Bab 8

"Apa aku gak salah dengar? Pacar bayaran? Apa maksud semua itu?"

Beberapa pertanyaan Michel lontarkan. Ia masih tidak percaya dengan apa yang di katakan sahabatnya itu, Begitu susahnya kah hidup Vanya sampai harus menjadi pacar bayaran?

"Berapa uang yang kamu butuh? Aku akan memberikannya asal kamu jangan mau di peralat seorang pria."ucap Michel kembali. 

"Gak usah berlebihan, aku rasa dia gak seburuk itu dilihat dari penampilannya dia terlihat seperti sugar Daddy yang akan sangat menguntungkan ku." Jelas Vanya menyeringai. 

"Hei.. sejak kapan kau jadi wanita licik?" 

"Mungkin di saat aku melihatnya, sudahlah aku mau mandi dulu, apa kau tidak berniat untuk pulang?" 

"Sialan, kenapa kau mengusirku sepagi ini?"

"Terserah." Ucap Vanya yang melenggang pergi masuk ke kamar mandi. 

Hari menjelang siang, karena bertepatan hari libur Vanya pergi ke minimarket lebih awal dari biasanya, ia menyuruh rekan kerjanya untuk bergantian shift. Dengan seperti biasa di saat sepi pengunjung, Vanya membereskan beberapa barang yang baru datang atau hanya sekedar mengubah posisinya tak lupa juga ia menyortir makanan yang hampir expired. 

Selesai merapikan barang, untuk mengisi waktu luangnya Vanya mengepel lantai dan mengelap meja sampai akhirnya ia terhenti ketika melihat selembaran brosur yang terletak di atas meja. Ia pun duduk dan menatap lekat brosur itu yang berisi sebuah pengumuman perlombaan desainer.

"Cantik." Bisik seseorang yang tiba-tiba datang dari belakang Vanya.

Namun karena terlarut dalam lamunannya, ia tidak mendengar apa yang di ucapkan orang itu. Ian mengetuk meja di hadapan Vanya sampai akhirnya ia tersadar kalau Ian telah berada di hadapannya.

"Ian... Sejak kapan kamu disitu?" Tanya Vanya. 

"Abad yang lalu." Jawab Ian ketus. 

"Yak! Ngapain kamu disini? Gak ada kegiatan lain apa?" 

"Karena aku tau di hari libur kamu pasti berganti shift jadi aku kesini khusus untuk menemui kamu." 

"Laga mu udah kayak orang dewasa aja." 

"Jelas aku udah dewasa, kamu kira aku anak TK apa?" 

"Kamu masih kelas 3 SMA sayang, lebih baik kau memanggil ku kakak." Jelas Vanya. 

"Gak mau, aku mau panggil kamu dengan sebutan sweete." 

"Yaasshh! Bocah nakal!" Ucap Vanya yang hendak memukulnya. 

Di tengah canda tawa mereka, dengan tiba-tiba seseorang yang berpakaian rapi datang menghampiri keduanya. Ia menyuruh Vanya untuk ikut bersamanya, sejenak Vanya berpikir dalam diamnya mengingat pria yang kini berdiri di sampingnya. Gadis itu pun beranjak dari duduknya dan berjalan memutari pria itu. Sementara dengan Ian hanya memperhatikan tingkah Vanya yang seolah mengenal pria tersebut. 

"Ahh ya.. aku baru ingat siapa kamu."

Seketika ucapan Vanya mengagetkan  Leo dan juga Ian yang berada di dekatnya.

"Kamu mau bawa aku kemana?" Tanya Vanya.

"Tuan muda menyuruh saya untuk menjemput anda nona." Sahut Leo. 

Pembicaraan diantara keduanya membuat Ian semakin bingung yang tak mengerti dengan apa yang terjadi dengan Vanya beberapa hari ini. Ia menarik gadis itu masuk kedalam minimarket untuk mengajaknya bicara secara pribadi.

"Jelaskan semuanya, siapa dia? Dan siapa tuan muda yang dia maksud?" Tanya ian. 

"Entah, aku juga gak tau siapa namanya." Sahut Vanya berjalan mengambil satu kaleng minuman dan meneguknya. 

"Yak! Bagaimana kamu bisa ikut dengannya sementara kamu tidak tau siapa dia?" Ucap Ian.

"Aishh.. sudahlah, kau tak perlu mencemaskan ku." Sahut Vanya.

Gadis itu pun memberikan minumannya ke tangan Ian dan bergegas pergi mengambil sebuah tas. "Titip toko ya? Kalau mama kamu tanya bilang aja aku ada urusan mendadak, makasih bye Ian sayang." Ucap Vanya yang melangkah pergi dan setengah berteriak.

"Hei... Vanya tunggu..." Teriak Ian mengejarnya. 

Vanya pun ikut dengan Leo masuk kedalam mobil berwarna hitam pekat yang begitu mengkilat, entah kemana Leo akan membawanya pergi, gadis itu hanya duduk terdiam dan mencoba mengikuti perjanjian kontrak sebaik mungkin. Sampai akhirnya Leo menghentikan mobilnya di depan sebuah butik, ia segera membukakan pintu untuk Vanya dan mengajaknya masuk kedalam. 

Beberapa pelayan menyambut kedatangan Vanya, mereka langsung membawanya kedalam sebuah ruang ganti dan memberikan Vanya sebuah gaun untuk ia kenakan. Di depan sebuah cermin Vanya memutar melihat dirinya yang terbalut gaun berwarna abu-abu muda polos tanpa sebuah lengan.

"Sepetinya aku terlihat aneh dengan gaun ini, boleh aku memilih model lain?" Tanya Vanya pada pelayan yang membawanya. 

"Tapi ini gaun yang telah di pesan tuan Ernan." 

"Urusan dia biar aku yang atur." Sahut Vanya yang kemudian keluar dari ruang ganti dan melihat beberapa gaun lainnya. 

Setelah menghabiskan waktu beberapa menit, akhirnya ia menemukan gaun yang di carinya. Vanya pun segera kembali ke ruang ganti dan mengganti bajunya dengan gaun pilihannya. "Sempurna, kau memang begitu cantik Vanya." Ucap Vanya tersenyum manis di depan sebuah cermin sambil memuji dirinya.

Selesai dari butik, Leo mengajak Vanya masuk kedalam sebuah salon, beberapa pelayan disana juga telah bersiap menyambut Vanya. Dengan segera mereka merias wajah gadis itu dan menata rambutnya sebaik mungkin. Entah itu mimpi atau bukan yang jelas Vanya sangat menikmati rasanya hidup menjadi orang berada. 

Selesai dari salon kini Leo membawa Vanya ke tempat tujuan utamanya yaitu rumah Ernan. Di depan sebuah rumah yang cukup besar dan mewah Leo menghentikan mobilnya, ia mengajak Vanya turun dan Mambawa nya masuk kedalam. Sambutan dari seorang pelayan membuat Vanya merasa menjadi wanita terhormat. Sesampainya di dalam rumah, ia melihat ke seluruh sudut rumah yang isinya barang berharga semua.

Sampai tatapannya terhenti pada sebuah foto anak kecil yang terpajang begitu rapi, Vanya menghampiri foto itu dan hendak menyentuhnya namun seseorang berhasil menghentikan niatnya. 

"Jagan sentuh apapun!" Ucap seorang pria di belakang Vanya. 

Gadis itu pun menoleh ke arah sumber suara, dan di lihatnya pria bertubuh tegap berparas tampan yang memiliki aura dingin berdiri di belakangnya. Ya, siapa lagi pria itu kalau bukan Ernan.

"Ahh... ternyata kau, kenapa aku gak boleh menyentuh nya? Apa itu foto anak kamu?" Tanya Vanya. 

Tanpa menjawab pertanyaan Vanya, pria itu melangkah keluar dan masuk kedalam mobilnya. Sementara dengan Vanya masih bengong terdiam di tempat menatap tingkah Ernan yang terlihat sedikit aneh dari sebelumnya. Sampai akhirnya seseorang menghampiri Vanya dan menepuk pundaknya. 

"Gak perlu cemas, tuan gak pernah menyentuh wanita manapun." Ucap sang pelayan rumah.

"Bagaimana dia tidak menyentuh wanita manapun? Apa dia tidak normal? Lalu untuk apa perjanjian itu di buat?"  Batin Vanya. 

"Hei nona, kau sudah di tunggu tuan di dalam mobil, cepatlah sebelum dia mengeluarkan tanduknya." Sahut pelayan itu kembali. 

"Ahh iya, permisi." Ucap Vanya yang bergegas pergi. 

"Tanduk? Di kata dia banteng apa? Tapi mungkin mirip sih haha."  Batin Vanya sambil berjalan masuk kedalam mobil.

***

Bersambung. . .

Terpopuler

Comments

widia_chander

widia_chander

visualnya dong thor

2021-12-11

0

Aya Saleh

Aya Saleh

Vanya kocakkkkkk

2021-10-31

0

Viio Mom'Yasmine

Viio Mom'Yasmine

masih penasaran, darimana ernan tau tentang vanya hingga membuat perjanjian kontrak dengan vanya..

2021-10-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!