Waktu menunjukkan pukul 22.00 kini saatnya Vanya bergantian shift dengan Ian yang selaku putra dari pemilik toko tersebut. Gadis itu melepaskan rompinya dan Menganti bajunya dengan sebuah mini dress berwarna merah polos, tak lupa ia juga menempelkan polesan make up yang sedikit tebal untuk lebih mempercantik dirinya. Setelah selesai, Vanya keluar dan menarik perhatian Ian yang sedang membereskan sebuah meja.
kedatangan Vanya membuat mata Ian tak berkedip sekalipun. Ia menelan saliva nya sendiri ketika melihat pesona yang di pancarkan Vanya.
"Hei.. apa yang kau lihat?" tanya Vanya menepuk pundak Ian.
"Sempurna." gumam Ian tanpa sadar.
"Aishh.. sudahlah, aku pergi dulu."
Vanya pun mulai melangkahkan kakinya perlahan meninggalkan minimarket itu. Hanya butuh waktu kurang dari 1 jam gadis itu sampai di sebuah bar, kedatangannya langsung di sambut antusias oleh beberapa tamu yang ingin ditemani nya walau hanya sekedar berbincang. Vanya segera menghampiri beberapa tamu dan duduk diantara mereka, ia mulai menuangkan minuman dan bersulang dengan para pria di sekelilingnya, seteguk demi seteguk ia habiskan walau kondisinya kini sedang tidak stabil.
"kenapa aku merasa pusing?" gumam Vanya memegang dahinya yang sedikit demam.
Ia pun beranjak dari duduknya dan berpindah ke tempat yang tidak begitu banyak orang, sejenak ia duduk santai dan memejamkan matanya.
"Vanya..." ucap seorang pria yang duduk di samping nya.
Gadis itu pun membuka matanya dan melihat orang yang menyapanya ternyata adalah boss dari tempat itu.
"Ah, iya kenapa?"
"Apa kau sakit? kenapa tiba-tiba meninggalkan mereka?"
"Aku hanya sedikit lelah, biarkan aku istirahat sebentar aja." sahut Vanya.
"Baiklah, setelah istirahat kamu ke ruangan VIP ada tamu spesial yang menunggu mu disana."
"baiklah."
10 menit sudah Vanya beristirahat, ia pun bergegas masuk kedalam ruangan yang di bilang bos nya. Tanpa mengetuk pintu lebih dulu Vanya langsung masuk dan terlihat seorang pria muda yang duduk dengan begitu elegan dan berbicara dengan seseorang melalui ponselnya.
"Sial, kenapa dia begitu tampan?" gumam Vanya yang tak henti menatap pria itu.
Sebelum melanjutkan langkahnya Vanya kembali memutar balik dan pergi menuju toilet untuk membenarkan riasan serta rambutnya.
"Sepertinya dia bukan pria biasa, jangan sampai melakukan kesalahan bisa-bisa aku di pecat dari sini." ucap Vanya di depan sebuah wastafel.
Selesai merapikan semuanya, gadis itu kembali ke ruangan tadi namun kali ini ia tidak melihat siapapun yang berada disana. Vanya pun masuk dengan perlahan dan mencari pria tadi yang menunggunya. "Apa yang tadi sejenis jelmaan hantu? tapi untuk apa hantu main ke bar?" gumam Vanya merinding sendiri. Ia pun berbalik dan hendak kembali keluar.
"Aaaaahhh..."
Plaaakkk.... Karena kaget dengan tak sengaja Vanya menampar orang yang mengagetkannya itu. Sebuah tatapan dengan wajah datar seakan mencekik Vanya di ruangan yang tidak terlalu terang itu. Pria itu berjalan ke arah Vanya dengan mata yang terus menatapnya tanpa berkedip sedikit pun. Vanya yang sedikit takut dengannya terus berjalan mundur hingga mentok di sebuah sofa dan ia pun terduduk.
Pria asing yang baru di temui nya itu terus mendekat seakan dia akan menyantap mangsanya. Vanya menelan saliva nya dengan cepat dan jantung yang berdetak tidak karuan, segala rasa bergelut dalam diri Vanya yang kini telah terhimpit pria asing di hadapannya.
"Kau.. beraninya menamparku!" ucap pria itu mendekatkan wajahnya.
"Siapa suruh kau menakuti ku? ku kira hantu gentayangan." ucap Vanya dengan suara yang merendah.
Merasa tidak nyaman, Vanya pun mendorong wajah pria itu dengan telunjuknya, ia segera berdiri dan melangkah menjauh. Pria yang di bilang jelmaan hantu itu duduk dengan kaki yang menyilang, ia melirik Vanya dan menyuruhnya untuk menuangkan minuman di gelasnya. Gadis itu menuruti apa yang di suruh nya.
"Mau sampai kapan kamu berdiri disana?"
"Sampai kau berhenti menatap ku!" sahut Vanya.
"Berapa harga mu satu malam?"
"Harga?" ulang Vanya dengan wajah kebingungan.
"Hm, bukankah kamu bekerja disini untuk memuaskan para pria haus ***?" ucap pria itu.
Sejenak Vanya pun terdiam, sampai akhirnya ia menemukan sebuah ide untuk mengerjai pria di hadapannya itu. Gadis itu tersenyum dengan penuh arti, perlahan ia mendekati pria di hadapannya dan duduk di sampingnya sambil memainkan tangan nakalnya.
"Menurut mu, berapa harga yang pantas untuk gadis cantik seperti ku?" goda Vanya setengah berbisik.
"100 ribu."
"Yakk!! kamu kira aku barang loakan yang di jual begitu murah?!"
"Bukan, tapi barang bekas."
"Sialan! sudahlah aku gak mau menemani pria gak waras seperti mu."
Vanya pun bergegas pergi meninggalkan ruangan itu, namun siapa sangka pintu terkunci dari luar hingga ia tidak bisa keluar dan terperangkap dalam kandang singa yang kelaparan.
"Kamu pikir bisa keluar begitu aja setelah menamparku dan mengatai ku hantu?!"
"Sungguh wanita bernyali besar." sambung pria itu.
"Cepat katakan apa mau mu?"
Braakkk... orang itu melempar sebuah berkas ke sebuah meja.
"Apa itu?"
"Kamu akan tau setelah membacanya."
Dengan segera Vanya mengambil berkas itu dan membacanya begitu teliti, berkas yang berisi sebuah tawaran besar dengan imbalan yang sesuai. "Pacar bayaran? apa tidak ada wanita yang mau dengannya sampai dia harus mencari seorang gadis bayaran?" gumam Vanya yang sesekali memperhatikan penampilan pria aneh itu.
"Ah, apa jangan-jangan tidak normal?" sambung Vanya dalam batinnya.
"Aapa yang kau lihat? cepat tandatangan!"
"Apa aku harus menuruti semua yang ada disini?"
"Tentu saja."
"Bagaimana dengan pekerjaan ku?"
"Kau masih bisa bekerja dan kuliah, kamu hanya perlu datang disaat aku membutuhkan mu."
"Boleh aku bernegosiasi?"
"Katakan, apa yang kau inginkan?"
"Bayaran 30 juta perbulan."
"Apa kau berniat untuk memeras ku? ku rasa 10 juta sudah cukup."
"Terserah, kalau gak mau aku gak maksa dan gak rugi juga." ucap Vanya yang kemudian meneguk segelas minuman yang beralkohol cukup tinggi.
"Deal!" ucap pria itu memperhatikan Vanya yang terlihat sedikit pucat.
Sebuah perjanjian tertulis pun terjadi diantara kedua belah pihak. Pria itu menyuruh asistennya untuk membukakan pintu nya, Vanya pun segera keluar dari ruangan itu dengan langkah yang sedikit sempoyongan.
Siapakah pria itu?
Ya, namanya nya Ernan Addison putra pertama dari keluarga Addison yang telah berusia hampir 30 tahun itu selalu di desak oleh nyonya Liu untuk segera menikah dan memberikannya seorang cucu. Tak kerap Ernan juga sering kali di sebut dengan pria yang tidak normal karena selama ini ia hanya sibuk dengan bisnisnya ketimbang mengurusi seroang wanita yang menurutnya hanya membuang waktu.
***
Bersambung. . .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Kimyumi
semakin menarik
2021-12-20
0
Martiriony Tampungan
menarik juga alur ceritanya
2021-10-01
1
Sumawita
SEMOGA awal yg baik buat Vanya dg ketemunya dg laki" itu
2021-09-08
8