"Ahh sial! Aku minum terlalu banyak." Gumam Vanya yang terduduk dan memegang kepalanya.
Sementara itu di sisi lain, Michel masih asik bersama dengan Joe. Ya, mereka memanglah begitu dekat sampai di rumorkan kalau keduanya memiliki sebuah hubungan lebih dari sekedar teman.
"Chel, dimana Vanya?" Tanya Nic yang menghampiri Michel.
"Hmm.." Michel mencari sosok gadis yang merupakan temannya itu dengan mata yang samar-samar dan kepala yang pusing karena terlalu banyak minum sampai akhirnya tatapannya terhenti ketika melihat seorang gadis yang tengah duduk di depan meja bar.
"Nah.. itu bukannya dia?" Tunjuk Michel.
Nic mengikuti arah telunjuk gadis itu dan segera menghampiri Vanya yang tengah duduk sendiri. Gadis itu menundukkan kepalanya dan memejamkan matanya sejenak, sampai akhirnya ia di kagetkan dengan tangan seseorang yang melingkar di pinggang langsingnya serta hangatnya hembusan nafas yang terasa di tengkuk lehernya.
"Nic.." ucap Vanya ketika melihat Nic yang telah menempel di belakangnya.
Pria itu menghirup aroma tubuh Vanya yang membuatnya begitu bergairah. Sejenak gadis itu terdiam merasakan sensasi yang di berikan oleh Nic, kecupan demi kecupan pria itu berikan di setiap inci leher Vanya sampai tak sadar kalau ia telah terbuai oleh perlakuan Nic. "Vanya..!" Seseorang yang memanggilnya berhasil membuat Vanya tersadar dari cengkeraman Nic, ia segera melepaskan diri dari pelukan pria itu dan bergeser beberapa langkah menjauh dari Nic.
"Kenapa kau menghindar hm?" Ucap Nic mencoba kembali mendekati Vanya.
Belum sempat Vanya menjawab, Michel menarik Vanya dan mengajaknya untuk pulang bersama. Setelah keluar dari tempat itu dengan jalan yang sempoyongan Vanya memapah Michel masuk kedalam mobil Joe.
"Ayo masuk, sekalian aku antar pulang." Ucap Joe.
"Gak usah aku bisa pulang pake bus, kamu antarkan Michel aja." Sahut Vanya.
Joe pun melajukan mobilnya dan meninggalkan Vanya seorang diri. Ia berjalan menuju sebuah halte bus yang di ikuti oleh Nic dari belakangnya, merasa ada yang mengikuti langkahnya gadis itu menoleh ke belakang dan terlihat seorang pria yang yang di sukainya berdiri tepat di belakang. Nic mengulas senyum nya dan menghampiri Vanya yang berdiri tepat di hadapannya.
"Maaf jika perlakuan ku membuat mu kaget, ayo aku antar." Ucap Nic.
Pria itu mengambil motornya dan mengantarkan Vanya. Sesampainya di sebuah gedung yang hanya terdiri dari beberapa lantai, Vanya segera turun dari motor Nic dan bergegas menapaki beberapa anak tangga untuk sampai di rumahnya yang terletak di lantai 2.
"Astaga.. kenapa dia begitu menggoda." Gumam Vanya yang terbayang wajah pria yang di sukainya.
Vanya pun segera membersihkan dirinya dan berbaring di atas ranjang bersiap untuk masuk ke dunia mimpi. Umhh... Ahhh... Desahan demi desahan keluar dari dua orang yang sedang bercumbu mesra, suasana hening di malam hari membuat suara horor itu terdengar begitu kuat dan bergema menyelimuti sebuah ruangan.
Drrtt.... Ddrttt ... Suara dering telpon membuyarkan semuanya, Vanya yang langsung membuka matanya dan tersadar dari mimpi yang membuatnya bergidik ngeri. Ia melihat layar ponselnya dan mendapati beberapa panggilan tak terjawab dari Michel. "Mimpi sialan!" Gumam Vanya yang bergegas masuk ke kamar mandi dan mengganti bajunya.
Dengan cepat Vanya keluar dari rumahnya dan berlari ke sebuah halte bus untuk sampai di kampusnya. Sesampainya di kampus Vanya berlari menuju ruangan praktek yang kemungkinan kelas telah di mulai beberapa menit yang lalu. Dengan bekerjasama dengan Michel, Vanya menyelinap masuk diam-diam kedalam kelas agar tidak di ketahui oleh sang dosen.
"Apa kau tidak bisa bangun lebih pagi sedikit hm?" Tanya Michel bisik-bisik.
"Semuanya gara-gara mimpi sialan!"
"Hah? Mimpi apa? Ayo cerita."
"Lupakan!"
"Vanya! Tolong kamu lebih serius dalam bekerja, sudah berapa hari tapi kamu masih belum menyelesaikan tugas mu! Bagaimana bisa kamu ingin mengikuti kompetisi jika mengerjakan hal kecil aja kamu belum bisa!" Ucap dosen.
"Ahh, baik Bu aku akan segera menyelesaikannya." Sahut Vanya.
Kini semua mahasiswa di kelas itu pun mengerjakan tugasnya masing-masing termasuk Vanya yang melanjutkan pekerjaannya dalam membuat sebuah gaun yang baru di selesaikan setengah bagian.
**
Seperti hari-hari sebelumnya, setelah selesai kelas jika yang lain sibuk menghabiskan waktunya di kantin dan tempat lain, Vanya menggunakan waktu senggangnya untuk tidur karena setiap malam ia harus bekerja hingga menyita sebagian waktu tidurnya. Vanya menaruh kepalanya di atas meja dan hanya di alasi oleh sebelah tangannya.
"Chel ayo keluar." Ucap Joe yang sengaja datang untuk menemui Michel.
"Ckckck, Vanya mau sampai kapan kamu tidur disini hm" tanya Joe mengetuk sebuah meja.
"Kalian terlalu berisik! Pergilah biarkan aku disini sendiri." Sahut Vanya dengan mata yang terpejam.
Michel dan Joe pun pergi meninggalkan Vanya. Selang beberapa menit suara gemuruh dari beberapa mahasiswi membuat Vanya terbangun. Mereka gaduh bukan karena ada sebuh pertunjukan atau hal menarik lainnya, melainkan ketika melihat Nic yang datang ke ruangan tempat dimana Vanya berada, pesona Nic memanglah sangat populer di kalangan kaum wanita karena kemurahan senyumnya dan membuat hati mereka terombang-ambing dengan rayuannya.
"Shit! Pertunjukan apa yang membuat mereka berisik?! Gak bisa apa biarkan aku tenang sebentar saja." Ucap Vanya.
Gadis itu pun menoleh ke arah pintu dan betapa kagetnya ia ketika melihat Nic yang telah berdiri di ambang pintu dengan senyumnya serta lambaian tangan yang di arahkan pada Vanya. Dengan cepat gadis itu mengalihkan pandangannya, sekelibat ia teringat dengan mimpi anehnya dan melirik ke arah Nic yang kini telah berjalan menghampiri Vanya.
"Kamu... Ngapain disini?" Tanya Vanya dengan wajah yang memerah.
"Tentu saja menemui mu." Jawab Nic megusap pipi Vanya.
"Hei.. jangan bersikap berlebihan, aku gak mau masuk kedalam perangkap mu."
Pria itu tersenyum geli mendengar apa yang di katakan Vanya. Ia menarik tangan gadis itu dan mengajaknya ke atap kampus.
"Untuk apa kau mengajak ku kesini?"
"Apa kamu ingin merokok?" Tanya Nic mengeluarkan sebuah rokok yang lengkap dengan koreknya.
"Tidak, saat ini aku hanya ingin tertidur." Sahut Vanya bersandar di sebuah fondasi.
"Tidurlah, aku akan menjagamu". Ucap Nic seraya menepuk pundaknya.
Lagi-lagi perasaan Vanya dibuatnya terombang ambing dengan tingkah Nic. Melihat Vanya yang masih terdiam dan terlihat sedang berfikir, dengan segera Nic menarik tangannya hingga gadis itu duduk di sampingnya. Ia juga menarik kepala Vanya dengan begitu lembut dan menyandarkan di bahunya. Kini Vanya bisa merasakan hangatnya rangkulan Nic dan suara detak jantung yang membuatnya tenang hingga terpejam.
Cukup lama Vanya terpejam, kini ia merasakan hangatnya hembusan nafas Nic yang mendekati wajahnya. Dengan segera Vanya membuka matanya dan dan menghindar dari Nic yang hendak mengecup bibirnya.
***
Bersambung. . .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Novy Aditya Wiee
deketin..pasti ada maunya nhe
2022-01-03
0
Iiq Rahmawaty
nic laki2 ga bner vanya.. jgn mau..
toh dia suka cumbu2 cwe di club
2021-12-23
0
Iiq Rahmawaty
haha vanya mimpi lagi wik wik😅
2021-12-23
0