Bab 14

Malam berlalu, mentari pagi telah menampakan sinarnya. Seorang gadis yang lelah karena bekerja semalaman masih terpejam dengan di balut selimutnya, di tambah bertepatan dengan hari libur Vanya bekerja sampai menjelang pagi. Kurang dari satu jam ia memejamkan matanya seseorang mengetuk pintu rumahnya dengan begitu kencang.

Gadis itu mengambil bantal di sampingnya dan menutupi kedua telinganya, namun usahanya gagal ketika suara ketukan pintu semakin kencang di sertai dengan deringan telpon yang tidak berhenti. Dengan kesal Vanya pun terbangun dari tidurnya, ia melempar bantal ke arah pintu sambil menggerutu.

"Bangshat! Siapa sih pagi-pagi udah buat kerusuhan!" Ucap Vanya begitu kesal

Ia pun berjalan menuju pintu untuk menghentikan orang gila yang berada di balik pintu itu. Dengan rambut yang begitu kusut serta lingkaran hitam di bawah mata membuat Vanya terlihat seperti seekor panda yang depresi.

Ceklek... Sebuah pintu terbuka sedikit, Vanya hanya mengeluarkan kepalanya untuk melihat siapa yang datang. "Baaaa...." Dengan tiba-tiba seorang pria muncul di hadapan Vanya dan mengagetkannya, dengan refleks gadis itu langsung menutup pintunya begitu kencang. Brakkk... Suara pintu tertutup.

"Sial! Vanya buka..!! Ini aku." Teriak seorang pria di luar sana.

"Dasar bocah nekat!" Ucap Vanya.

Gadis itu pun segera membereskan rumah nya yang begitu berantakan, baju yang berserakan dimana-mana serta bekas sampah makanan ringan dan minuman yang bertebaran di sofa dan lantai. Dengan kilat Vanya membereskan semua itu dan memasukkan nya ke sembarang tempat, ia pun kembali membukakan pintu dan mempersilahkan Ian untuk masuk.

"Lama banget, apa yang kamu lakukan?" Tanya Ian yang membawa beberapa paper bag yang berisi Snack dan bahan makanan.

"Cuci muka, gosok gigi." Sahut Vanya berbohong.

Setelah masuk kedalam gadis itu, mata Ian terus berputar melihat ke setiap penjuru rumah yang begitu kecil.

"Lumayan rapi." Ucap pria itu yang kemudian duduk di sofa.

"Emang dasar gak tau waktu ya? Bertamu ke rumah orang di pagi hari mana teriak-teriak lagi."

"Katakan apa tujuan kamu datang kesini?" Sambung Vanya.

"Gak ada, aku hanya ingin main." Sahut Ian dengan begitu santai dan tanpa dosa.

"Astaga.. kalau anak tikus udah ku cekek kamu!"

"Jika gak ada keperluan penting, lebih baik kamu pulang! Aku mau lanjut tidur!" Sambung Vanya yang menarik Ian dan mencoba menyeretnya keluar.

Namun dengan kenakalannya Ian, ia menahan dirinya untuk tetap duduk di sofa dan tak bergerak sedikitpun. Dengan sengaja ia menarik balik Vanya hingga gadis itu terjatuh di pangkuan Ian, tanpa sadar keduanya pun saling tatap selama beberapa detik. Menyadari akan posisinya yang tidak normal Vanya pun langsung berdiri dan menjauh dari pria yang telah di anggap nya adik itu.

"Gimana? Menggoda bukan?" Tanya Ian menggerakkan kedua alisnya.

"Ch, apanya yang menggoda? Kamu hanya anak kecil tau apa?" Sahut Vanya dengan nada yang meremehkan.

"Yak!! Aku bukan anak kecil!" Teriak Ian.

Melihat ekspresi Ian yang terlihat kesal membuat Vanya tertawa cekikikan. Ia benar-benar seperti melihat seorang adik laki-laki yang menggemaskan.

"Baiklah, jika kamu mengaku sudah dewasa, apa yang bisa kamu lakukan?" Tanya Vanya duduk di samping Ian dengan kaki yang menyilang dan merangkul pria itu.

"Aku akan buatkan sesuatu untuk kamu." Sahut Ian dengan percaya diri.

"Ok lakukanlah, aku akan kembali tidur dan ingat jangan berani ganggu atau ku patahkan tangan mu!" Ucap Vanya dengan suara yang menekan dan mengeluarkan aura iblis.

Seketika Ian pun menelan salivanya dengan begitu cepat baru kali ini ia melihat Vanya begitu menyeramkan, namun hal itu tidak membuatnya menyerah untuk mendapatkan hatinya. Setelah Vanya masuk kedalam kamarnya, pria itu bergegas ke dapur yang hanya di batasi oleh meja makan.

Ian mengeluarkan semua bahan makanan yang ia bawa dan mulai mengeksekusinya menjadi suatu hidangan yang menggugah selera. Sementara di dalam kamar, Vanya yang baru saja memejamkan matanya kembali, tiba-tiba aroma masakan menusuk kedalam hidung nya dan membuat cacing dalam perutnya demo. Akhirnya gadis itu pun kembali ke luar dan menghampiri Ian yang masih sibuk di depan sebuah wajan dan kompor dengan api yang masih menyala.

"Katanya tidur? Kok balik lagi? Kangen ya? Atau mau aku temenin?" Goda Ian dengan mata genitnya.

"Ogah! Ku gak suka anak kecil, selera ku sugar Daddy!" Sahut Vanya dalam candaan nya.

Pria itu pun mengubah penampilannya dalam sekejap. "Lihatlah, apa sekarang aku sudah terlihat seperti sugar Daddy yang kamu mau?" Tanya Ian dengan gaya nya yang sok cool.

"Hahahaha. . . Lebih mirip kayak anak magang, gak ada auranya sama sekali." Sahut Vanya menertawakan tingkah Ian.

"Aishh, sudahlah nih makan." Ucap Ian menyodorkan sepiring nasi goreng kimchi.

Vanya pun langsung menyantap hasil masakan yang di buat pria muda itu. Satu suapan berhasil lolos di mulut Vanya dengan rasa yang membludak, ia tak menyangka kalau Ian begitu pandai dalam hal memasak. Tanpa sebuah kata Vanya makan dengan begitu lahap hingga tak tersisa sedikitpun.

"Nih minumnya." Ucap Ian memberikan segelas susu.

"Tunggu... Kamu tiba-tiba datang ke rumah aku, buatin sarapan ini maksudnya apa ya?" Tanya Vanya mencurigai semua yang dilakukan Ian.

"Oh ayolah kakak, aku gak ada maksud apapun kecuali..."

"Kecuali?" Ulang Vanya.

"Aku ingin mengajak kamu jalan, hehe..." Sahut Ian cengengesan.

Gadis itu manggut-manggut mengerti dengan apa yang di katakan pria yang kini berada di hadapannya. Vanya mengiyakan ajakan Ian, setelah selesai dengan sarapannya ia bergegas mandi dan bersiap, beberapa baju Vanya pilih untuk ia kenakan. "Wait, ini kan cuma jalan sama Ian kenapa aku harus repot memilih baju?" Ucap Vanya bicara pada dirinya sendiri. Ia pun akhirnya memilih untuk mengenakan jeans pendek di atas lutut dengan sebuah hoodie berwarna soft pink serta rambut yang di ikat ke atas dan tas selempang kecil.

Saat Vanya keluar dari kamar nya, dengan tak berkedip Ian menatap wanita pujaannya itu. Ia melihat dengan jelas leher Vanya yang begitu mulus yang begitu menggodanya. Di tengah lamunannya, Vanya menepuk pundak Ian hingga membuatnya kaget.

"Cantik, seksi." Dua kata yang pria itu ucapakan dengan tatapan yang begitu lekat.

Pletaakkk... Vanya menyentil kening Ian dengan cukup keras.

"Aw..." Ucap Ian mengusap keningnya.

"Dasar bocah mesum! Apa yang ada di otak mu hah?" Ucap Vanya.

"Otak ku langsung masuk kamar ketika lihat kamu, hehe.." sahut Ian.

"Kebanyakan nonton film xx jadi gak waras kan!" Ucap Vanya.

"Yak! Mana ada aku nonton kayak gituan, aku tuh masih polos, suci gak tau apa-apa." Sahut Ian.

"Big hoax!"

"Yaudah sih gak usah di bahas, ayo jalan." Ucap Ian menggandeng tangan Vanya keluar rumah.

Mereka pun pergi dengan mnggunakan sepeda motor, jika Ian menganggap itu adalah kencan pertamanya namun tidak dengan Vanya yang menganggapnya hanya sekedar jalan-jalan biasa bersama seorang adik.

***

Bersambung. . .

Terpopuler

Comments

Yuyun Muh Jamil

Yuyun Muh Jamil

Lanjut

2022-05-23

0

Iiq Rahmawaty

Iiq Rahmawaty

si ian nih😂😂

2021-12-23

0

Erna Dinara

Erna Dinara

ian sm clara aja thorrr

2021-11-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!