orang gadis. Melihat Vanya yang tertidur pulas dengan heels yang masih menempel di kakinya, dengan segera Michele melepasnya dan mengambilkan selimut untuk menutupi tubuh Vanya.

**

Malam telah berlalu, mentari pagi telah menerobos masuk kedalam jendela kamar. Michel pun mengerjapkan matanya dan perlahan terbangun dari tidurnya, ia bergegas keluar dari kamar dan melihat Vanya masih terlelap. Kini Michele duduk di bawah sofa tempat Vanya tertidur dengan posisi menghadap temannya dan menatap lekat wajahnya.

"Hei, mau sampai kapan kamu tertidur?" ucap Michel yang menganggu Vanya.

Mendengar suara samar-samar, Vanya pun mulai membuka matanya dan betapa kagetnya dia ketika melihat sosok gadis seumurannya berada tepat di depan wajahnya. "Kyaaa... hantu..!" teriak Vanya yang langsung terduduk sambil menutup matanya.

"Hei.. mana ada hantu secantik aku." ucap Michel.

"Ehh, suaranya kok berasa kenal." gumam Vanya.

Perlahan ia menurunkan kedua tangan nya dan membuka matanya.

"Kamu kan Michel? ngapain disini?" ucap Vanya.

"Kumpulkan nyawa mu, ada beberapa pertanyaan yang ingin aku tanyakan."

"Aku gak mau jawab jika pertanyaan mu begitu aneh." sahut Vanya yang beranjak dari duduknya dan berjalan masuk kedalam kamar mandi.

Beberapa menit berlalu, Vanya telah rapi dengan sebuah jeans pendek di atas lutut serta t-shirt yang over size dan rambut yang di kuncir ke atas. Ia kembali duduk di samping Michel dengan membawa sebuah roti untuk menemaninya sarapan.

"Katakan apa yang ingin kau ketahui?" tanya Vanya.

"Pergi dengan siapa tadi malam?"

"Seorang pria tampan, mapan, dan hanya memiliki satu ekspresi yang begitu datar."

"Namanya?"

"Namanya ya.. namanya siapa?" ucap Vanya yang bingung sendiri.

"Astaga... aku lupa menanyakan namanya." sambung Vanya cengengesan.

"Hei.. bagaimana bisa kamu lupa menanyakan namanya? kalau terjadi sesuatu dengan kamu bagaimana bisa aku mencarinya untuk bertanggung jawab?"

"Sudahlah, gak terjadi apa-apa antara aku dengan dia, kecuali sebuah perjanjian."

"Perjanjian?" ulang Michel.

"Hm, perjanjian untuk aku menjadi pacar bayarannya."

"Hah?!" sahut Michel yang begitu kaget dengan apa yang di ucapkan temannya itu.

Ya, bagaimana bisa seorang Vanya menjadi pacar bayaran? apa itu sejenis pekerjaan? atau bahkan dunia baru yang akan mengubah hidupnya?

***

Bersambung. . .

Terpopuler

Comments

Rahma

Rahma

dari awal aq kira Michele itu cowok lho thooooor,,,,🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭

2022-04-14

2

dharmayanti rizky

dharmayanti rizky

michel itu cewek to,,, humm tor tor kenapa hrs nama cowok sih 🙈🙈

2021-12-13

0

Lina ciello

Lina ciello

awal ernan tertarik sama vanya gimana thor

2021-11-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!