Bab 16

Di dalam sebuah gedung yang terdiri dari beberapa puluh lantai Ernan menggandeng Vanya masuk kedalam sebuah aula yang telah di penuhi oleh beberapa tamu undangan, pria itu menghampiri rekan bisnisnya ia menjabat tangannya dan memberikan ucapan selamat untuk perusahaan nya yang telah berdiri selama beberapa tahun.

"Hallo Vanya, gak nyangka kita akan bertemu lagi." Ucap Luna yang berada di tempat itu juga.

"Oh, hai kak." Sahut Vanya tersenyum ramah.

"Bisa kita bicara sebentar?" Tanya Luna.

Vanya pun mengangguk dan hendak melepaskan tangannya dari gandengan Ernan, namun pria itu menahan Vanya untuk tidak pergi dan tetap berada di sampingnya.

"Dia harus menemani ku bertemu dengan beberapa pengusaha lainnya, gak ada waktu untuk bicara dengan mu." Pungkas Ernan yang kemudian mengajak Vanya pergi menjauh dari Luna.

"Hei.. kenapa kau pergi begitu saja? Bukankah dia saudara mu?" Tanya Vanya.

"Kamu belum tau siapa dia, tetap di samping ku dan jangan bicara sembarangan dengan orang yang gak kamu kenal!" Ucap Ernan.

"Ahh, baiklah." Sahut Vanya.

Acara pesta itu berlangsung begitu meriah, sesuai dengan perjanjiannya Vanya mengikuti kemana Ernan melangkah. Mereka terlihat seperti pasangan yang begitu serasi, ini merupakan kali pertama nya Ernan membawa seorang gadis ke sebuah acara besar, karena selumnya ia hanya datang bersama dengan Leo yang selaku asistennya.

"Ku dengar, mendiang kakek mewariskan perusaahan utama sama kamu, benar begitu?" Tanya seorang pria yang menghampiri Ernan.

"Tanpa aku jelaskan kau bahkan sudah mengetahuinya." Sahut Ernan.

"Apa dia lupa kalau masih ada cucu lainnya yang juga telah memenuhi syarat untuk mengurus perusahaannya." Ucap pria itu kembali.

"Jangan bicarakan masalah pribadi depan umum, itu bahkan sangat tidak sopan." Sahut Ernan.

"Baiklah, karena kita cukup lama tidak bertemu bagaimana kalau aku ajak kamu makan malam?"

"Maaf aku ada acara makan malam bersama dengan calon istri ku, gak ada waktu untuk meladeni mu." Sahut Ernan dengan senyum remeh nya.

Lalu siapa pria itu? Ya, adalah Lucas adik sepupunya Ernan, dia merupakan putra tunggal dari keluarga Caprio. Ayah nya yang bernama Diego Caprio adalah adik pertama dari papa nya Ernan. Dalam acara pembacaan surat wasiat ia tidak bisa hadir di karenakan sedang bertugas di kota lain untuk menjalin kerjasama dengan perusahaan papanya yang ia kelola.

*

"Hei... Boleh aku ke toilet sebentar?" Tanya Vanya pada Ernan.

"Minta antar Leo."

"Hah?! Yang benar saja! Leo seorang pria, ya kali dia menamani aku ke toilet." Ucap Vanya.

"Baiklah, aku yang akan mengantar mu." Sahut Ernan.

"Yashh! Aku bukan anak kecil Ernan, kenapa harus serepot itu kamu menemani ku?"

"Baiklah, kalau gitu pipis aja di celana, karena aku gak akan membiarkan kamu pergi sendiri." Ucap Ernan.

"Dasar pria mesum menyebalkan!" Gumam Vanya.

Karena tidak bisa menahannya lagi, akhirnya Vanya pergi ke toilet dengan di temani Ernan, bukan hanya sekedar ingin menemaninya melainkan ia takut jika Luna atau Lucas menemui nya secara diam-diam dan menanyai sesuatu mengenai siapa Vanya sebenarnya. Saat hendak akan keluar dari toilet, ponsel Vanya berdering ia menerima sebuah panggilan yang tak lain adalah dari Nic yang hanya menanyakan keberadaan Vanya.

"Siapa yang telpon?" Tanya Ernan yang tak sengaja mendengar Vanya bicara.

"Hanya teman."

"Hubungan pria dan wanita gak mungkin kalau mereka hanya sebatas teman." Ucap Ernan.

"Darimana kau mengetahui kalau itu seroang pria?"

"Gaya bicara mu, jadi siapa?"

"Nic, teman satu kampus hanya beda jurusan."

Pria itu pun membalikkan badannya dan berjalan lebih dulu dari Vanya, ia mengambil ponselnya dari dalam saku jas nya dan segera menghubungi Leo untuk segera mencari tau tentang Nic.

**

Malam semakin larut acara pun telah selesai, Ernan mengantarkan Vanya tepat di depan rumahnya, saat gadis itu membuka pintunya dengan cepat Ernan mendahului masuk kedalam rumah itu dan melihat ke setiap sudut yang cukup berantakan.

"Hei! Apa yang kau lakukan? Kenapa kau tiba-tiba masuk ke rumah ku?" Ucap Vanya menarik Ernan untuk keluar dari rumah nya.

"Bukan kah kau sudah biasa memasukkan pria kedalam rumah mu?" Ucap Ernan.

"Yak!! Jaga bicaramu!" Bentak Vanya.

"Kenapa? Aku benar kan?" Ucap Ernan yang sedikit membungkuk dan menatap Vanya dengan jarak yang begitu dekat.

"Kau! Apa aku serendah itu dimata mu?!" Ucap Vanya mengepalkan kedua tangan nya.

Ernan hanya mengangguk pelan dengan kedua tangan yang melipat di dadanya. Rasa kesal yang telah bergejolak dalam diri Vanya ingin rasanya ia memberi pelajaran pria di hadapannya, namun hal itu tak bisa ia lakukan karena Ernan merupakan sumber keuangannya untuk saat ini.

"Ahh... Haha.. kau benar, aku hanya wanita rendahan yang gak punya harga diri." Ucap Vanya tertawa geli.

"Baiklah, karena hari ini tugas aku udah selesai, silahkan pergi aku butuh istirahat." Sambung Vanya kembali.

"Leo udah pergi, aku gak bisa pulang."

"Masih ada taksi tuan, anda tidak semiskin itu untuk pulang menggunakan taksi." Sahut Vanya.

Ernan mengangkat sebelah tangan nya dan menunjuk sebuah arloji yang melingkar di tangan kirinya, waktu menunjukkan pukul 00.45 di jam itu tidak banyak taksi yang beroperasi hingga akan sulit untuk mendapatkan nya.

"Tunggu, aku akan mencarikannya untuk kamu." Ucap Vanya yang mencari sebuah taksi online.

Namun usahanya sia-sia, tak ada satupun taksi yang menerima orderannya. Ia pun mencoba untuk menghubungi Leo dan menyuruh menjemput Ernan. Namun tak satu pun panggilan Vanya yang di terimanya. Pria yang kini tengah duduk manis itu pun hanya tersenyum tipis melihat Vanya yang terlihat bingung mencari cara untuk mengusirnya.

"Baiklah, kamu boleh nginap disini, tapi tidur di sofa karena aku cuma punya satu tempat tidur!" Ucap Vanya dengan terpaksa.

"Tidak, aku akan tidur di kamar mu." Sahut Ernan yang beranjak dari duduknya dan berjalan masuk ke kamar Vanya.

"Jangan masuk..!" Teriak Vanya mengejar pria itu yang kini telah membuka pintu kamar.

Terlihatlah beberapa baju serta barang lainnya yang berserakan, Vanya pun menutup wajahnya serta Ernan yang langsung menoleh ke arahnya.

"Bereskan semuanya! Aku gak mungkin tidur dengan kamar yang berantakan seperti itu!" Ucap Ernan yang kembali duduk di sofa.

Selang beberapa menit Vanya telah membereskan kamarnya, pria itu pun bergegas masuk dan menutup pintunya. Sementara dengan Vanya terbaring di atas sofa yang dengan selimut yang menutupi tubuhnya.

Bukan karena alasan lain Ernan menginap di rumah itu, melainkan ia ingin mengetahui kehidupan Vanya dengan begitu dalam, karena ia yakin ia akan menemukan sesuatu dalam rumah itu dan mengetahui kehidupan Vanya yang sebenarnya. Walau di matanya sosok Vanya hanyalah wanita malam namun lain dengan hatinya yang melihat Vanya seperti sosok yang tak asing baginya.

***

Bersambung. . .

Terpopuler

Comments

Lina ciello

Lina ciello

waiki mulai seru

2021-11-02

0

Mellaniindriyani Mayrissa

Mellaniindriyani Mayrissa

jqdi peenasaran sama si vanya thorr

2021-08-31

2

Eka Hendiyawati

Eka Hendiyawati

jd penasaran aja nih

2021-08-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!